Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Etika Busana dan Ikhtilat Wanita Kantoran, Benteng Awal Agar Tak Mudah Dirayu Bos

8 Juli 2024   04:57 Diperbarui: 8 Juli 2024   05:24 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bos dan Karyawati (sumber : shutterstock )

Ironis memang kasus asusila yang menimpa mantan ketua KPU, Hasyim Asy’ari, bagaimana tidak dari banyak kasus pelanggaran kode etik yang menderanya pada penyelenggaraan pemilu kemarin, ternyata tak mampu menggeser kursi kepemimpinannya sebagai ketua KPU, namun hanya karena wanita, hancur sudah semua karir gemilangnya.

Namun pada kasus yang menghebohkan ini, saya memandangnya dari sudut pandang yang berbeda, yaitu menitikberatkan pada bahwa banyak kasus affair atau perselingkuhan pada lingkungan kantor adalah terutama akibat beberapa wanita kantoran yang tanpa sengaja atau tanpa disadari membuka lampu hijau agar mereka bisa dirayu dan digoda.

Saya sebagai kaum Adam, mengakui bahwa banyak diantara kami yang memang mempunyai sifat naluri alamiah menyukai lebih dari satu wanita, alias tidak setia pada satu pasangan. Bagaimanapun beberapa diantara kami yang tak bisa membendung naluri hawa nafsu demikian, karena memang sudah dari sono-nya kata orang Betawi.

Namun, apabila para wanita dapat menjaga ‘aset’ berharganya dengan etika berbusana yang baik serta tutur kata sopan seperlunya no flirting, biasanya para kaum Adam sama sekali tak berani menggoda apalagi sampai merayu ke arah seksual, karena kami menganggap wanita yang demikian adalah “wanita bermartabat”, haram hukumnya untuk digoda serta dirayu.

Dalam konteks ini wanita tak harus berhijab atau berpakaian longgar yang berlebihan, kembali kepada nilai etika kesopanan yang dianut. Bagi yang berhijab, sesuaikan syariat dan bagi yang tak berhijab perhatikan betul etika kesopanan dimana anda berada.

Lingkungan kantor adalah lingkungan “tresno jalaran seko kulino”, artinya tempat dimana para karyawan rekan kerja baik pria dan wanita selalu bertemu setiap harinya atau dalam Islam dikenal dengan istilah “ikhtilat”, jika di rumah para suami bertemu istrinya dengan berpakaian daster dengan wewangian bawang bumbu dapur, sementara di kantor mereka bertemu rekan kerja wanita yang berpenampilan menarik, wangi dan look smart, tentunya kondisi demikian bisa membuat beberapa pria berkeluarga bisa tergoda untuk affair.

Ada asap, maka ada apinya. Jika tak ada yang memancingnya, para atasan pria atau rekan kerja pria sudah pasti kecil kemungkinannya untuk menggoda rekan kerja wanita. Satu kancing (maaf) tanpa sengaja terbuka pada blus pakaian kerja wanita saja, sudah bisa membuat beberapa rekan kerja pria untuk menggoda, walau sebatas gurauan ringan, hal itu terjadi karena sudah sering bertemu alias sudah tak canggung lagi.

Memang tak menjamin sepenuhnya jika wanita berpakaian sopan bahkan berhijab longgar tak punya risiko digoda oleh rekan kerja prianya, namun paling tidak hal demikian bisa meminimalisir terjadinya sex harrassement di tempat kerja.

Memang banyak cara-cara dalam memitigasi atau menolak rayuan-rayuan bos pria yang banyak dibahas oleh artikel Kompasianer lain, tapi pada artikel ini, saya memandangnya dari sudut pandang pria 'human nature’ jujur apa adanya. Berikut beberapa tips untuk para wanita kantoran utamanya dalam berbusana dan etika pergaulan.

Pakaian Tidak Terlalu Terbuka

Setiap perusahaan mempunyai standar SOP tentang tata cara berbusana bagi semua karyawannya, bagi karyawati perhatikan betul-betul kesemuanya itu, tentang berhijab atau etika kesopanan yang ditekankan.

Ada beberapa perusahaan yang memang mempunyai standar berbusana sedikit terbuka, seperti pramugari atau SPG, jika sudah demikian, anda harus memang harus siap konsekuensinya untuk siap digoda oleh pria hidung belang termasuk atasan anda, jika anda tahu bagaimana cara menghalau godaan-godaan tersebut, tak masalah, tapi sekali lagi harus paham risiko yang bisa muncul.

Kami kaum Adam cuma berpesan kepada kaum Hawa yang di kantoran jangan pernah membangunkan harimau tidur, berpakaianlah sopan sesuai etiket yang berlaku, itu adalah benteng awal diri anda untuk tidak digoda oleh rekan kerja pria atau atasan pria.

Jika anda berhijab, harus konskuensi juga pada pakaiannya yang tak tampakkan lekuk tubuh, dan bagi yang tak berhijab hindari pakaian berdada rendah, bagian lengan terlalu pendek atau bahkan memakai rok terlalu pendek. Memang busana itu adalah kebebasan masing-masing individu, tetapi bagaimanapun busana adalah cerminan kepribadian insan tersebut, maka berhati-hatilah dalam berbusana.

Manajemen Ikhtilat

Sehebat-hebatnya iman seorang lelaki, jika dia setiap hari melihat seorang karyawati berbusana sedikit terbuka atau menampakkan lekuk tubuh di kantornya, hal tersebut bisa saja menimbulkan desir-desir sifat dasar alami lelaki yang berpikiran tidak-tidak, ini yang bicara bukan saya, tapi banyak ustad dan ulama yang membahas masalah ‘ikhtilat’ seperti ini.

Ikhtilat adalah kondisi dimana pada suatu tempat atau ruang yang dimana tidak bisa dihindari pertemuan secara intens serta dekat antara kaum pria dan kaum wanita, contoh seperti kendaraan angkutan umum, pasar, dan juga tentunya kantor.

Tempat-tempat ikhtilat ini dalam Islam selalu dicari bagaimana solusinya agar supaya pria dan wanita tidak terus-terusan bertemu selalu, sehingga dapat meminimalisir perilaku yang merendahkan wanita, jikalau pun harus bertemu dalam perkantoran itu pun dalam konteks profesional seperti operasional kerja atau rapat. Saya pernah melihat suatu kantor yang penataan ruang kerjanya benar-benar bisa memisahkan space antara karyawan dan karyawati.

Memang ada teman yang berkata Innamal A'malu Binniyati, artinya segala sesuatu itu tergantung niat, walau demikian tak ada salahnya kita mengatur ruang kerja yang menghormati kedudukan wanita, gerbong kereta api komuter saja diusahakan ada yang khusus untuk wanita, kenapa tidak tempat kerja ditata agar Ikhtilat tak menimbulkan fitnah.

Perhatikan Bahasa Tubuh

Ladies, watch your gesture. Seperti kata dari Mbah Koes Plus, genit-genit gadis jaman sekarang, kalau dicubit katanya sayang. Makna lirik lagu ini adalah bagaimana seorang wanita jika ingin dihormati oleh kaum pria, maka dia harus menjaga gaya bahasa tubuhnya ketika di luar, termasuk di kantor.

Banyak kadang wanita kantoran tak menyadari mereka kadang menepuk pundak rekan prianya atau saling bicara dengan tubuh terlalu condong dianggap suatu hal yang biasa, padahal hal tersebut tanpa disadari membuka lampu hijau bagi rekan kerja pria dan atasan pria untuk lebih mendekat.

Jika berjalan di lorong kantor, jalanlah di bagian pinggirnya, agar tak jadi perhatian jika berjalan di tengah, hal-hal kecil seperti ini kadang kurang diperhatikan oleh wanita kantoran, tapi sangat diperhatikan oleh rekan kerja pria. 

Artinya jika di luar konteks profesionalisme, berusahalah tidak terlalu menarik perhatian, kalahkan kaum pria saat presentasi rapat atau kinerja bagus saat kerjakan laporan bukan dengan bibir merah menor atau suara hak sepatu ‘cetak-cetok’ saat berjalan di lorong kantor.

Hindari Candaan Seksual

Hal yang mafhum kadang dalam suatu lingkungan Kerja terselip candaan-candaan seksual, karena sama-sama dewasa, hal tersebut dianggap biasa sebagai hiburan senda gurau di tengah penatnya pekerjaan.

Namun jika terjadi demikian, usahakan para karyawati agar menahan diri tidak ikut-ikutan para rekan kerja pria yang kurang sopan ini. Jika seorang karyawati hanyut dalam candaan berbau hal ranjang, hati-hatilah karena itu tanpa disadari menurunkan derajat anda, biarkan saja para rekan kerja pria yang kurang baik etiketnya itu bicara hal yang demikian, balas saja dengan senyum kecil tanpa harus menanggapi.

Sebagai contoh, kadang ada rekan pria atau atasan pria yang menyeletuk, “wah rambutnya agak basah ini, tadi malam abis ngapain nih sama suami ?”, itu candaan sederhana berbau seksual yang sering terlontar, para karyawati jangan pernah menanggapi sedikit pun, cukup senyum kecil saja. 

Jika anda menanggapinya, maka selanjutnya akan ada jokes-jokes cabul lanjutan yang menyerang anda. Pada suatu lingkungan kantor memang selalu ada rekan kerja pria bahkan atasan pria yang mempunyai kebiasaan buruk seperti ini, jangan pernah meresponnya sedikit pun.

Perselingkuhan atau affair di lingkungan kantor sejatinya pihak yang salah adalah kedua orang insan tersebut baik yang pria maupun wanitanya. Rayuan-rayuan bos atau rekan kerja pria bisa diminimalisir jika para wanita kantoran mampu menjaga martabat dirinya. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun