Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kiat Menjadi Guru yang "Digugu" dan "Ditiru"

10 Juni 2024   20:27 Diperbarui: 10 Juni 2024   20:39 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keceriaan guru bersama muridnya (sumber : iStock)

Setapak  asa mengharu biru pada pagi tadi, dimana pengumuman kelulusan peserta didik kelas VI diwarnai isak tangis bahagia baik dari mereka, orang tua wali murid beserta dari para Guru. Satu per satu mereka mengungkapkan perasaan mereka dimana mereka nantinya akan sangat merindukan para guru dan sekolah yang telah membersamai mereka selama 6 tahun lamanya.

Kami para guru pun merasa terenyuh dengan ucapan-ucapan emosional mereka yang mengungkapkan betapa terima kasihnya mereka atas keikhlasan para guru dalam membimbing dan menuntun mereka dengan penuh kesabaran.

Sepintas dalam pikiran, apakah kami para guru sudahkah sebenar-benarnya menjadi 'guru'. Apakah kami sudah layak menyandang predikat 'guru', serta apakah kami sudah layak dirindukan oleh para murid kami kelak mereka dewasa.

Seorang guru yang dicintai serta dirindukan oleh para muridnya adalah guru yang mempunyai kepribadian layak ditiru. Inilah kepribadian utama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Menurut falsafah Jawa, kata guru berasal dari kalimat "bisa digugu (dipercaya) dan ditiru (dicontoh). Sehingga, seseorang yang menjadi guru adalah seseorang yang bisa dipercaya dan ditiru segala tindak tanduknya oleh para muridnya.

Dari kedua hal tersebut, yaitu perihal menjadi seseorang yang bisa dipercaya dan sosok yang layak ditiru, merupakan modal utama bagi siapa saja yang ingin menjadi berkepribadian unggul. Seseorang yang memiliki kepribadian demikian akan mempunyai tempat yang istimewa dalam circle pergaulannya.

Tak terkecuali, bagi seseorang yang berpredikat guru yang memang pekerjaannya mendidik para muridnya agar pandai dalam ilmu pengetahuan serta memiliki kepribadian akhlak yang luhur. Sudah menjadi harga mati, tidak bisa tidak, ia harus mampu menjadi pribadi yang bisa dipercaya serta bisa ditiru oleh anak didiknya. Karena jika tidak demikian, maka tujuan utama hakekat pendidikan dan pembelajaran yang diampu oleh sang pendidik tersebut akan mengalami kegagalan.

Seorang guru harus mempunyai tanggung jawab moril dalam pembelajarannya, sehingga ia harus berusaha untuk memaksimalkan ikhtiar pengajarannya. Apabila seorang guru telah mampu menata dirinya dan menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang dapat dipercaya serta bisa dijadikan suri tauladan bagi anak didiknya, maka sudah barang tentu ia akan dicintai, dirindukan dan diingat selalu oleh para muridnya sepanjang hayatnya.

Adalah Akhmad Muhaimin Azzet, seorang penulis yang concern bidang pendidikan, dan juga seorang Kompasianer aktif, dimana dalam bukunya "Menjadi Guru Favorit" memaparkan setidaknya ada 3 hal seorang guru dapat dikatakan seorang sosok yang layak "digugu" dan "ditiru". Berikut ulasannya.

Kesesuaian Kata dan Perbuatan

Hal paling dominan yang sering dipakai oleh seorang guru dalam pembelajaran serta apapun yang terkait dalam hal tersebut, sudah barang tentu menggunakan metode 'perkataan'. Melalui kekuatan 'kata-kata' yang dirangkai sedemikian rupa, seorang guru menyampaikan berbagai hal, baik itu yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, maupun nilai-nilai moral budi pekerti yang ingin ditularkan kepada para peserta didik. Maka disinilah, kemampuan 'berkata-kata' memiliki peranan yang teramat penting dalam menentukan keberhasilan suatu pembelajaran secara holistik.

Namun pertanyaannya, seperti apakah kemampuan 'berkata-kata' yang harus dimiliki oleh seorang guru, utamanya apabila ia ingin menyampaikan pesan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran dalam falsafah kehidupan.

