Saya memiliki keponakan laki-laki yang masih duduk di kelas 1 sekolah dasar, dimana ia mempunyai ketertarikan unik dan berbeda ketimbang anak-anak seusianya.
Jika anak-anak laki-laki seusianya tergila-gila dengan tokoh superhero Avengers, maka keponakan saya tersebut justru menggandrungi tokoh-tokoh pewayangan. Ia lumayan cukup  hapal nama tokoh-tokoh lakon utama epos Bharatayudha atau Ramayana.
Tak cuma menghapalnya, dia pun memiliki hobi mengumpulkan koleksi wayang kulit tokoh lakon pewayangan. Ia pun kadang suka memainkan wayang kulit koleksinya itu, walau memang masih sesukanya, tidak sesuai jalan cerita aslinya dan cara memainkan karakternya, hal yang masih bisa dimaklumi.
Kedua orang tuanya sebenarnya tidak punya interest pada pewayangan, keponakan saya itu tertarik dengan pewayangan, karena kebetulan di rumah ayah saya atau kakeknya, ada geber wayang yang ditaruh di ruang tamu dengan beberapa tokoh pewayangan, mungkin saja ia menjadi menyukai pewayangan, dikarenakan kerap melihatnya.
Ketertarikan yang unik dari keponakan saya ini dalam dunia psikologi disebut dengan Motif Sosiogenetis, yaitu motif-motif yang dipelajari orang lain dan berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang itu berada dan berkembang.
Motif Sosiogenetis tidak berkembang dengan sendirinya, namun berdasarkan interaksi sosial dengan orang lain atau hasil kebudayaan.
Sebagai contoh, ada orang yang menyukai musik rock, namun adapula orang yang menyukai musik dangdut. Kemudian, ada orang yang berkeinginan belajar sejarah, namun ada pula orang yang berkeinginan belajar ilmu ekonomi.
Biasanya Motif Sosiogenetis secara spesifik baru muncul sekitar usia SMP atau SMA, namun tak menampik pada usia SD pun banyak kasus ada beberapa anak yang sudah memiliki ketertarikan spesifik satu bidang, contohnya pada keponakan saya.
Motif Sosiogenetis tidak terbatas pada ketertarikan menekuni sesuatu bidang, bisa saja ketertarikan yang sifatnya kesukaan, seperti kesukaan makan nasi goreng atau bakso atau kesukaan menonton film action.
Pada artikel ini, saya akan menitikberatkan pada Motif Sosiogenetis yang berkaitan pada ketertarikan atau keinginan dalam menekuni suatu bidang.
Jika pada umumnya, ketertarikan Motif Sosiogenetis baru muncul ketika remaja atau dewasa, maka sebenarnya ketertarikan spesifik ini sudah bisa dibentuk semenjak usia dini.
Hal ini teramat penting, karena semakin dini ia mengetahui apa ketertarikan utamanya, maka hal tersebut akan menjadi jalan pembuka untuk mengembangkan bakat minatnya.
Motif Sosiogenetis berbeda dengan Talents Mapping, walau memang agak mirip pendekatannya. Pada Motif Sosiogenetis menitikberatkan hanya terbatas pada "keinginan atau kesukaan", sementara Talents Mapping sudah merujuk pada fokus bakat minat.
Bisa dikatakan dengan mengetahui Motif Sosiogenetis sang anak sejak dini maka akan menjadi jalan pembuka untuk mengembangkan bakat minat utamanya.
Berikut beberapa hal yang bisa menjadi perhatian utama bagi para guru dan orang tua untuk merangsang atau merancang Motif Sosiogenetis yang ada pada anak.
Mengajak Ke Event Pameran Expo
Jika kebetulan di kota anda diselenggarakan pameran Expo, maka segeralah ajak anak anda ke sana untuk datang berkunjung.
Biasanya pada pameran Expo terdiri berbagai stan pameran yang menampilkan beragam bidang hal. Lalu amatilah sang anak, catat stan pameran mana saja yang ia masuki sendiri.
Sebagai contoh, apabila sang anak tiba-tiba memasuki stan yang berisikan alat-alat konstruksi, maka kedepannya anda bisa membelikannya mainan atau buku-buku yang berkaitan alat-alat konstruksi, untuk membantu stimulasi Motif Sosiogenetis-nya tentang hal tersebut.
Beragamnya stan pameran yang ditampilkan tentunya akan menambah wawasan sang anak untuk menentukan ketertarikan spesifik yang ia sukai, maka jika ada pameran Expo di dekat anda, segeralah ajak anak anda kesana.
Mengajak Ke Tempat Wisata
Ketika orang tua mengajak plesiran tempat wisata, sebaiknya selalu variatif destinasi obyek wisata yang dituju, mungkin kadang bisa di pantai, pegunungan, danau atau tempat bersejarah.
Tujuannya untuk menambah wawasan pengalaman bagi sang anak, maka apabila ia kerap berkunjung ke berbagai tempat obyek wisata yang berbeda, maka nantinya menstimulasi ketertarikannya tentang berbagai tempat menarik yang dikunjungi.
Pergi ke berbagai tempat obyek wisata menarik, akan membuatnya menjadi lebih inspiratif dalam membentuk ide atau gagasan, sehingga memudahkannya untuk memformulasikan alam bawah sadarnya tentang ketertarikan yang mencerminkan dirinya.
Sebagai contoh dari sekian tempat wisata yang dikunjungi, ternyata sang anak menyukai tempat obyek wisata yang terdapat Camping ground, berarti sang anak memiliki ketertarikan Motif Sosiogenetis pada ilmu survival, maka kedepannya bakat minat anak bisa difokuskan pada ilmu alam seperti geografi atau biologi.
Mengajak Ke Museum
Sebagaimana mengajaknya ke tempat obyek wisata, kita pun juga harus sering mengajaknya ke Museum, dan sebisa mungkin membawanya ke berbagai jenis museum.
Terkadang kita bisa membawanya ke museum peninggalan Hindu-Budha, lalu ke museum sejarah perjuangan atau mungkin ke museum arkeologi pra-sejarah dan macam lainnya. Jika kerap membawanya ke berbagai macam tempat kategori museum, maka akan merangsangnya tentang ilmu pengetahuan yang bisa dilihatnya secara langsung.
Berkunjung ke berbagai kategori museum, akan memunculkan ketertarikan-ketertarikan baru yang jauh lebih nyata. Berkunjung ke museum, bukan sekedar belajar sejarah, namun juga membantu membentuk pola pikir baru pada diri sang anak.
Sebagai contoh, dari sekian banyak museum yang dikunjungi, ternyata sang anak paling menyukai pergi ke museum kereta api atau angkutan. Hal tersebut bisa jadi pembuka awal minat bakat anak adalah pada bidang otomotif. Jadi berkunjung ke museum bukan berarti mengarahkan anak untuk menyukai bidang sejarah, tetapi lebih kepada menstimulasi Motif Sosiogenetis yang benar-benar disukai oleh anak.
Mengajak ke Perpustakaan
Berapa banyak orang tua di jaman sekarang yang mengajak anaknya ke perpustakaan. Saya sangat meyakini masih sedikit orang tua di Indonesia yang mengajak anaknya ke perpustakaan di waktu luang, selebihnya pasti mengajaknya ke Mall atau tempat hiburan lainnya saat liburan.
Padahal manfaat mengajak anak ke perpustakaan sangatlah besar untuk menstimulasi Motif Sosiogenetis sang anak. Lalu apa bedanya dengan membelikannya buku-buku. Perbedaannya adalah ketika berkunjung ke perpustakaan, sang anak akan disuguhkan berbagai genre buku anak pada rak-rak perpustakaan.
Proses sang anak mengeksplor buku apa saja yang ingin dia baca, secara tidak langsung membangun alam bawah sadarnya tentang ketertarikan utamanya. Orang tua tak perlu mengatur buku apa saja yang harus dibaca, biarkan sang anak memilih buku yang ia suka, yang terpenting kategori buku anak-anak.
Sebagai contoh, dari sekian banyak buku yang ia pilih, sang anak menyukai buku-buku tentang kebudayaan daerah, maka kedepannya bisa saja diarahkan pada minat bakat mapel tentang sosiologi, antropologi atau ilmu sosial lainnya. Metode mencari ketertarikan spesifik sang anak melalui buku yang disukai adalah cara yang paling efektif, maka sedari dini tingkatkanlah kesukaan anak pada buku.
Proses stimulasi Motif Sosiogenetis pada anak sebenarnya lebih cenderung pada mencari tahu apa saja yang benar-benar disukai sang anak, bukan kepada "maunya" sang orang tua atau mengikuti trend semata. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H