Pada tahun lalu, putri saya sempat mengikuti dua kali perlombaan menyanyi, kebetulan ia memiliki ketertarikan dalam tarik suara, sebagai orang tua kita harus mendukungnya minat dan bakatnya untuk munculkan kepercayaan dirinya.
Hal yang menarik adalah, 2 ajang lomba menyanyi yang diikuti putri saya sangat berbeda formatnya, dimana lomba pertama yang diikuti sifatnya online atau mengirimkan video menyanyinya, kemudian lomba kedua yang diikuti adalah pentas langsung di atas panggung.
Untuk lomba menyanyi dengan format mengirimkan video rekaman, Alhamdulillah anak saya berhasil masuk dalam 10 besar dari puluhan peserta yang  berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Namun, untuk lomba menyanyi dengan format pentas langsung di panggung, ia tampak grogi alias demam panggung, hingga akhirnya hasilnya dirasakan kurang maksimal. Namun hal tersebut bisa dimaklumi, karena hal tersebut adalah momen pertamanya menyanyi di atas panggung dalam sebuah Mall, dan disaksikan ratusan orang.
Saat itu bagi saya, sang anak sudah bisa berani tampil di atas panggung disaksikan ratusan orang yang tak dikenalnya, saya anggap sudah prestasi luar biasa, dan itulah pesan yang saya sampaikan kepadanya untuk membesarkan hatinya.
Mungkin para pembaca sekalian juga memiliki beberapa pengalaman putra-putrinya yang tampil di panggung acara, entah itu acara internal sekolah seperti pentas seni atau mungkin event eksternal seperti perlombaan-perlombaan yang diadakan pihak luar sekolah.
Apapun formatnya, jika sang anak tampil di panggung dan menunjukkan performanya, sudah barang pasti kadang membuat grogi buat sang anak, bahkan tak jarang orang tuanya pun juga keringat dingin.
Hal tersebut adalah suatu kewajaran, apalagi hal tersebut adalah momen-momen awalnya. Namun tak sedikit saya sering melihat anak-anak yang demam panggungnya teramat parah, hingga benar-benar tak mau tampil, padahal sudah latihan sebelumnya.
Demam panggung sebenarnya adalah bentuk kecemasan yang berawal ketidakpercayaan diri, terdapat rasa bahwa jika ia tampil akan tampak memalukan atau mungkin perasaan-perasaan yang dibuat-buat walau tak sedemikian benar kenyataannya pada saat di atas panggung.
Perasaan ini tidak hanya menjangkiti anak-anak yang hendak naik panggung, tetapi juga bisa dialami oleh orang dewasa yang tak terbiasa tampil di depan publik.
Namun apabila sang anak memang memiliki kemampuan performa yang sangat baik, seperti berpidato, menyanyi, menari dan lainnya, tentunya amat disayangkan jika bakat tersebut tidak ditampilkan dalam suatu performa di atas panggung.
Lalu bagaimana kiranya dalam mengatasi anak-anak yang mengalami demam panggung ketika saat hendak menampilkan performanya di atas panggung. Berikut kiranya ada beberapa hal yang dapat menjadi perhatian kita bersama agar sang anak tidak canggung ketika mau "manggung".
Full Support Latihan
Tak ada kata lain selain mendukung penuh latihan secara serius sebelum latihan. Walau event yang akan diikuti hanyalah sekedar pentas seni akhirusannah atau acara internal sekolah, tetaplah harus digembleng dengan latihan yang tak main-main.
Kebanyakan praktik yang terjadi, anak-anak hanya latihan pada saat di sekolah bersama gurunya, padahal orang tua pun harus juga pro aktif membimbing latihan sang anak di rumah, sehingga ia benar-benar sangat paham apa yang harus dilakukan nanti di atas panggung.
Intinya siapapun yang sudah berlatih keras dan sangat mengerti apa yang harus dilakukan, maka paling tidak itu akan mengurangi rasa cemas atau grogi saat di panggung.
Tidak Memberi Tekanan
Bisa saja event yang diikuti adalah kejuaraan luar sekolah atau perlombaan umum, maka bisa saja 'pressure-nya' pasti sangat tinggi, disini orang tua tidak boleh membebani sang anak harus wajib juara atau memperoleh hasil meraih trofi.
Berikan pemahaman kepada mereka, bahwa yang terpenting adalah sudah bisa berani tampil di panggung, maka dia sudah menjadi juara, yaitu juara mengalahkan rasa takut, dan meraih trofi yang namanya mental percaya diri.
Perkara meraih juara atau tidak itu tidak usah dipikirkan, yang terpenting mengerti makna dari proses menuju ke atas panggung, yang melalui latihan keras secara maksimal.
Opening is Everything
Perlombaan atau kejuaraan yang sifatnya individual seperti menyanyi, tausiah dai cilik, pidato bahasa Inggris dan lainnya adalah jenis-jenis lomba yang sangat memerlukan tingkat kepercayaan diri sangat tinggi.
Untuk lomba-lomba jenis individu seperti ini, salah satu trik untuk menghilangkan rasa gugup, adalah berlatih serius untuk bagian "opening" atau pembukaan.
Teknik seperti perkenalan diri, sapaan, senyuman adalah hal-hal yang perlu diulang-ulang dalam latihan, karena apabila pada saat opening berjalan lancar, biasanya kepercayaan diri akan terbentuk dan akan maksimal pada saat performanya.
Berlatih dengan Teman atau Keluarga
Jika latihan secara individual sudah dilaksanakan dengan rutin dan serius, maka tahap selanjutnya adalah 'trial' atau unjuk gigi terlebih dahulu di hadapan teman-temannya atau keluarganya.
Biasanya perform di hadapan audience yang sudah cukup dikenali atau akrab, akan membuat sang anak nyaman untuk mencoba apa yang sudah dia coba dalam latihan.
Maka apabila dia sudah terbiasa menunjukkan performanya di hadapan khalayak banyak, walau masih dari ruang lingkup internal, maka tentunya akan mengurangi rasa gugup atau grogi pada saat 'manggung beneran' di atas panggung umum disaksikan orang banyak yang tidak dikenalnya.
Kepercayaan diri di atas panggung adalah salah satu pembelajaran melatih mental keberanian anak dalam kemampuan publiknya, sedari dini harus didukung dan menjadi perhatian dari para orang tuanya. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H