Pada kenyataannya, seorang guru tidak harus mempunyai kemampuan beretorika berbicara dengan kata-kata yang luar biasa menarik perhatian. Guru bukanlah orator atau seorang petugas kampanye, ia hanya cukup berkata bahwa yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Agar supaya pesan 'kata-kata' titah guru bisa masuk ke alam bawah sadar para murid adalah harus berbanding lurus dengan perbuatan sang guru.

Maka dari itu, teramat penting bagi seorang guru untuk senantiasa untuk menjaga apa-apa saja yang disampaikannya sesuai dengan perbuatannya. Apabila seorang guru telah mampu menyesuaikan antara perkataan dan perbuatan, tentu ia akan mempunyai kepribadian yang dapat menimbulkan rasa percaya bagi para muridnya.

Bahkan, tidak saja hanya menimbulkan rasa percaya bagi para muridnya, tetapi juga dapat membuat kekaguman dalam benak para peserta didik kepada sosok gurunya. Hal inilah yang menjadi titik poin yang membuat anak didik sangat terkesan dan amat mencintai sosok gurunya. Jika sudah demikian adanya, maka bukan tidak mungkin akan berbanding lurus pada tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran.

Menyadari Kedudukannya Sebagai Guru

Seseorang yang sudah menjalani profesi sebagai guru, harus menyadari bahwa ia adalah benar-benar seorang guru, bukan sekedar karyawan sekolah, masuk pagi, beri pelajaran lalu pulang ambil gaji. Kesadaran yang dimaksud adalah bahwa pintar atau bodohnya para muridnya dalam memahami pelajaran merupakan tanggung jawab morilnya sebagai seorang guru.

Ketika seseorang menyadari kedudukannya sebagai guru, maka akan muncullah semangat serta dedikasi tinggi untuk melaksanakan tugas tanggung jawabnya dengan senang hati serta ikhlas ketika berada di sekolah.

Namun yang menarik disini, ternyata profesi guru tidaklah hanya bertanggung jawab moril di sekolah, ternyata ketika di masyarakat, segala tindak tanduknya tetap harus mencerminkan sosok yang harus bisa membawa diri dan tidak bisa berbuat sesuka hati di luar batas norma.

Kita bisa lihat dimana, orang tua wali murid dari berbagai profesi mulai dari karyawan kecil hingga Jenderal sekalipun, tetap respek hormat kepada guru yang mengajar anaknya dimanapun saja, tidak hanya di sekolah.

Seorang guru harus tetap selalu menyadari kedudukannya sebagai guru dimanapun berada, sehingga ia akan senantiasa dicintai oleh anak didiknya, karena mereka merasa menemukan sosok figur guru yang sebenarnya.

Terus Belajar dan Menambah Ilmu Pengetahuan

Anak-anak generasi Alpha cenderung memiliki wawasan yang luas dikarenakan betapa kuatnya arus informasi di jaman mereka. Hal ini tentunya menuntut para guru untuk selalu mengikuti atau update hal-hal terbaru yang kiranya menarik perhatian para peserta didiknya.

Hal ini sebenarnya adalah justru sebuah tantangan untuk guru, dimana apabila ia selalu bisa update apa yang sedang 'viral' diantara mereka, maka mereka pun akan menjadi bertambah respek kepada gurunya, dikarenakan mereka tak menyangka sang guru sangat paham tentang yang sedang menarik perhatian mereka.

Jika hal ini berhasil dilakukan, maka langkah selanjutnya sang guru bisa mengarahkan tentang bagaimana menggali informasi yang benar di sekitar mereka, karena bagaimanapun metode mencari ilmu terbaik adalah dengan membaca buku, bukan dengan browsing di sosial media pada gawai mereka.

Seorang guru juga harus sering membaca buku tentang metode-metode pembelajaran yang terbaru, seperti talent mapping, manajemen kelas dan lainnya yang kiranya dapat menunjang kinerja pembelajaran di kelas

"Guru jangan hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik saja tetapi harus juga mendidik si murid akan dapat mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya guna amal keperluan umum. Pengetahuan yang baik dan perlu itu yang manfaat untuk keperluan lahir batin dalam hidup bersama." Ki Hajar Dewantara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun