Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Cerita Rakyat Tak Cocok untuk Anak, Kok Bisa?

29 Juni 2024   09:31 Diperbarui: 29 Juni 2024   09:41 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Cerita Rakyat Anak Saya (Dokumentasi Pribadi)

Musim liburan sekolah seperti saat ini, ada sebagian orangtua merancang kegiatan anaknya dengan mendorongnya untuk membaca buku, sebagai upaya peningkatan literasi bagi buah hatinya.

Dalam upaya tersebut sang orangtua biasanya memberikan beberapa buku bacaan fiksi yang berkategori untuk anak. Buku fiksi anak memang sangat digemari oleh mereka, dikarenakan memang mereka masih senang dunia imajinasi fiksi seperti fabel atau dongeng.

Namun tahukah para pembaca Kompasiana sekalian, ternyata ada satu kategori fiksi anak yang sebenarnya tidak sepenuhnya bisa dikonsumsi anak, yaitu kategori 'cerita rakyat' atau 'folklore'.

Sebenarnya bukannya tidak bisa, namun lebih kepada beberapa plot ceritanya yang kiranya belum layak mereka cermati dalam suatu jalan cerita fiksi, terkadang kita melihat beberapa cerita rakyat Nusantara yang mengandung unsur konflik suami istri, penipuan, kekerasan memperebutkan sesuatu bahkan kisah incest dalam kisah Sangkuriang yang sangat terkenal.

Mungkin ada cerita moral yang baik untuk diambil hikmahnya, namun banyak unsur-unsur kiranya belum cukup umur bagi anak-anak untuk mengerti maksudnya.

Sejatinya cerita rakyat tidaklah diperuntukkan untuk anak-anak, tetapi merupakan tradisi lisan turun-temurun yang memuat kisah fiksi dengan mengambil hal-hal yang unik di sekitar daerah tersebut seperti fenomena alam atau tempat bersejarah.

Namun faktanya buku atau kisah cerita rakyat banyak dibaca oleh anak-anak sekolah dasar tanpa pendampingan orangtua atau guru.

Cerita rakyat atau folklore adalah kekayaan sastra yang harus kita lestarikan, makanya banyak buku-buku yang memuat kisah-kisah cerita rakyat dari setiap daerah propinsi di Indonesia yang disebarkan pada anak-anak.

Namun jika kita pelajari lebih jauh, ternyata tidak semua kisah cerita rakyat memang layak untuk dikonsumsi anak-anak, seperti yang saya terangkan di atas.

Lalu bagaimanakah caranya memilah cerita rakyat yang kiranya cocok untuk diceritakan pada anak kita.

Pada artikel kali ini saya akan menyajikan fase usia anak disertai jenis cerita rakyat yang cocok pada fase perkembangan usianya masing-masing, berikut ulasannya.

Usia PAUD

Pada usia ini kisah fiksi yang paling cocok adalah kisah-kisah imajinasi sederhana namun memberikan pesan moral yang mudah dicerna. Anak-anak usia ini sangat menyenangi kisah-kisah fabel binatang. Dimana hewan dalam kisah tersebut merupakan representasi sifat-sifat manusia, seperti Kancil perwakilan sifat manusia bersifat cerdik, Buaya perwakilan sifat manusia yang rakus, kemudian Singa yang mempunyai sifat kepemimpinan dan lainnya.

Sayangnya untuk cerita rakyat Nusantara yang memakai konsep fabel yang kiranya cocok untuk anak seusia PAUD memang sangat jarang, kalaupun ada, ada beberapa plot yang kurang cocok seperti dongeng Kera dan Ayam dari Sulawesi Tenggara yang ada plot adegan penipuan.

Bisa dikatakan cukup minim kisah cerita rakyat untuk anak seusia PAUD. Kisah fabel populer asli Nusantara yang paling kita kenal adalah kisah-kisah dari si Kancil dengan berbagai versi ceritanya. Kisah-kisah si Kancil dikategorikan cukup cocok untuk anak seusia ini, yang mengajarkan tentang kecerdikan, setiakawan dan tanggung jawab.

Walau masih diragukan, apakah kisah-kisah si Kancil dikategorikan sebagai cerita rakyat, namun framing hewan Kancil memang asli endemik Indonesia yang merepresentasikan kecerdikan.

Usia Kelas 1-3 Sekolah Dasar ( 7 -- 10 tahun)

Tantangan terberat dalam memperkenalkan kisah-kisah cerita rakyat adalah anak-anak dalam usia ini, dikarenakan mereka sudah mulai lancar membaca dan mulai mengerti beberapa nilai-nilai kehidupan, walau masih sederhana.

Maka dari itu, kita harus jeli memilah kisah-kisah cerita rakyat yang kiranya cocok untuk mereka, karena kalau kita tidak jeli, maka mereka akan membaca plot-plot cerita berkategori dewasa untuknya.

Sebagai contoh kisah Sangkuriang dari tanah Pasundan, dimana terdapat kisah incest antara ibu dan anak, tentunya haruslah dihindari untuk dibaca oleh mereka. Kemudian kisah Rara Jonggrang dari Jawa Tengah, cerita mitos ini juga mengandung plot cerita percintaan serta sumpah serapah yang kurang ideal dikonsumsi anak seusia mereka.

Lalu jenis cerita rakyat apa yang kiranya yang cocok untuk anak kelas 1 hingga kelas 3 Sekolah Dasar. Pilihlah cerita-cerita yang mengandung unsur pesan tentang nilai kesetiakawanan atau menghindari sifat-sifat buruk.

Contoh cerita rakyat yang cocok untuk anak seusia ini adalah "Asal Mula Telaga Situ Bagendit" yang mengajarkan agar kita tidak menjadi orang yang tamak, kemudian kisah "Kebo Iwa" dari Bali yang mengandung pesan tidak boleh semena-mena kepada yang lemah, lalu kisah "Legenda Batu Kuwung" dari Banten yang mengajarkan sifat sosial dermawan.

Contoh-contoh cerita rakyat tersebut bisa dinilai cukup sederhana untuk dicerna untuk anak seusia mereka, tidak kompleks dan tidak ada unsur plot balas dendam

Usia Kelas 4-6 Sekolah Dasar (usia 11 -- 13 tahun)

Untuk anak seusia ini, sudah banyak cerita rakyat yang cocok untuk dikonsumsi mereka, tetapi jika kisah cerita rakyatnya masih ada unsur percintaan yang terlalu berlebihan sebaiknya tidak diperkenalkan terlebih dahulu.

Kisah-kisah anak putri raja yang disayembara untuk dinikahi juga dirasakan belum layak untuk diperkenalkan kepada mereka.

Masih bisa ditolerir kisah-kisah yang mengandung unsur 'sumpah' seperti "Malin Kundang" atau kisah-kisah anak durhaka lainnya untuk diperkenalkan kepada mereka, karena mengandung unsur moral hormat kepada orang tua.

Cerita rakyat yang paling cocok untuk anak seusia ini sebenarnya adalah kisah-kisah kepahlawanan seperti Si Pitung dari Betawi atau Aji Saka dari Jawa, dimana memuat pesan untuk melindungi kaum yang lemah.

Untuk cerita rakyat yang mengandung unsur konflik rumah tangga seperti "Asal Mula Danau Toba" dari tanah Batak atau "Asal Mula Banyuwangi" dari Jawa Timur, sebaiknya harus dalam didampingi orangtua ketika membahas jalan ceritanya.

13 tahun ke atas

Cerita rakyat yang mengandung unsur dewasa sebenarnya banyak sekali, plot-plot seperti mengintip bidadari sedang mandi dalam cerita Jaka Tarub, kisah incest dalam kisah Sangkuriang adalah contoh-contoh kisah yang kurang elok diceritakan untuk anak-anak usia sekolah dasar.

Cerita rakyat memang memiliki keunikan jalan ceritanya yang mengikuti adat istiadat daerah, namun mungkin terkadang ada norma-norma yang bisa saja di jaman nenek moyang kita dirasakan biasa saja, tetapi agak absurd di jaman sekedar, seperti pernikahan dini, persembahan, sumpah serapah dan lain-lain memang harus menjadi perhatian bagi orang tua dalam menjelaskan nilai-nilai yang sepenuhnya belum bisa dipahaminya.

Mungkin dari pemerintah lewat kementrian pendidikan suatu saat akan membuat daftar rating cerita rakyat yang disesuaikan oleh usia anak, sehingga dapat memudahkan para orangtua, serta juga para guru atau pendongeng ketika menjelaskan kisah-kisah moral dalam cerita rakyat Nusantara.

Mari kita lestarikan kekayaan sastra oral cerita rakyat Nusantara dengan menggubah cerita-cerita luar biasa tersebut kepada anak cucu kita. Semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun