Memberikan contoh nyata tentang konsep kepemilikan adalah hal yang paling mudah dipahami oleh anak balita, karena mereka pasti sedikit demi sedikit akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya tentang konsep kepemilikan.
Sebagai contoh, sang ayah selalu menggunakan kursi yang sama ketika di meja makan, begitu pula sang ibu, maka sang anak pun akan mengerti konsep mana yang bukan haknya. Kemudian saat meletakkan alas kaki, sang orang tua pun selalu konsisten menaruhnya pada posisi yang sama pada rak, sehingga sang anak pun akan meniru menaruh sendalnya pada posisi yang biasanya dan tidak akan menyerobot posisi yang biasanya digunakan ayahnya.
Contoh-contoh sederhana tersebut tentunya akan memudahkan mereka untuk memahami mana yang bukan haknya dan mana yang memang adalah bagian dari kepemilikannya.
Bicara Perasaan Orang Tua
Sebagai pribadi yang sangat dekat dengan anak, orang tua pun jangan sungkan untuk ungkapkan perasaan kepadanya jika anda merasa kecewa dengan sifat egois dari sang anak.
Ungkapan saja bahwa anda sedih jika anak perempuan anda bermain lipstik milik bundanya, katakan bahwa lipstik tersebut adalah milik sang bunda, lalu contoh lain jika sang anak menggunakan pena sang ayah, maka katakan saja bahwa sang orangtua kecewa dengan perlakuan sang anak yang tidak meminta ijin menggunakan barang milik orang tuanya.
Jika kita sering mengutarakan perasaan-perasaan tersebut, maka hal itu dapat melatih empati pada dirinya, bahwa apabila menggunakan barang milik orang lain ternyata bisa membuat orang lain menjadi sedih atau kecewa.
Kebanyakan orang tua kadang membiarkan saja anaknya menggunakan barang-barang milik orang tuanya atau anggota keluarga lainnya digunakan untuk mainan seperti sisir, gantungan baju, handphone dan lain-lain, mungkin terlihat biasa saja, tetapi hal tersebut membuatnya tidak bisa membedakan mana yang bukan barang miliknya, jika dia ingin bermain, berikanlah mainan yang memang miliknya sejak dini.
Ajarkan Aturan Tegas
Jika sang anak sudah bisa memahami kata perintah dan larangan, maka semenjak dini pun kita bisa memberikan aturan-aturan sederhana yang kiranya dapat melatihnya dalam mengerti konsep kepemilikan.
Aturan sederhana seperti bermain mainan pada tempat yang sudah ditentukan, mengembalikan mainan ke kotak mainan jika telah selesai bermain, akan melatihnya bertanggung jawab pada barang miliknya sendiri.
Kemudian seperti jika ingin masuk kamar orangtua, berikan aturan kepada mereka, untuk mengetuk pintu terlebih dahulu. Kembali pada kebiasaan keluarga masing-masing, namun alangkah baiknya pintu setiap kamar agar selalu tertutup, dan baru dibuka jika hanya untuk keluar masuk, jangan biarkan selalu terbuka, hal ini akan mengajarkan anak tentang privasi, sekali lagi hal ini kembali ke kebiasaan masing-masing.
Bisa saja anda terapkan hukuman jika mereka memang mereka melakukan pelanggaran yang telah disepakati, namun pastikan hukuman tersebut ringan, bukan membentaknya atau memarahinya berlebihan, intinya mereka mengetahui jika melanggar aturan, maka mereka akan terkena hukuman.