Acapkali banyak orangtua yang tak mempunyai waktu banyak untuk membersamai anaknya dalam pembelajaran di rumah, entah itu kesibukan pekerjaan atau mengurusi rumah tangga. Kebanyakan solusi yang bisa diberikan adalah memasukkannya ke tempat les bimbingan belajar atau memanggil guru les privat ke rumah.
Namun, beberapa tahun terakhir terdapat fenomena menarik, di mana solusi yang bisa digunakan orangtua salah satunya adalah dengan memanfaatkan konten-konten video pembelajaran sekolah yang terunggah pada platform YouTube pada smartphonenya, sang orangtua tinggal memutarkan video-video yang berkaitan pembelajaran mata pelajaran sekolah pada anaknya pada jam belajar di rumah.
Setali tiga uang, di sekolah-sekolah pun banyak guru yang menggunakan metode ini dalam pembelajaran di kelas, dimana sang guru tinggal memutarkan tayangan materi pembelajaran dari YouTube dengan menggunakan media proyektor plus speaker.
Pertanyaannya, apakah ini merupakan suatu pembelajaran yang efektif atau sikap mau cari enaknya saja dari orangtua atau guru dalam memberikan materi pelajaran. Keberadaan platform seperti YouTube, Google atau Artificial Intellegence memang dirasakan akhir-akhir ini benar-benar sangat membantu pembelajaran untuk anak, namun bisakah nanti pada akhirnya hal-hal tersebut bisa menghilangkan esensi pembelajaran konvensional.
Tayangan konten pelajaran sekolah di YouTube pada intinya adalah metode pembelajaran audiovisual, dan memang banyak diakui oleh para peneliti bidang pendidikan, merupakan salah metode pembelajaran efektif bagi para pelajar.Â
Namun untuk menjadi benar-benar efektif, kita harus memperhatikan beberapa hal penting, agar metode pembelajaran audio-visual ini benar-benar sangat bisa diandalkan, apa sajakah itu, berikut ulasannya.
Pengawasan Orangtua dan Guru
Walau konten pelajaran sekolah tersedia cukup banyak pada platform YouTube, bukan berarti pelajar bisa dengan bebasnya memilih videonya sesuka hati. Untuk jenjang Sekolah Dasar, tetap orangtua atau guru yang harus menentukan video pembelajaran mana saja yang bisa ditonton oleh para pelajar.
Pada praktiknya, dalam pengamatan, tidak semua video pembelajaran sekolah memiliki standar layak tonton bagi anak. Aspek yang harus diperhatikan antara lain adalah durasinya juga tidak boleh terlalu lama, tidak bertele-tele serta fokus pada materi. Maka dari itu, sebelum menampilkannya pada anak, orangtua harus melihatnya terlebih dahulu, apakah cukup efektif bagi pembelajarannya.
Pengawasan teramat penting jika sang anak memang sehari-hari belajar dengan melihat tayangan video pembelajaran sekolah, dimana sang orangtua pun harus selalu memonitor apakah ketika tidak dalam pengawasannya sang anak benar-benar melihat tayangan tersebut, atau justru waktunya dihabiskan untuk menonton hiburan seperti animasi.
Sesekali orangtua membersamai anaknya ketika menonton tayangan pembelajaran tersebut, dan memberikan penjelasan tambahan pada tayangan tersebut, sehingga dapat memantapkan pemahaman anak dalam suatu materi pelajaran.
Fokus Pemantapan dan Pemahaman
Jika pada suatu subyek materi pelajaran dirasakan masih cukup mudah untuk diajarkan kepada sang anak, maka tayangan video pembelajaran pada platform YouTube harus lebih kepada fokus pemantapan materi.
Sebagai contoh jika sang anak sudah mengetahui nama-nama tempat ibadah setiap pemeluk agama, maka bisa saja sang orangtua atau guru menampilkan video tentang kerukunan umat beragama pada kolom pencarian YouTube, maka hal tersebut akan menambah khasanah pemahamannya tentang nilai toleransi, dimana mereka bukan sekedar mengetahui nama-nama tempat ibadah, tetapi juga menjaganya agar tetap damai bertoleransi.
Namun apabila memang ada materi yang dirasakan cukup sulit untuk dipahami, maka disarankan untuk mencarikan video yang benar-benar fokus pendalaman materi serta tak bertele-tele penjelasannya.
Dapat dijadikan contoh pada materi pelajaran algoritma atau aljabar, bisa saja dicarikan video-video yang membahas beberapa trik dalam menyelesaikan soal-soal tersebut, karena bisa saja trik yang ditampilkan pada video tersebut bisa lebih efektif ketimbang cara pengerjaan yang selama ini diketahui oleh orangtua atau guru.
Membaca Buku Tetap Utama
Bagaimanapun, membaca buku adalah rajanya dalam memahami sesuatu, penjelasan suatu materi pelajaran yang ditayangkan pada platform YouTube kebanyakan adalah hanyalah berfokus pada yang penting-penting saja atau kadang hanya kulitnya saja, tetapi jarang yang benar-benar menampilkan suatu kedalaman pemahaman.
Di Indonesia, mengapa literasi sangat rendah, hal tersebut dikarenakan dalam suatu materi pelajaran, para pelajar hanya mendapatkan kontennya dari buku teks pelajaran, jarang sekali orangtua atau guru memberikan tambahan buku bacaan untuk memperkuat pemahaman para pelajar pada suatu materi pelajaran.
Sebagai contoh, pada jenjang Sekolah Dasar, para pelajar mendapatkan materi tentang perbedaan sampah organik dan sampah anorganik. Jika dalam buku teks pelajaran, maka yang didapatkan hanyalah penjelasan perbedaanya, namun akan berbeda jika para pelajar diberikan tambahan untuk membaca buku-buku genre anak yang terkait tentang isu sampah di sekitar lingkungan rumah, maka mereka tak sekedar paham perbedaan jenis-jenis sampah, tetapi justru bisa mempraktekkan memilah sampah-sampahnya di rumah.
Memberikan keleluasaan anak untuk melihat tayangan video mata pelajaran sekolah pada platform YouTube memang sah-sah saja, namun bagaimanapun kita tidak boleh mengabaikan betapa pentingnya untuk membudayakan membaca buku pada anak semenjak dini, agar tumbuh kembang menjadi pribadi yang matang serta berwawasan.
Menjadi Sosok Kamus Berjalan
Anak zaman sekarang memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar, jika mereka penasaran akan suatu jawaban, maka dengan mudahnya mereka mengetikkan jarinya pada kolom pencarian mbah Google atau paman YouTube.
Kondisi demikian memang sah-sah saja, namun kita sebagai orangtua atau guru harus memposisikan sebagai sumber utama dan pertama bagi anak-anak ketika mereka mencoba mencari suatu jawaban pada rasa ingin tahunya. Hal tersebut dikarenakan, sesuatu yang ingin diketahuinya belum tentu layak untuk dipahami pada seusianya.
Ketika kita beranjak dewasa bukan berarti kita pun berhenti untuk belajar, justru semakin bertambahnya usia kita harus selalu meningkatkan wawasan dan pengetahuan, karena yang namanya belajar tidak hanya berhenti pada bangku sekolah saja.
Maka ketika sang anak selalu bertanya banyak hal, kita sebagai orangtua paling tidak bisa menjawabnya dengan secara langsung serta bisa dipahaminya, namun apabila dirasakan masih kurang mendalam, barulah kita bisa menggunakan platform seperti Google atau YouTube untuk mempertajam jawabannya.
Pada prinsipnya metode pembelajaran model apapun sebenarnya baik untuk anak, namun kembali lagi bahwa semuanya akan menjadi efektif, jika para orangtua dan pengajar untuk selalu membersamai dan mengevaluasi pembelajaran setiap peserta didik. Semoga Bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H