"Airnya sudah siap belum? Listriknya sudah siap belum? Tempatnya sudah siap belum? Kalau siap, pindah," tanya pak Jokowi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (8/7/2024). "Sudah (dapat laporan dari Kementerian PUPR), tapi belum (belum siap). Sudah, tapi belum," kata beliau menegaskan.
Begitulah perkataan pak Presiden Jokowi yang dilansir dari laman kompas.com, pertanyaan sekaligus pernyataan beliau sekilas menggambarkan ada sesuatu yang kurang beres dalam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Sedianya ditargetkan sebelum bulan Agustus beliau inginkan 'boyongan' ke IKN, sekaligus hendak mengadakan upacara resmi Kemerdekaan 17 Agustus di sana, setidaknya sebelum beliau meletakkan jabatannya.
Namun apa dinyana listrik dan air yang sebenarnya hal yang paling vital dalam pembangunan kota dan seharusnya menjadi prioritas utama, justru belum masuk sepenuhnya ke dalam sistem kota baru tersebut.
Saya bukanlah orang teknik sipil, tapi setahu saya, dalam membangun pemukiman, hal paling utama yang paling harus dipenuhi adalah apakah jaringan listrik dan air sudah bisa masuk dan memenuhi kebutuhan pemukiman yang akan dibangun, jikalau belum, mohon maaf saya mempertanyakan kecakapan sang mandornya.
Kedua hal tersebut mutlak harus dipenuhi terlebih dahulu, dikarenakan IKN tidak bisa terus menerus menerima pasokannya dari kota besar terdekat yaitu Balikpapan.
IKN sedari awal sudah harus menjadi kota mandiri, dimana kebutuhan aliran listrik dan air sudah harus bisa terpenuhi sejak awal, tapi kenyataannya yang menjadi prioritas justru bangunan-bangunan megah istana negara serta fasilitas para pejabat.
Pada artikel ini saya akan mengupas untuk kebutuhan air bersih, yang sebenarnya sejak awal menjadi masalah utama di IKN, tetapi kurang menjadi sorotan publik.
Berdasarkan penelusuran dari beberapa rekan saya di Balikpapan, bahwa untuk mendapatkan air bersih disana, tidak semudah di daerah Jawa. Hal tersebut diakibatkan kondisi tanah di area Penajam-Balikpapan merupakan lapisan lempung-batubara dan gambut, dimana dengan kondisi tersebut sangat mempengaruhi kualitas air sumur disana.
Menurut kajian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Air tanah di IKN, dan wilayah gambut cenderung berkadar besi dan banyak ditemui sulfida, sehingga air berpotensi mengandung endapan pirit. Akibatnya, air tanah bersifat asam. Air yang mengandung pirit cenderung memiliki warna jingga hingga merah.