Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tidak Punya Hobi, Bukan Berarti Tak Bergairah

19 Juli 2024   07:17 Diperbarui: 19 Juli 2024   07:30 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Manusia Tanpa Hobi (sumber: Georgina Boothby )

Saya memiliki tetangga seorang tukang parkir, saya akui dia adalah pejuang Rupiah sejati bagi keluarganya, bagaimana tidak dia menjalani profesinya lebih dari 10 jam sehari. Jika pagi, dia bertugas menjaga parkir di dekat pasar, jika siang dia mengawasi parkir sebuah rumah makan, malam harinya dia menjaga parkir depan supermarket.

Maka dengan rutinitas demikian, tentunya amat sulit menekuni hobi pada waktu luangnya. Pada waktu senggangnya dia memilih tidur untuk istirahat, mengantar istri dan anaknya pergi berbelanja atau sekedar makan di luar.

Banyak di luar sana, yang harus berkerja banting tulang dari pagi hingga malam demi merangkai senyum bagi orang di rumah atau untuk biaya berobat orang tuanya. Mereka rela meniadakan kesukaannya, demi berjuang bagi orang-orang yang dicintainya.

Mementingkan Keluarga

Saya ada pula memiliki sahabat yang secara finansial sangat baik karena memiliki pekerjaan yang bergaji besar dan mentereng. Artinya, dengan latar belakang tersebut dia bisa saja melakukan hobinya dengan maksimal menggunakan kemampuan finansialnya.

Namun dia sendiri urung melakukan hobi kegemarannya. Dia memilih fokus merawat anaknya yang didiagnosa spektrum autis bersama istrinya. Anaknya yang super aktif, tentunya sangat memerlukan perhatian yang lebih dari orangtuanya. Jika memiliki waktu  luang, dia memilih untuk berinteraksi intens dengan anaknya untuk membantu terapinya.

Orang-orang yang demikian, memilih berkorban waktunya untuk dicurahkan kepada orang yang dikasihinya, dimana apabila dia egois menghabiskan waktunya untuk dirinya sendiri, dia akan merasa bersalah, dan saya salut dengan orang-orang yang memiliki prinsip seperti ini.

Tanggung Jawab Moral

Untuk alasan ini, coba kita lihat presiden kita Pak Jokowi. Sewaktu beliau masih menjabat sebagai walikota Solo atau Surakarta. Hampir setiap hari Minggu saya bisa menemuinya saat Car Free Day di jalan Slamet Riyadi, Surakarta. Beliau memang hobi olahraga saat CFD sambil menyapa warga saat menjabat walikota Solo.

Namun seiring moncernya karir politik beliau hingga akhirnya menjadi Presiden, sudah pasti hobi-hobi beliau semakin tergerus waktunya. Seorang pejabat tinggi sudah pasti sangat super sibuk menjalani rutinitas. Semua itu dinamakan tanggung jawab moral seorang pejabat publik.

Waktu senggang mereka sudah pasti sangat sedikit sekali, bahkan mungkin tidak ada istilah hari libur, mereka memilih profesional menjalani tugas amanat rakyat, ketimbang jalani hobinya, walaupun sebenarnya bisa saja dengan wewenangnya. Makanya jika ada pejabat publik yang masih sempat affair selingkuh dengan bawahannya, dipertanyakan tanggung jawab moralnya.

Fokus di Hari Tua

Ini adalah alasan klasik bagi kebanyakan orang, dimana tak sedikit orang yang ingin menjalani hobi kegemarannya di saat hari tua.

Saya memiliki senior, dimana ia terlihat datar-datar saja dalam berkerja. Beliau pun tampak tak memiliki hobi yang spesifik, kalaupun ada, itu hanya ikutan saja. Intinya seolah tak ada gairah dalam menjalani hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun