Ibu kota baru juga harus mampu menjawab kekhawatiran banyak orang akan rusaknya hutan Kalimantan. Kalimantan memang milik Indonesia, namun Kalimantan merupakan salah satu paru-paru dunia.Â
Terkadang saya berpikir, apakah mustahil kalau ibu kota baru tetap dengan alamnya yang liar, dalam artian tidak serta merta menampilkan jalanan beraspal dan gedung beton bertingkat di mana-mana? Apakah juga mustahil kalau gedung-gedung pemerintahan berada di tengah hijaunya hutan? Atau justru semua itu hanya akan menghambat mobilisasi? Semoga saja tidak.Â
Andaikan semua itu mungkin, tentu saya dan banyak orang akan sangat senang. Para pejabat pemerintahan juga tentu akan lebih nyaman dalam bekerja karena dikelilingi lingkungan yang asri.
Kemudian terkait kemacetan, polusi udara, serta kesemrawutan perumahan yang merupakan bagian dari masalah terbesar di Jakarta. Ketiga hal buruk ini rasanya tidak perlu 'diadopsi' pula oleh ibu kota baru nantinya.Â
Saat ini pemerintah pusat masih memiliki banyak waktu untuk membuat regulasi terkait jalan, kepemilikan kendaraan pribadi, penyediaan transportasi massal yang memadai, serta penataan ruang untuk ibu kota baru.Â
Jangan sampai hal-hal seperti ini baru dipikirkan setelah ibu kota diresmikan dan setelah terjadi migrasi antarkota. Sebab jika demikian, tentu kemacetan, polusi udara, serta kesemrawutan akan sulit terhindarkan.
Pada akhirnya, ibu kota memang harus berpindah, sebagai salah satu langkah besar menuju Indonesia Emas 2045. Tidak ada yang perlu untuk terlalu dikhawatirkan. Indonesia bukanlah negara pertama di dunia yang berniat melakukannya. Brazil, Australia, dan Rusia bahkan sudah merealisasikannya. Selama pelaksanaan dan perancanaan yang matang berjalan berdampingan, saya yakin semua akan baik-baik saja.
Maju terus Indonesia!
@bappenasri #Bappenas #IbuKotaBaru