Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Anak Belajar Pelajaran Sekolah Lewat YouTube, Efektifkah?

1 Oktober 2024   10:07 Diperbarui: 11 Oktober 2024   08:44 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak menonton Youtube lewat tablet (Sumber: Okezone Lifestyle)

Sesekali orangtua membersamai anaknya ketika menonton tayangan pembelajaran tersebut, dan memberikan penjelasan tambahan pada tayangan tersebut, sehingga dapat memantapkan pemahaman anak dalam suatu materi pelajaran.

Fokus Pemantapan dan Pemahaman

Jika pada suatu subyek materi pelajaran dirasakan masih cukup mudah untuk diajarkan kepada sang anak, maka tayangan video pembelajaran pada platform YouTube harus lebih kepada fokus pemantapan materi.

Sebagai contoh jika sang anak sudah mengetahui nama-nama tempat ibadah setiap pemeluk agama, maka bisa saja sang orangtua atau guru menampilkan video tentang kerukunan umat beragama pada kolom pencarian YouTube, maka hal tersebut akan menambah khasanah pemahamannya tentang nilai toleransi, dimana mereka bukan sekedar mengetahui nama-nama tempat ibadah, tetapi juga menjaganya agar tetap damai bertoleransi.

Namun apabila memang ada materi yang dirasakan cukup sulit untuk dipahami, maka disarankan untuk mencarikan video yang benar-benar fokus pendalaman materi serta tak bertele-tele penjelasannya.

Dapat dijadikan contoh pada materi pelajaran algoritma atau aljabar, bisa saja dicarikan video-video yang membahas beberapa trik dalam menyelesaikan soal-soal tersebut, karena bisa saja trik yang ditampilkan pada video tersebut bisa lebih efektif ketimbang cara pengerjaan yang selama ini diketahui oleh orangtua atau guru.

Membaca Buku Tetap Utama

Bagaimanapun, membaca buku adalah rajanya dalam memahami sesuatu, penjelasan suatu materi pelajaran yang ditayangkan pada platform YouTube kebanyakan adalah hanyalah berfokus pada yang penting-penting saja atau kadang hanya kulitnya saja, tetapi jarang yang benar-benar menampilkan suatu kedalaman pemahaman.

Di Indonesia, mengapa literasi sangat rendah, hal tersebut dikarenakan dalam suatu materi pelajaran, para pelajar hanya mendapatkan kontennya dari buku teks pelajaran, jarang sekali orangtua atau guru memberikan tambahan buku bacaan untuk memperkuat pemahaman para pelajar pada suatu materi pelajaran.

Sebagai contoh, pada jenjang Sekolah Dasar, para pelajar mendapatkan materi tentang perbedaan sampah organik dan sampah anorganik. Jika dalam buku teks pelajaran, maka yang didapatkan hanyalah penjelasan perbedaanya, namun akan berbeda jika para pelajar diberikan tambahan untuk membaca buku-buku genre anak yang terkait tentang isu sampah di sekitar lingkungan rumah, maka mereka tak sekedar paham perbedaan jenis-jenis sampah, tetapi justru bisa mempraktekkan memilah sampah-sampahnya di rumah.

Memberikan keleluasaan anak untuk melihat tayangan video mata pelajaran sekolah pada platform YouTube memang sah-sah saja, namun bagaimanapun kita tidak boleh mengabaikan betapa pentingnya untuk membudayakan membaca buku pada anak semenjak dini, agar tumbuh kembang menjadi pribadi yang matang serta berwawasan.

Menjadi Sosok Kamus Berjalan

Anak zaman sekarang memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar, jika mereka penasaran akan suatu jawaban, maka dengan mudahnya mereka mengetikkan jarinya pada kolom pencarian mbah Google atau paman YouTube.

Kondisi demikian memang sah-sah saja, namun kita sebagai orangtua atau guru harus memposisikan sebagai sumber utama dan pertama bagi anak-anak ketika mereka mencoba mencari suatu jawaban pada rasa ingin tahunya. Hal tersebut dikarenakan, sesuatu yang ingin diketahuinya belum tentu layak untuk dipahami pada seusianya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun