Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menumbuhkan Minat Membuat Puisi pada Anak-Anak

3 September 2024   15:40 Diperbarui: 5 September 2024   13:59 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak membacakan karya puisi (Sumber: Berita 99.co)

Pada majalah anak Bobo, ada salah satu rubrik yang selalu menjadi kesukaan saya semenjak kecil dan kebetulan anak saya juga menyukai rubrik itu.

Rubrik yang dimaksud adalah rubrik kiriman puisi dari berbagai anak dari segala pelosok negeri ini. Sungguh hal ini menunjukkan ketertarikan sastra pada dunia anak-anak, walaupun pilihan katanya masih sederhana, namun tetaplah menarik untuk dibaca.

Faktanya untuk level sekolah dasar, ketertarikan membuat puisi atau membaca puisi masihlah teramat rendah, jangankan membuat puisi, membuat merangkai kalimat saja kebanyakan mereka masih takut salah. Hal ini disebabkan minat baca yang rendah, sehingga kosakatanya pun pasti rendah.

Padahal manfaat membuat puisi pada usia anak-anak sebenarnya banyak sekali faedahnya, dikarenakan membuat puisi sebenarnya jauh lebih mudah ketimbang membuat karangan.

Format puisi yang tidak sekaku membuat paragraf karangan, sebenarnya baik untuk perkembangan sastra bagi anak untuk mengekspresikan sesuatu dalam dirinya.

Membuat puisi akan membuat mereka lebih perasa atau peka terhadap suatu objek yang dijadikan bahan tulisan dalam puisi mereka, sehingga secara langsung melatih daya pikir kognitifnya.

Ilustrasi anak membacakan karya puisi (Sumber: Berita 99.co)
Ilustrasi anak membacakan karya puisi (Sumber: Berita 99.co)

Tema-tema seperti nasionalisme, lingkungan atau sayang orang tua adalah nilai-nilai yang mudah ditanamkan pada benak mereka lewat media puisi, di mana mereka mungkin jauh lebih memahaminya lewat kata puitis.

Namun tantangannya adalah miskinnya perbendaharaan kata yang dimiliki anak-anak. Secara konsep untuk level puisi anak, tidaklah harus diisi dengan kosakata level pujangga, yang terpenting adalah mereka paham apa yang mereka tulis, karena memang puisi tak memiliki format baku, jadi hal tersebut sebenarnya memudahkan mereka untuk membuatnya.

Kalimat seperti, "Bunga itu indah" atau "Pahlawan membela negara", sebenarnya sudah cukup baik untuk level sekolah dasar, karena intinya puisi lebih menitikberatkan pada ungkapan atau ekspresi.

Lalu bagaimanakah cara agar anak-anak bisa dengan mudah merangkai kata-kata puisi, agar dapat tumbuh jiwa sastra pada mereka, berikut beberapa hal yang bisa dijadikan perhatian kita dalam metode pembelajaran membuat puisi untuk level sekolah dasar.

Perbanyak Kosakata Sinonim

Pada intinya membuat puisi artinya membuat kalimat namun pilihan kata atau diksinya tidak menggunakan kosakata yang umum. Maka disini penting kiranya untuk selalu mengajarkan konsep sinonim atau pilihan kata yang memiliki arti makna yang sama.

Untuk level sekolah dasar kita mungkin bisa memulainya dengan hal-hal sederhana yang sering mereka lihat, seperti kata "Matahari", bisa saja diganti dengan "Mentari" atau "Sang Surya". Contoh lainnya kata seperti "Melihat", bisa diganti "Memandang" dan lainnya.

Pembelajaran sinonim pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk sekolah dasar memang sudah diajarkan, namun untuk menambah wawasan sastra anak-anak, kita perlu sering-sering memberikan beberapa kata sinonim baru kepada mereka.

Setelah anak mulai banyak mengetahui tambahan kosakata baru yang lebih puitis, maka hal ini akan memudahkannya untuk membuat kalimat-kalimat puisi lebih baik.

Mengeksplor Lingkungan Sekitar

Jangankan anak kecil, orang dewasa pun sering "blank" dalam menggali inspirasi untuk menulis puisi, maka untuk memulainya anak-anak bisa diajak ke lingkungan sekitar mereka, seperti taman bermain, halaman rumah, taman bunga, rumah kakek atau tempat alam lainnya.

Mereka bisa membuat puisi berdasarkan apa yang terlihat dalam lingkungan sekitarnya. Tidak perlu memaksa anak untuk membuat puisi berdasarkan imajinasi mereka. Hal ini berbeda dengan menggambar bebas, yang kadang bisa berdasarkan imajinasi bebas mereka, namun untuk merangkai puisi akan lebih mudah berdasarkan inspirasi yang ada di sekitar mereka.

Pada mulanya mungkin hanya membuat pola kalimat sederhana seperti, "Taman Bunga di rumah sungguh indah sekali", maka sudah merupakan hal yang baik sebagai perkenalan mereka terhadap sastra sederhana.

Kita tak banyak berharap mereka dapat membuat kalimat-kalimat yang sangat puitis, namun setidaknya mereka tidak kebingungan dalam menentukan ide dalam membuat puisi berdasarkan lingkungan sekitar mereka.

Pembiasaan Fiksi Anak

Tidak dipungkiri anak yang terbiasa membaca buku fiksi cerita anak-anak akan jauh lebih mudah dalam membuat kalimat-kalimat, dikarenakan kayanya kosakata yang ia miliki.

Maka dari itu pembiasaan anak-anak untuk sering membaca fiksi cerita anak-anak akan menambah kemampuannya dalam mengarang cerita dan membuat puisi. Cerita fiksi anak biasanya mengandung alur cerita yang memancing "dialog" dalam benak pikiran mereka, yang tentunya akan memudahkanya untuk menyusun alur puisi yang akan dibuat.

Terlebih pasti kebiasaan membaca cerita fiksi anak dari berbagai genre entah itu fabel, nasionalisme, keindahan alam, dongeng atau yang lainnya akan menambah kemampuannya dalam berbagai gaya.

Banyak orang yang menyepelekan buku fiksi anak, karena mungkin dibandingkan dengan buku non-fiksi yang mendukung pelajaran sekolah, padahal buku fiksi anak sangat berperan membentuk karakter kepribadian anak dalam kemampuan kognitif serta mengelola perasaan.

Evaluasi dan Praktik

Guru atau orangtua harus selalu mengapresiasi segala karya puisi yang dibuat sang anak, apapun hasilnya, yang terpenting kita puji dahulu. Selanjutnya bersama-sama mengevaluasi tata kalimatnya atau pilihan kata pada puisi sang anak.

Evaluasi karya puisi sang anak sangat penting, agar selanjutnya mereka bisa membuat karya puisi yang lebih baik dengan tata kalimat yang cantik serta pilihan kata yang lebih puitis dan ekspresif.

Kemudian apabila karya puisi sang anak sudah selesai dievaluasi, maka sebaiknya karya puisi tersebut dibacakan olehnya, namun apabila ia masih malu-malu, maka sang guru atau orang tuanya bisa membacakannya dengan lantang.

Praktik membacakan karya puisi sang anak jelas akan menambah kepercayaan dirinya, baik apabila dibacakan olehnya atau mentornya. Karena karya puisi yang wujudnya tulisan "dihidupkan" dengan dibacakan, karena secara esensi karya puisi memang harus dibacakan pada audiens.

Ajarkan mereka teknik dasar membaca puisi seperti intonasi, gestur, mengatur ritme, ekspresi dan lainnya, tidak harus muluk-muluk, yang terutama mereka paham bahwa puisi adalah bentuk ungkapan jiwa.

Menumbuhkan minat membuat karya puisi bukanlah semata-mata untuk mendukung anak yang berkemampuan linguistik saja, tetapi sifatnya umum untuk semua kategori anak, karena kepekaan sastra sejatinya digunakan dalam keseharian untuk mengungkapkan ekspresi diri. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun