Intinya, sebagai orangtua harus memperhatikan secara detail hal-hal yang sangat membuat sang anak menjadi nyaman untuk belajar. Efek Hawthrone sangat memperhatikan hal-hal detail yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan, seperti pencahayaan, perlengkapan atau bahkan kehadiran supervisor.
Dalam konteks pembelajaran anak, orangtua atau guru adalah supervisor atau pengawas sang anak ketika mereka belajar. Metode mengawasi sang anak saat belajar pun tentunya berbeda-beda pada tiap anak, ada yang senang terus diajak mengobrol, dan ada pula yang cukup berada di dekatnya.
Untuk ruang lingkup kelas, sang guru harus selalu mengevaluasi dan berdiskusi dengan seluruh murid tentang kesepakatan kenyamanan dalam kelas. Hal-hal penting yang harus selalu dievaluasi pada suatu kelas adalah pencahayaan, kelembapan, suhu ruangan (pengadaan kipas angin), kebersihan papan whiteboard dan hal-hal detail lainnya.
Evaluasi Perimeter
Efek Hawthorne sangat berkaitan erat dengan monitoring atau pengawasan. Sebagai orangtua tentunya tidak bisa terus menerus mengawasi pola belajar sang anak. Maka dari itu, perlu mengukur perimeter dalam mengamati atau mengawasi sang anak saat belajar.
Caranya dengan mengetes rasa ingin tahu dari sang anak, apabila sang anak memang suka sangat bertanya, maka cara mengatur perimeternya cukup memberikan atensi tinggi pada saat awal pembelajaran. Jika sudah terjawab semua pertanyaannya, anda bisa meninggalkannya untuk sejenak, mengerjakan hal lain dan baru kembali mengevaluasi jika sesi belajar telah berakhir.
Namun apabila sebaliknya sang anak tidak terlalu banyak bertanya dalam pembelajaran, maka biarkan ia menyelesaikan sendiri pembelajarannya, dan kembali sesekali untuk melihat hasil kerjanya. Perimeter yang demikian memberikan kesan bahwa anak yang berkategori demikian lebih suka diperhatikan hanya sesekali.
Pada cakupan kelas, seorang guru harus selalu berkeliling kelas mengamati setiap gaya belajar setiap muridnya, serta diusahakan kelas tidak boleh sering ditinggalkan dalam kondisi lama, karena kita tidak tahu ada beberapa murid yang suka mengganggu murid lainnya ketika belajar saat ditinggalkan sejenak oleh gurunya.
Target Harian
Ada beberapa sekolah yang menerapkan buku catatan harian pembelajaran. Hal tersebut adalah positif bagi sang murid dalam mencatat target-target harian pembelajarannya secara mandiri. Mereka akan mencatat hal apa saja yang sudah atau belum dikerjakan dalam pembelajaran.
Upaya rutin mencatat target harian, harus selalu diperhatikan oleh sang guru, karena dengan demikian, sang murid akan merasa diperhatikan upaya seriusnya dalam mengikuti pelajaran dengan mengapresiasi dan mengevaluasi catatan hariannya.
Catatan target seperti apakah sudah berdoa/shalat, apa saja yang materi ajar di sekolah dan lainnya adalah bentuk kedispilinan yang diperoleh secara mandiri. Hal seperti ini adalah inti dari pembelajaran pendidikan yang ada di negara Jepang, di mana mencatat kegiatan adalah bagian tak terpisahkan dari budaya mereka.
Pada ruang lingkup di rumah, catatan demikian bisa saja diterapkan, agar apabila belajar mereka tidak harus selalu diperhatikan, namun menjadikan buku catatan harian sebagai acuan dalam kegiatan pembelajarannya.