Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Selamat Ulang Tahun Mendikbudristek Nadiem Makarim

4 Juli 2024   09:04 Diperbarui: 4 Juli 2024   09:12 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi pada kenyataannya, dari pengalaman pribadi, format RPP yang baru tetap saya rasakan tidak seringkas yang dikira, per bab mapel masih perlu menulis banyak hal. Sebagai saran, RPP sebaiknya dimasukkan saja ke dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang untuk pegangan guru.

Kalau kita lihat LKS atau buku materi pegangan, pada bagian depannya sebenarnya sudah tercantum konsep rencana pembelajaran, seharusnya dengan hal itu, sebenarnya sudah cukup.

Saran saya, kedepannya RPP sudah disediakan oleh dinas pendidikan dengan opsi-opsi sistem pembelajaran, kemudian sang guru cukup mencentang metode pembelajaran yang akan digunakan, serta ditambah kolom keterangan jika diperlukan, jadi intinya dalam bentuk blangko yang disediakan dinas pendidikan untuk setiap jenjang kelasnya, dan guru cukup mengisi kolom-kolomnya saja, jangan bebani guru untuk mengetik panjang lebar dan mengeprint berlembar-lembar kertas, dikarenakan tidak semua sekolah mempunyai fasilitas untuk menunjang hal administratif demikian.

Sistem Zonasi PPDB

Perihal ini cukup banyak dibahas para Kompasioner, masalah klasik yang itu-itu saja. Saya termasuk orang yang mendukung penuh sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Masih banyak orang tua wali murid yang belum bisa menerima konsep sistem zonasi, karena sebagian besar dari mereka masih terstigma sekolah favorit di tengah kota.

Padahal sistem zonasi tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan kesan label favorit pada sekolah-sekolah tertentu. Memang masih butuh waktu untuk penyesuaian ini, efeknya masih banyak kecurangan yang dilakukan baik pihak sekolah maupun orang tua wali murid untuk mensiasati sistem zonasi.

Negara Jepang saja, konon butuh waktu 30 tahun lamanya untuk menerapkan sistem zonasi di negaranya, juga dengan tujuan yang sama, menghilangkan label sekolah favorit dan para murid bisa bersekolah dengan jarak dekat. Dampaknya kita bisa lihat dimana banyak video para pelajar Jepang dengan semangat berjalan kaki pergi berangkat sekolah secara mandiri, dikarenakan jarak sekolah dan rumahnya berdekatan.

Tentunya PR bagi dinas pendidikan adalah mengupayakan pemerataan kualitas sarana prasarana dan guru pada setiap sekolah di seluruh wilayah, sehingga dapat mendukung sistem zonasi PPDB.

Selamat Ulang Tahun Pak Nadiem Makarim.. Semoga sehat selalu, semoga dimudahkan segala tugas-tugasnya... aamiin..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun