Handphone saya berdering kencang di pagi buta. Ini bukan kali pertama nomor itu melakukan panggilan. Dua hari lalu, lagi-lagi nomor itu juga menelpon saya. Ah, setiap tahunnya, nomor itu selalu saja menjadi nomor telpon favorite.
“Gimana? jadi tidak pulang, le’,” suara perempuan tengah baya, bertanya pada saya.
“Iya bu, ta’ usahane yo,” jawabku pelan
“Yo, wes hati-hati yo, Assalamualaikum,” jawabnya pendek, sambil menutup telpon
Itu tadi sedikit percakapan dengan ibu saya, yang selalu menggebu terus menelpon saya, pada suatu ketika mendekati lebaran tahun lalu. Rindunya selalu saja membuncah. Ibu seperti egois saja, tidak merasa, bagaimana rindu saya juga menggunung padanya.
Pinta ibu untuk segera pulang ke kampung halaman, memang seolah sudah menutup mata saya untuk segera menghentikan kesibukan sehari-hari dan lekas bersiap pulang. Meski kadang, tabungan alias bekalsaya belum-lah cukup banyak untuk segera pulang bertemu keluarga. Jujur kadang, malu sih, tapi saya harus jujur juga, jika saya itu rindu.
Selama tiga tahun belakangan ini langkah kaki saya memang terasa berat untuk melakukan mudik tahunan, dikarenakan terbaginya kebutuhan dana keluarga. Berbeda ketika masih single alias bujangan dulu.
Tapi ya sudah, saya berangkat dengan modal pas-pasan untuk mudik tahun lalu. Selama 15 tahun, berada di Kalimantan, jarak yang jauh dengan pulau Madura bisa terhapus oleh momenmudik setiap tahunnya itu.
‘Hati-hati’, kata itu menjadi kata kunci bagi keluarga saya untuk tetap waspada selama di perjalanan. Dari kota Balikpapan-Surabaya, saya sengaja tempuh dengan moda transportasi udara, pada penerbangan terakhir di malam hari. Karena akan ada selisih biaya tiket, yang lumayan bisa di-save,jika dibandingan penerbangan pagi dan siang hari.
Di malam harinya, ketika sampai di Surabaya, untuk mencapai desa Banyuates di Kabupaten Sampang Madura. Saya telah melakukan persiapan dengan meminta salah satu kerabat menyewa mobil yang pemiliknya adalah orang yang dikenal, dan memintanya menjemput kami di Bandara Juanda. Hal itu dimaksudkan agar mengetahui secara pasti kesehatan mobil itu ketika dalam perjalanan plus siapa tahu ongkos sewa bisa bersahabat.
Perjalanan dari Surabaya-Sampang menyita waktu 8 jam dengan jalur darat. Nah, salah satu upaya dalam rangka menghemat biaya akomodasi tadi dan ya sekaligus memperkuat silahturahmi. Terlebih dahulu, saya juga biasanya telah menghubungi keluarga yang kebetulan tinggal di sepanjang perjalanan kami menuju Sampang. Agar diijinkan menginap di rumah mereka, bertujuan agar tidak terlalu malam sampai ke tempat tujuan. Dan Alhamdullilah sejauh ini, mereka sangat ramah menyambut kami.
Nah, pada pagi harinya, ketika kondisi fit, kami bergegas kembali melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Sampang Madura, dengan tidak tergesa gesa dan tak terkantuk-kantuk di jalanan nanti.
Begitupula dengan oleh-oleh bawaan yang akan dibagikan kepada keluarga di kampung halaman. Nah Biasanya juga, saya meminta istri saya membuatnya sendiri, seperti amplang makanan khas Kalimantan dan makanan lainnya. Sehingga disana, kami-pun bisa berbagi tanpa ada rasa kesan malu datang dari perantauan. Selain, kami juga bisa nikmati makanan tersebut sebagai bekal selama di perjalanan.
Dan ternyata, Mudik dengan selamat, sebenarnya adalah surprise yang tak terkira ya, yang dirasakan oleh orangtua dan keluarga di kampung halaman. Kadang bertanya-tanya kenapa sih mesti malu untuk mudik ke kampung halaman? Mungkin itu perasaan saya saja-kan?
‘Pulang Malu, Tak Pulang Rindu’
Siapa yang tidak mau pulang ke kampung halaman menjelang lebaran? Menjawab itu terkadang hati saya selalu bersautan antara Maludan Rindu. Bagi perantau seperti saya, mudik memang menjadi menu wajib pada momen lebaran. Namun beberapa tahun belakangan ini, rutinitas itu bisa saja menjadi mimpijika tidak disiapkan masak-masak dan jau-jau hari.
Mudik selalu identikdengan sejumlah persiapan, termasuk dana yang besar-kan? Mulai dari menyiapkan uang untuk membeli tiket transportasi, akomodasi perjalanan dan juga ‘jatah’ keluarga di kampung halaman nanti.
Padahal situasi ekonomi keluarga, adakalanya selalu turun naik, salah satunya misalnya rutinitas mudik belakangan selalu bertabrakan dengan kegiatan tahun ajaran baru anak sekolah. Dana-pun terpecah belah untuk menyiasati mudik dengan kebutuhan rumah tangga ketika pulang mudik.
