Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tahun 2100, Kehidupan Tanpa Smartphone

10 Agustus 2024   20:34 Diperbarui: 10 Agustus 2024   20:58 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi smartphone dibuang dan dibakar di era tahun 2100 (sumber : Clark Chronicle )

Alkisah di tahun 2100, hiduplah seorang nenek yang bernama Khayla Shaffa Queena. Dilihat dari namanya sang nenek tergolong generasi Alpha yang lahir pada era 2000belasan, dan besar kemungkinan orang tuanya termasuk generasi millenial atau gen Z di masa lalu.

Pada era 2100, sang nenek tampak keheranan dengan generasi ini, dimana ia melihat generasi pada masa ini seolah seperti ke jaman batu yang sudah tak memakai lagi gawai smartphone dalam keseharian, seperti masa kecilnya dahulu.

Generasi pada masa ini disebut "Gen XYZ100", sebuah generasi yang sangat berbeda dengan generasi-generasi terdahulu, utamanya dalam pengurangan pemanfaatan teknologi informasi sehari-hari.

Sang nenek yang akrab dipanggil "grandma Khayla" ini sering bingung dengan anaknya yang tak pernah pergi ke kantor untuk mencari penghidupan, serta dibuat heran dengan cucunya yang bersekolah hanya 3 hari dalam seminggu saja, itu pun bersekolah sangat dekat sekali dengan kediamannya, bukan bersekolah di sekolah favorit seperti jamannya dulu. Pada masa ini sistem zonasi sudah merata dimana-mana, pemerintah mewajibkan setiap anak harus bersekolah di dekat rumahnya, agar bisa banyak waktu untuk bermain dan dekat dengan keluarga, serta melatih kemandirian.

Anak-anak dari grandma Khayla, rata-rata berkerja sebagai petani lokal, pada masa ini sudah tidak trend lagi kerja berdasi kantoran. Kesejahteraan berhasil diwujudkan pemerintah karena hasil tambang dan gas alam benar-benar diberikan hampir seluruhnya untuk rakyat. Pada masa ini setiap kepala keluarga diberi tambahan subsidi sebesar 20 juta Rupiah, sementara fresh graduate diberikan bekal 5 juta setiap bulannya, dan masih banyak benefit kesejahteraan lainnya yang diberikan oleh pemerintah.

Maka dari itu, kebanyakan masyarakat pada jaman ini, justru banyak yang berprofesi petani, selain untuk kecukupan pangan, juga sebagai sarana interaksi sosial antar warga masyarakat pada lahan yang digarap bersama-sama serta untuk menyehatkan raga mereka melalui kegiatan fisik bertani, tak ayal generasi ini minim stress dan jarang sakit.

Memang masih ada perkantoran atau perbankan yang beroperasi, namun hanya sekedar kepengurusan administrasi saja.

Hal yang paling membuat grandma Khayla bingung adalah hampir sebagian besar masyarakat di jaman ini, tidak memakai gawai smartphone dalam keseharian mereka.

Pada masa kecil grandma, mulai dari belajar merangkak, beliau sudah akrab dengan Cocomelon pada hape ibunya, lalu belajar dan bermain dengan berbagai aplikasi smartphone miliknya. Kemudian membayar segala keperluan dan perbelanjaan dengan aplikasi payment, bahkan sang nenek sempat merasakan booming teknologi smartphone hologram yang super canggih di era 2050an.

Namun semua itu berubah di era 2070an, dimana terjadi "Revolusi Bahagia", dikisahkan generasi muda pada jaman itu, termasuk anak-anak grandma Khayla, mengadakan protes demonstrasi besar-besaran kepada pemerintah tentang mencari makna kebahagiaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun