Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Jangan Hujat dan Bully Para Punggawa Garuda Muda Berlebihan

6 Agustus 2024   16:49 Diperbarui: 6 Agustus 2024   22:13 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arkhan Kaka (sumber: KOMPAS.com)

Pada pertandingan sore itu sekitar medio 2004, tampak seorang striker muda andalan PSIS Semarang yang bernama Purwanto tampak frustasi belum bisa mengakhiri paceklik golnya, padahal permainannya bisa dibilang sangat baik. Sementara para supporter Laskar Mahesa Jenar di tribun Utara GOR Jatidiri tampak tetap menyemangati striker muda tersebut dengan yel-yel "Ayo...ayo.. Purwanto" menggunakan irama Mambo yang sedang trend saat itu.

Saya sewaktu kuliah berada di kota Semarang, dan selalu mengikuti pertandingan PSIS Semarang jika ada pertandingan kandang. Salah satu pemain favorit PSIS saya adalah Purwanto, walau dia seorang striker yang agak jarang cetak gol, tapi dia memiliki speed dan dribble yang ciamik.

Hingga akhirnya karirnya memang mengalami puncaknya ketika bermain untuk Semen Padang , sekaligus menjadi tiket masuk baginya ke dalam line up timnas masa itu.

Mungkin para pembaca banyak yang tidak tahu siapa dia dan kiprahnya, nama lengkapnya adalah Purwanto Suwondo dan beliau adalah ayah dari Arkhan Kaka, pemain timnas U 19 yang baru saja menjuarai piala AFF U-19 lalu.

Arkhan Kaka sendiri akhir-akhir ini menjadi sorotan publik netizen, dimana ia menjadi bahan bully habis-habisan oleh para netizen yang mulia, yang dikompori oleh komentator Coach Justin dan bung Rendra Soedjono.

Mohon maaf saya memakai kata "dikompori", karena apabila mereka memakai kata santun dan komprehensif saat mengomentari kinerja para punggawa Timnas, saya rasa netizen pun tidak akan menggunakan kata-kata merendahkan para pemain timnas kita.

Melihat hal tersebut, coach Indra Sjafri langsung pasang badan melindungi anak didiknya, dan meminta jangan terus menerus membully para punggawa Garuda Muda.

Setali tiga uang, sang ayah dari Arkhan Kaka yaitu Purwanto Suwondo, yang juga mantan Timnas, juga melakukan hal yang sama, yaitu meminta Coach Justin agar tidak membully anaknya, begitu pula para netizen yang juga mengikuti bully tersebut, dimana dengan kasar menyebut Arkhan Kaka tidak pantas di timnas.

Saya bisa mengerti perasaan mas Purwanto, karena sewaktu dia masih pemain muda, ketika dia mengalami paceklik gol, para fans di jaman itu masih memberikan semangat, dan sama sekali tidak menghujatnya, berbeda sekali dengan anaknya Arkhan Kaka, yang terkena hujatan bully berlebihan dari komentator dan netizen, hanya karena dinilai kurang bermain bagus atau selebrasi golnya dianggap tidak pas.

Begitu pula komentator Rendra Soedjono yang mengomentari para pemain timnas seolah dia adalah seorang pelatih di lapangan, dimana ia menggunakan kata-kata perintah seperti "ayo lari" dan lainnya saat pertandingan live langsung Timnas, tentunya tidak sesuai nilai etis seorang komentator, yang akhirnya merembet pada netizen yang suka komentar berlagak mereka sangat paham kondisi di lapangan.

Kondisi demikian terus terang adalah hal yang baru dalam melihat sepakbola sebagai entertainment. Coba kita lihat jaman dulu, dimana komentator Bung Kusnaeni yang jika memberikan komentarnya, sama sekali tidak pernah menyerang pemain yang bermain jelek, dia selalu menampilkan analisa dan data yang tajam serta komprehensif, tidak asal "njeplak", seperti mengatakan "tidak layak" dan sebagainya.

Lalu bagaimanakah cara mengkritik pemain Timnas, utamanya para pemain muda agar tidak menjurus ke arah bully, berikut kiranya rambu-rambu dalam memberikan kritik untuk kemajuan sepakbola kita.

Kritik Komprehensif

Seperti yang saya utarakan di atas, format komentar atau pundit sepakbola itu minimal seperti Bung Kusnaeni, jika bicara runut, komprehensif, detail serta melampirkan data-data serta informasi yang jarang pemirsa ketahui, jadi seolah seperti membaca tabloid olahraga yang sajikan artikel komprehensif.

Saya rasa komentator atau pundit tanah air di jaman kekinian harus kembali ke "khitahnya" yaitu ketika memberikan analisanya harus dipenuhi argumen komprehensif yang di dasarkan data dan fakta, bukan faktor like and dislike.

Saya suka dengan pundit yang detail menjelaskan data-data berapa kali pemain itu melakukan tackle, percobaan, passing dan lainnya, sehingga kesimpulan yang ia buat pasti sangat komprehensif dan bisa dijadikan pegangan.

Kritik Bermartabat

Saya masih ingat, Coach Justin pernah menghina Son Heung Min sebagai "pemain badminton", atau membuat perumpamaan merendahkan Piala AFF sebagai piala Chiki, faktanya Son Heung Min adalah contoh pemain Asia yang luar biasa prestasinya di Eropa sementara fans kita pun juga senang kita beberapa kali juara AFF walau masih tingkat umur, intinya prestasi itu penting apapun levelnya.

Saya rasa itu ranahnya sudah ke arah opini pribadi, dan tidak layak diungkapkan ke publik, kalau bicaranya di warung kopi atau angkringan mungkin tak masalah. Seorang komentator bola atau Pundit harus bisa memberikan edukasi sepakbola yang obyektif kepada pemirsa, bukan malah menggiring opini sesuka dia.

Inilah yang namanya menciptakan kritik yang bermartabat, yaitu ketika menyampaikan tanggapan haruslah tetap menggunakan kata-kata santun wajar berdasarkan data dan fakta, bukan didasarkan pada selera opini belaka.

Kritik Membangun

Saya masih ingat pada tahun 2022, pelatih Persis Solo, Jacksen F. Tiago pernah mengalami paceklik kemenangan, entah bagaimana para supporter malah menyerang rumah keluarganya di Solo, sontak tak lama kemudian, Jacksen langsung mengundurkan diri, karena ia ingin melindungi keluarganya dari anarkisme para supporter.

Hal tersebut adalah gambaran para penikmat sepakbola sekarang yang kelewat FOMO, kita harus memahami bahwa sepakbola tak lebih dari senda gurau belaka, kalah dan menang adalah hal biasa, namun sekarang para fans seolah kadang lupa sebelumnya sang bintang lapangan pernah bermain bagus, namun di lain pertandingan bermain kurang sesuai harapan, maka langsung dibully dirujak oleh para netizen.

Tak hanya Arkhan Kaka, pemain muda lain seperti Marselino dan lainnya kerap menjadi korban bully, padahal sebelumnya mereka sempat dielu-elukan karena bermain apik, namun ketika bermain kurang bagus, langsung dihujat bahkan dimaki-maki di sosial media.

Budayakan kritik membangun, fans yang baik adalah memberi selamat kepada pemain ketika berprestasi, dan memberi semangat ketika pemain atau timnya mengalami kekalahan, sesederhana itu.

Sadari Kita Hanyalah Penonton

Komentator, pundit dan kita yang menonton pertandingan tak lebih hanyalah berstatus sebagai "penonton".

Seorang pelatih, punya hak untuk menilai lebih dalam kinerja para pemainnya, bahkan tak masalah memaki-maki para pemainnya di ruang ganti, karena dalam istilah coaching, memakai metode apapun diperbolehkan. Sementara kita yang di luar lapangan, hanya sebatas bisa memberi semangat, dan kurang patut jika sampai memberikan statement di sosial media dengan menyerang si pemain hingga mengatakan tak layak di timnas, saya rasa itu sudah terlalu jauh.

Jika kita sampai menghujat si Arkhan Kaka dan mengatakan dia tidak layak di timnas, itu sama saja kita menghina coach Indra Sjafri yang melatihnya, padahal kredibilitas Coach Indra sudah tak diragukan lagi.

Artikel ini bukan pembelaan kepada Arkhan Kaka, tetapi sebagai pembelajaran kepada kita semua bahwa mengkritik itu sah-sah saja, tetapi juga harus sadar para pemain juga manusia, yang juga punya hati, seperti kata rocker Candil, hargai kontribusi mereka, masalah layak atau tidak itu semua hak prerogatif sang pelatih.

Jadilah fans timnas sejati yang selalu mengobarkan semangat kepada seluruh punggawa Garuda, utamanya para pemain muda yang masih dalam tahap pengembangan mentalnya, salam olahraga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun