Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Tips Atasi Ke-Akuan-ku pada Anak Balita

12 Juli 2024   07:17 Diperbarui: 12 Juli 2024   07:17 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak rebutan mainan (sumber : Shopee )

"Ini punyaku" teriak si Bonny.

"Bukan, mobil-mobilan merah ini punyaku, mamaku yang belikan", Jawab si Reza.

"Pokoknya ini punyaku, mobil-mobilan ini tadi ada di mejaku, jadi ini punyaku", balas lagi oleh Bonny.

Ilustrasi di atas sering jamak terjadi dalam dunia anak balita, Ke-Akuan-ku atau egoistik memang sangat tidak dipisahkan dari sifat-sifat yang sering dilakukan oleh mereka, entah itu rebutan mainan, rebutan pensil warna, atau rebutan tempat duduk di kelas.

Tak ayal perihal ini kadang membuat ayah bunda merasa khawatir apakah seiring bertambahnya usia, sang anak terus bersikap demikian.

Ada alasan mengapa anak balita cenderung egois ialah mereka masih dalam tahapan dalam mempelajari keterpisahan dari identitas, jadi wajar anak balita masih sulit untuk diajak berbagi.

Sedari kecil mereka dikelilingi benda-benda yang memang menjadi 'otoritas' dari mereka sendiri, seperti alat makan sendiri, mainan sendiri, buku sendiri dan dimana kesemuanya itu 'diklaim' miliknya sendiri hanya dengan tatapan matanya saja. Oleh karena itu, ketika mereka mulai bersosialisasi dengan orang baru, mereka belum bisa membedakan mana yang milik mereka sendiri dan mana yang milik orang lain.

Apalagi sang anak balita sedari kecil pun untuk mendapatkan barang pribadinya tanpa harus melalui usaha keras, melainkan sering diberikan oleh orang tuanya, menjadikan sebagian anak belum mengerti konsep kepemilikan barang.

Namun ketika beranjak mulai memasuki usia prasekolah, banyak orangtua yang mengeluhkan anaknya sering bertengkar dengan temannya hanya karena masalah rebutan alat tulis atau rebutan ayunan. Tentunya perihal ini kadang membuat orangtua menjadi malu atau jengkel melihat perilaku anaknya yang cenderung egois.

Lalu bagaimanakah agar supaya perilaku Ke-Akuan-ku atau egois ini dapat teratasi sehingga tidak berlanjut hingga usia sekolah nantinya, berikut beberapa tips yang bisa anda terapkan pada anak balita anda.

Menjadi Contoh

Memberikan contoh nyata tentang konsep kepemilikan adalah hal yang paling mudah dipahami oleh anak balita, karena mereka pasti sedikit demi sedikit akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya tentang konsep kepemilikan.

Sebagai contoh, sang ayah selalu menggunakan kursi yang sama ketika di meja makan, begitu pula sang ibu, maka sang anak pun akan mengerti konsep mana yang bukan haknya. Kemudian saat meletakkan alas kaki, sang orang tua pun selalu konsisten menaruhnya pada posisi yang sama pada rak, sehingga sang anak pun akan meniru menaruh sendalnya pada posisi yang biasanya dan tidak akan menyerobot posisi yang biasanya digunakan ayahnya.

Contoh-contoh sederhana tersebut tentunya akan memudahkan mereka untuk memahami mana yang bukan haknya dan mana yang memang adalah bagian dari kepemilikannya.

Bicara Perasaan Orang Tua

Sebagai pribadi yang sangat dekat dengan anak, orang tua pun jangan sungkan untuk ungkapkan perasaan kepadanya jika anda merasa kecewa dengan sifat egois dari sang anak.

Ungkapan saja bahwa anda sedih jika anak perempuan anda bermain lipstik milik bundanya, katakan bahwa lipstik tersebut adalah milik sang bunda, lalu contoh lain jika sang anak menggunakan pena sang ayah, maka katakan saja bahwa sang orangtua kecewa dengan perlakuan sang anak yang tidak meminta ijin menggunakan barang milik orang tuanya.

Jika kita sering mengutarakan perasaan-perasaan tersebut, maka hal itu dapat melatih empati pada dirinya, bahwa apabila menggunakan barang milik orang lain ternyata bisa membuat orang lain menjadi sedih atau kecewa.

Kebanyakan orang tua kadang membiarkan saja anaknya menggunakan barang-barang milik orang tuanya atau anggota keluarga lainnya digunakan untuk mainan seperti sisir, gantungan baju, handphone dan lain-lain, mungkin terlihat biasa saja, tetapi hal tersebut membuatnya tidak bisa membedakan mana yang bukan barang miliknya, jika dia ingin bermain, berikanlah mainan yang memang miliknya sejak dini.

Ajarkan Aturan Tegas

Jika sang anak sudah bisa memahami kata perintah dan larangan, maka semenjak dini pun kita bisa memberikan aturan-aturan sederhana yang kiranya dapat melatihnya dalam mengerti konsep kepemilikan.

Aturan sederhana seperti bermain mainan pada tempat yang sudah ditentukan, mengembalikan mainan ke kotak mainan jika telah selesai bermain, akan melatihnya bertanggung jawab pada barang miliknya sendiri.

Kemudian seperti jika ingin masuk kamar orangtua, berikan aturan kepada mereka, untuk mengetuk pintu terlebih dahulu. Kembali pada kebiasaan keluarga masing-masing, namun alangkah baiknya pintu setiap kamar agar selalu tertutup, dan baru dibuka jika hanya untuk keluar masuk, jangan biarkan selalu terbuka, hal ini akan mengajarkan anak tentang privasi, sekali lagi hal ini kembali ke kebiasaan masing-masing.

Bisa saja anda terapkan hukuman jika mereka memang mereka melakukan pelanggaran yang telah disepakati, namun pastikan hukuman tersebut ringan, bukan membentaknya atau memarahinya berlebihan, intinya mereka mengetahui jika melanggar aturan, maka mereka akan terkena hukuman.

Ajarkan Berbagi

Ajarkanlah konsep berbagi sedari kecil agar dapat meredam sifat egoisnya, namun dalam mengajarkannya, sang anak harus bisa membedakan mana yang bisa dibagikan dan mana yang tidak.

Sebagai contoh, di saat tertentu sang orangtua menitipkan beberapa snack yang bisa dibagikan sang anak kepada teman-temannya di sekolah. Namun, beda hal dengan barang-barang pribadinya atau bekalnya sendiri yang perlu ditegaskan tidak bisa diberikan kepada orang lain. Karena jika sang anak tak bisa membedakan mana yang dibagi dengan orang lain, maka sudah pasti akan membuatnya kesulitan dalam menjalani kesehariannya.

Ajarkan sang anak untuk berlaku dermawan untuk bersedekah kepada orang yang membutuhkan, hal tersebut tentunya akan melatih empatinya terhadap sesama.

Sifat Ke-Akuan-ku sejatinya memang dimiliki setiap manusia, tidak terbatas hanya pada anak-anak saja, maka dari itu marilah semenjak usia dini, anak-anak kita diajarkan berempati dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun