Ada hal yang menarik Pada pertandingan final piala dunia Qatar 2022 Antara Argentina melawan juara bertahan Perancis. Hal yang menarik terjadi pada saat babak perpanjangan waktu, dimana tim Ayam Jantan Perancis mulai melakukan pergantian pemain, dan akhirnya terjadilah pemandangan yang aneh dalam tim Les Blues ini, yaitu seolah saya melihat bukan melihat timnas Perancis, tetapi timnas dari Afrika.
Bukan bermaksud rasis, pada babak perpanjangan waktu ini, semua pemain 'kulit putih' Perancis yang berada di starting line up ditarik dan digantikan para pemain 'kulit hitam', hingga akhirnya hanya menyisakan kiper  Hugo Lloris yang berkulit putih di lapangan, karena Griezmann dan Giroud ditarik keluar. Menjadi aneh bagi saya, karena sepengetahuan saya orang Perancis itu seperti Asterix Obelix yang berkulit putih, berhidung mancung, rambutnya pirang atau brunette  serta raut wajah khas mediterania kaukasoid.
Timnas Prancis dalam dua dekade terakhir adalah gambaran ekstrem tentang tim nasional yang diisi pemain hasil naturalisasi dan keturunan, pemain mereka rata-rata adalah keturunan imigran dari negara-negara Afrika, ketika mereka beranjak dewasa mereka baru memutuskan untuk menjadi warga negara Perancis atau warga negara asal dari jejak keturunan orang tuanya. Kenapa saya katakan ekstrem, maaf sekali lagi bukan bermaksud rasis, dikarenakan hampir 90 persen pemain timnas perancis keturunan imigran berkulit hitam dari negara-negara afrika sub-sahara, sehingga seolah hanya 'menyisakan' sedikit pemain 'pribumi' Asterix Obelix dalam susunan pemain.
Kombinasi fisik pemain kulit hitam Afika yang atletis kekar dipadu dengan fasilitas pembinaan sepakbola Perancis yang kelas wahid, maka jadilah timnas Perancis layaknya team Dream Team Basket  NBA Amerika Serikat yang didominasi pemain berkulit hitam.
Lalu, bagaimana dengan proyek pemain naturalisasi keturunan warisan pada timnas Indonesia. Kata istri saya, "itu timnas Jowo opo timnas Bule ?", ya itulah sekilas pandangan orang-orang yang tak tahu banyak tentang sepakbola. Sebagai penikmat bola, hal tersebut sebenarnya bukan masalah, tetapi memang ada yang kurang patut jika kita berbicara masalah nasionalisme.
Artikel ini saya angkat karena hampir semua pemain keturunan 'bule' tersebut ternyata tidak bisa berbahasa Indonesia dengan lancar dan tidak tahu banyak hal tentang tanah air leluhurnya. Sehingga seolah mereka semua  pemain ini menjadi 'mendadak Indonesia'. Dalam artian, sudah berwajah bule, tak bisa lancar bahasa Indonesia lagi, yang penting bisa main bola saja, sudah menjadi tiket menjadi warga negara Indonesia.
Jika kita melihat timnas Perancis saat ini yang didominasi pemain kulit hitam keturunan Afrika, saya yakin 100 % mereka semua sangat lancar berbahasa Perancis bahkan hidup layaknya seperti orang Perancis pada umumnya.
Lalu bagaimana dengan Timnas Maroko, yang sering dibanding-bandingkan dengan timnas Indonesia yang merekrut pemain naturalisasi keturunan dari beberapa negara Eropa seperti Hakim Ziyech, Achraf Hakimi, Sofyan Amrabat dan lainnya . Saya pun yakin walau mereka hidup bersama ayah ibunya di Eropa, mereka tetap bisa berbahasa Arab dialek Maroko dan mempraktekan tradisi Islam, karena mereka tetap menjaga tradisi negara asal walau di berada perantauan. Kebanyakan orangtuanya adalah imigran pekerja informal, dan kedua ayah ibunya biasanya masih orang asli Maroko, jadi adat tradisi masih terjaga.
Secara fisik, tidak ada perbedaan signifikan antara pemain naturalisasi keturunan dengan pemain asli domestik pada timnas Maroko, yang berwajah Arab. Dan yang paling terlihat, dari nama-nama pemainnya yang masih khas nama Arab-Maroko membuktikkan walau di tanah perantauan, mereka tetap menjaga tradisi Maroko dengan memakai nama kultur asli.
Tidak bisa kita pungkiri, proyek pemain naturalisasi keturunan tidak lepas dari tangan dingin pelatih Shin Tae Young dan pengaruh Ketua Umum PSSI, pak Erick Thohir. Bagi saya pribadi, hal tersebut tak masalah dalam konteks administrasi serta prestasi dari timnas itu sendiri, sama sekali tidak menyalahi aturan-aturan kewarganegaraan yang ada.