Kebijakan Golden Visa baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 25 Juli 2024 di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta.Â
Kebijakan ini diluncurkan untuk memberikan kemudahan kepada para warga negara asing (WNA), terutama bagi yang berinvestasi di Indonesia.
Tampak pada acara peresmian tersebut pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Young didaulat secara simbolis diberikan kehormatan untuk menerima Golden Visa langsung dari Presiden Jokowi.
Agak menarik sebenarnya, coach STY yang menjadi 'brand ambassador' dari program imigrasi Golden Visa ini, mengingat kebijakan ini difokuskan kepada para investor asing yang menanamkan modalnya dalam jumlah super besar di Indonesia.
STY bukanlah investor, tapi memang dia bisa masuk kategori salah satu syarat penerima Golden Visa yaitu yang menjadikan Indonesia sebagai rumah kedua, karena keahlian yang dimilikinya yaitu pelatih timnas.
Agak ambigu sebenarnya, dengan frase "keahlian khusus", karena apakah dengan seorang warga asing memegang jabatan pelatih olahraga di negara kita, lantas bisa dibilang memiliki keahlian khusus.Â
Lalu bagaimana nasib pelatih-pelatih asing lainnya yang melatih cabang olahraga lainnya, apakah juga berhak mendapatkan Golden Visa.
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang kritik dari kebijakan Golden Visa ini, mari lihat dulu pasal-pasal penting dari policy ini.
Peraturan perundang-undangan mengenai golden visa Indonesia telah termaktub dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Permenkumham) Nomor 22 Tahun 2023 tentang Visa dan Izin Tinggal. Dalam BAB V tentang Golden Visa pada Pasal 184 dijelaskan sebagai berikut:
Golden Visa merupakan pengelompokan terhadap visa tinggal terbatas, izin tinggal terbatas, izin tinggal tetap, dan izin masuk kembali untuk jangka waktu tertentu, yakni paling lama 5 atau 10 tahun. Golden visa diberikan untuk melakukan kegiatan penanaman modal, penyatuan keluarga, repatriasi, dan rumah kedua.