Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mari Kita Kenali Attachment Disorder Pada Anak

5 Agustus 2024   09:27 Diperbarui: 10 Agustus 2024   13:13 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu perilaku attachment disorder pada anak (sumber : Mas & Pas )

Jika di-Bahasa Indonesia kan menjadi Gangguan keterlibatan sosial yang tidak terkendali (DSED), dalam prakteknya, anak-anak yang terindikasi DSED adalah anak-anak yang tidak diasuh langsung oleh orangtuanya atau anak yatim piatu.

Berkebalikan dengan anak RAD, anak-anak yang terindikasi DSED justru mudah sekali dekat dengan siapapun, tetapi kedekatannya tidak normal seperti pada umumnya, seperti posesif, suka bertanya apa saja namun mengabaikan norma-norma kesopanan dan bahkan cenderung sangat hiperaktif.

Sekilas seperti anak normal, namun jika diperhatikan pola pertemanannya tak wajar, bahkan dapat dengan mudah dekatnya dengan orang baru saja dikenal, tentunya sangat membahayakan bagi keamanan dirinya.

Intinya anak DSED sebenarnya sangat haus kasih sayang, karena di rumahnya ia kerap ditelantarkan dan tak pernah diperhatikan, entah di rumahnya ia menghabiskan banyak waktu sendiri dan dilarang keluar rumah, maka lama kelamaan kemampuan sosialnya menjadi terganggu.

Apabila seorang anak dengan DSED tidak mendapatkan penanganan yang efektif, masalah itu rentan berlanjut hingga dewasa. Remaja atau orang dewasa dengan DSED, gejalanya antara lain menjadi pribadi hiperaktif, kemudian kepercayaan yang ekstrem terhadap orang-orang yang tidak dikenal sehingga rawan sekali ditipu oleh orang tak bertanggung jawab, lalu kurang mengerti kesadaran batas sosial sehingga rawan sekali terkena pengaruh hal negatif, serta memiliki kecenderungan mengajukan pertanyaan yang mengganggu kepada orang yang baru saja ditemui.

Lalu bagaimanakah dalam menangani anak-anak yang memiliki gejala DSED agar tumbuh kembangnya menjadi normal. Secara umum ketimbang anak RAD, penanganan anak DSED agak jauh lebih mudah, karena intinya hanya memantik kesadaran dari wali dari anak tersebut.

Berbeda dengan anak RAD yang biasanya berasal dari keluarga yang penuh kekerasan atau aib, anak DSED intinya tumbuh dari lingkungan yang memang kurang memperhatikan tumbuh kembang anak.

Maka apabila walinya adalah kakek neneknya, maka disarankan perlu ada tambahan pendamping lagi yang lebih energik dan lebih perhatian, seperti paman atau bibinya, supaya perkembangan anak bisa terpantau.

Tidak sedikit kasus muncul dari keluarga kaya, karena sang anak seharian hanya dengan asisten rumah tangga, parahnya lagi ARTnya pun cuek dengan perkembangan anak, sementara orangtuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Maka jika demikian, kembali kepada kejelian para pendidik jika melihat sesuatu yang tak normal dan tak lazim pada kemampuan sosial pada peserta didiknya, dan mensegerakan berkomunikasi kepada wali sang anak, untuk dicari solusi untuk penanganannya, jika perlu libatkan psikolog anak untuk penanganan yang lebih komprehensif.

Sejatinya tidak ada yang namanya label "anak nakal", karena mereka baru belajar tentang kehidupan, adalah kitalah yang telah dewasa dengan penuh kesabaran dan keikhlasan menuntun dan menunjukkannya tentang makna berkehidupan sesungguhnya. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun