Terlebih pasti kebiasaan membaca cerita fiksi anak dari berbagai genre entah itu fabel, nasionalisme, keindahan alam, dongeng atau yang lainnya akan menambah kemampuannya dalam berbagai gaya.
Banyak orang yang menyepelekan buku fiksi anak, karena mungkin dibandingkan dengan buku non-fiksi yang mendukung pelajaran sekolah, padahal buku fiksi anak sangat berperan membentuk karakter kepribadian anak dalam kemampuan kognitif serta mengelola perasaan.
Evaluasi dan Praktik
Guru atau orangtua harus selalu mengapresiasi segala karya puisi yang dibuat sang anak, apapun hasilnya, yang terpenting kita puji dahulu. Selanjutnya bersama-sama mengevaluasi tata kalimatnya atau pilihan kata pada puisi sang anak.
Evaluasi karya puisi sang anak sangat penting, agar selanjutnya mereka bisa membuat karya puisi yang lebih baik dengan tata kalimat yang cantik serta pilihan kata yang lebih puitis dan ekspresif.
Kemudian apabila karya puisi sang anak sudah selesai dievaluasi, maka sebaiknya karya puisi tersebut dibacakan olehnya, namun apabila ia masih malu-malu, maka sang guru atau orang tuanya bisa membacakannya dengan lantang.
Praktik membacakan karya puisi sang anak jelas akan menambah kepercayaan dirinya, baik apabila dibacakan olehnya atau mentornya. Karena karya puisi yang wujudnya tulisan "dihidupkan" dengan dibacakan, karena secara esensi karya puisi memang harus dibacakan pada audiens.
Ajarkan mereka teknik dasar membaca puisi seperti intonasi, gestur, mengatur ritme, ekspresi dan lainnya, tidak harus muluk-muluk, yang terutama mereka paham bahwa puisi adalah bentuk ungkapan jiwa.
Menumbuhkan minat membuat karya puisi bukanlah semata-mata untuk mendukung anak yang berkemampuan linguistik saja, tetapi sifatnya umum untuk semua kategori anak, karena kepekaan sastra sejatinya digunakan dalam keseharian untuk mengungkapkan ekspresi diri. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H