Pergi ke berbagai tempat obyek wisata menarik, akan membuatnya menjadi lebih inspiratif dalam membentuk ide atau gagasan, sehingga memudahkannya untuk memformulasikan alam bawah sadarnya tentang ketertarikan yang mencerminkan dirinya.
Sebagai contoh dari sekian tempat wisata yang dikunjungi, ternyata sang anak menyukai tempat obyek wisata yang terdapat Camping ground, berarti sang anak memiliki ketertarikan Motif Sosiogenetis pada ilmu survival, maka kedepannya bakat minat anak bisa difokuskan pada ilmu alam seperti geografi atau biologi.
Mengajak Ke Museum
Sebagaimana mengajaknya ke tempat obyek wisata, kita pun juga harus sering mengajaknya ke Museum, dan sebisa mungkin membawanya ke berbagai jenis museum.
Terkadang kita bisa membawanya ke museum peninggalan Hindu-Budha, lalu ke museum sejarah perjuangan atau mungkin ke museum arkeologi pra-sejarah dan macam lainnya. Jika kerap membawanya ke berbagai macam tempat kategori museum, maka akan merangsangnya tentang ilmu pengetahuan yang bisa dilihatnya secara langsung.
Berkunjung ke berbagai kategori museum, akan memunculkan ketertarikan-ketertarikan baru yang jauh lebih nyata. Berkunjung ke museum, bukan sekedar belajar sejarah, namun juga membantu membentuk pola pikir baru pada diri sang anak.
Sebagai contoh, dari sekian banyak museum yang dikunjungi, ternyata sang anak paling menyukai pergi ke museum kereta api atau angkutan. Hal tersebut bisa jadi pembuka awal minat bakat anak adalah pada bidang otomotif. Jadi berkunjung ke museum bukan berarti mengarahkan anak untuk menyukai bidang sejarah, tetapi lebih kepada menstimulasi Motif Sosiogenetis yang benar-benar disukai oleh anak.
Mengajak ke Perpustakaan
Berapa banyak orang tua di jaman sekarang yang mengajak anaknya ke perpustakaan. Saya sangat meyakini masih sedikit orang tua di Indonesia yang mengajak anaknya ke perpustakaan di waktu luang, selebihnya pasti mengajaknya ke Mall atau tempat hiburan lainnya saat liburan.
Padahal manfaat mengajak anak ke perpustakaan sangatlah besar untuk menstimulasi Motif Sosiogenetis sang anak. Lalu apa bedanya dengan membelikannya buku-buku. Perbedaannya adalah ketika berkunjung ke perpustakaan, sang anak akan disuguhkan berbagai genre buku anak pada rak-rak perpustakaan.
Proses sang anak mengeksplor buku apa saja yang ingin dia baca, secara tidak langsung membangun alam bawah sadarnya tentang ketertarikan utamanya. Orang tua tak perlu mengatur buku apa saja yang harus dibaca, biarkan sang anak memilih buku yang ia suka, yang terpenting kategori buku anak-anak.
Sebagai contoh, dari sekian banyak buku yang ia pilih, sang anak menyukai buku-buku tentang kebudayaan daerah, maka kedepannya bisa saja diarahkan pada minat bakat mapel tentang sosiologi, antropologi atau ilmu sosial lainnya. Metode mencari ketertarikan spesifik sang anak melalui buku yang disukai adalah cara yang paling efektif, maka sedari dini tingkatkanlah kesukaan anak pada buku.
Proses stimulasi Motif Sosiogenetis pada anak sebenarnya lebih cenderung pada mencari tahu apa saja yang benar-benar disukai sang anak, bukan kepada "maunya" sang orang tua atau mengikuti trend semata. Semoga bermanfaat.