Lalu berfikir bagaimana mengupayakan mudik dengan berbagai cara untuk memperkecil biaya perjalanan nanti. Salah satunya mencari alternative moda transportasi yang murah meriah agar bisa sampai menuju kampung halaman. Menggunakan sepeda motor sudah menjadi trendsetteruntuk mudik.
Murah memang tidak selalu berbanding lurus dengan keselamatan di jalan raya, untuk menuju kampung halaman. Kemacetan dan kecelakaan menjadi warna klasik kisah mudik setiap tahunnya. Sehingga memang harus dicari upaya untuk merujuk pada istilah keselamatan dan kenyamanan hingga ke tempat tujuan.
Apakah Yang Gratisa-an Bisa Efektive?
Aktivitas mudik selalu diwarnai dengan kemacetan dan kecelakaan. Sepertinya banyak juga pemudik yang mungkin ‘bernasib’sama dengan saya. Mengencangkan ikat pinggang untuk mudik, dengan banyaknya pemudik yang memilih moda transportasi kendaraan roda dua.
Nah oleh sebab itu, perhatian akan keselamatan pemudik turut juga menjadi perhatian pemerintah dengan melakukan berbagai upaya. Sudah tahu? Jika Kemenhub dalam hal ini telah menyiapkan program mudik gratis bagi pengguna sepeda-motor. Yang tak lain tujuannya untuk menekan jumlah kecelakaan pada transportasi roda dua ini.
Kerja keras pemerintah, utamanya tentu ingin mengajak para pemudik untuk beralih menggunakan fasilitas transportasi umum yang juga tidak kalah nyaman dan aman selama mudik. Dan muaranya tentu bertujuan mengurai kemacetan dan menekan angka kecelakaan di jalan raya serta melayani masyarakat selama mudik dan arus balik berlangsung nanti. Diperkirakan jumlah pemudik yang menggunakan transportasi umum pada tahun ini akan naik 4.85% dari tahun 2016.
Dari pengalaman mudik setiap tahunnya, tentu membuat bekal agar berhati-hati selama dalam perjalanan semakin mantap. Apalagi dengan adanya data- data yang bermanfaat dalam mencegah kecelakaan lalu lintas, tentu akan membantu. Bagi saya sendiri melakukan mudik tetap copy paste dengan apa yang telah saya lakukan pada mudik tahun lalu. Yakni tetap menggunakan prinsip efektive dan efesien.
Efektive dalam artian bisa selamat sampai tujuan, dan efesien tentu bisa berhemat hingga sampai tujuan. Dan sudah pasti saya tidak menggunakan kendaraan roda dua untuk mencapai kota tujuan saya. Saya lebih memilih untuk menggunakan program mudik gratis yang disediakan pemerintah saja. Namun sayang-nya, kota tujuan saya tidak masuk kedalam list program mudik gratis tersebut. ya tidak apa-apa, masih banyak cara untuk mencapai tujuan mudik dengan selamat dan nyaman.
- Perencanaan ; jauh-jauh hari, rencana waktu mudik-pulang harus ditetapkan, sehingga tentu memudahkan kita untuk mendapatkan moda transportasi umum dengan cepat dan malah bisa murah. Upaya Budgeting juga penting agar semua pengeluaran dapat terkendali. Memilih moda transportasi umum amat disarankan. Selain itu, jangan lupa akan penyelesaian tugas kantor dan administrasi cuti menjadi hal utama.
- Kordinasi ; kontak kerabat di sana untuk membantu dalam pengadaan mobil sewaan yang sehatserta fasilitas akomodasi yang bisa digunakan jika lelah berkendara. Menginap di hotel bagus juga, namun kurang bagus di dompet-kan? Perjalanan ke Sampang, mungkin jarang menemukan hotel. Dengan kordinasi, memudahkan untuk melakukan istirahat dan pencegahan terhadap usaha kriminalitas dijalan, dikarenakan kondisi gelap di malam hari selama perjalanan.
- Bekal Makanan ; Menyiapkan bekal makanan dan obat-obatan yang cukup, yang dapat dikonsumsi selama perjalanan. Bertujuan, agar tidak kerepotan mencari barang konsumsi yang diinginkan dan dapat menghemat pengeluaran. Oleh-oleh dari rumah juga bisa disiapkan dengan cukup, untuk dibagi oleh orang tersayang di kampung halaman. Mengingat dalam perjalanan jarang terdapat toko swalayan.
- Asuransi ; saya pribadi telah memiliki asuransi tetap. Jika belum ada asuransi, bisa dicoba saja produk asuransi yang meng-coveragejumlah hari dalam range aktivitas mudik, sudah banyak ditawarkan agen asuransi swasta. Lebih murah saya kira.
- Keep Contact ; Tidak ada salahnya, setiap waktu untuk menghubungi keluarga di kampung halaman selama di perjalanan, berbagi informasi tentang posisi terkini, sehingga kekhawatiran bisa terkurangi. Sertakan beberapa karti simcar operator yang berbeda, siapa tahu BTS operator yang kita gunakan tidak terjangkau.
- Patuhi Peraturan ; Baik menggunakan moda transportasi umum dan pribadi tentu ada peraturan yang harus dipatuhi. Semacam rambu jalan, etika di dalam kendaraan. Dan jangan lupa untuk memperhatikan surat-surat identitas penting yang harus dibawa selama perjalanan yang kesemuanya sebenarnya adalah peraturan umum juga.
- Berdoa ; meminta keselamatan Tuhan, sebelum beraktivitas mudik dilakukan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI