Pada kenyataannya, seorang guru tidak harus mempunyai kemampuan beretorika berbicara dengan kata-kata yang luar biasa menarik perhatian. Guru bukanlah orator atau seorang petugas kampanye, ia hanya cukup berkata bahwa yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Agar supaya pesan 'kata-kata' titah guru bisa masuk ke alam bawah sadar para murid adalah harus berbanding lurus dengan perbuatan sang guru.
Maka dari itu, teramat penting bagi seorang guru untuk senantiasa untuk menjaga apa-apa saja yang disampaikannya sesuai dengan perbuatannya. Apabila seorang guru telah mampu menyesuaikan antara perkataan dan perbuatan, tentu ia akan mempunyai kepribadian yang dapat menimbulkan rasa percaya bagi para muridnya.
Bahkan, tidak saja hanya menimbulkan rasa percaya bagi para muridnya, tetapi juga dapat membuat kekaguman dalam benak para peserta didik kepada sosok gurunya. Hal inilah yang menjadi titik poin yang membuat anak didik sangat terkesan dan amat mencintai sosok gurunya. Jika sudah demikian adanya, maka bukan tidak mungkin akan berbanding lurus pada tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Menyadari Kedudukannya Sebagai Guru
Seseorang yang sudah menjalani profesi sebagai guru, harus menyadari bahwa ia adalah benar-benar seorang guru, bukan sekedar karyawan sekolah, masuk pagi, beri pelajaran lalu pulang ambil gaji. Kesadaran yang dimaksud adalah bahwa pintar atau bodohnya para muridnya dalam memahami pelajaran merupakan tanggung jawab morilnya sebagai seorang guru.
Ketika seseorang menyadari kedudukannya sebagai guru, maka akan muncullah semangat serta dedikasi tinggi untuk melaksanakan tugas tanggung jawabnya dengan senang hati serta ikhlas ketika berada di sekolah.
Namun yang menarik disini, ternyata profesi guru tidaklah hanya bertanggung jawab moril di sekolah, ternyata ketika di masyarakat, segala tindak tanduknya tetap harus mencerminkan sosok yang harus bisa membawa diri dan tidak bisa berbuat sesuka hati di luar batas norma.
Kita bisa lihat dimana, orang tua wali murid dari berbagai profesi mulai dari karyawan kecil hingga Jenderal sekalipun, tetap respek hormat kepada guru yang mengajar anaknya dimanapun saja, tidak hanya di sekolah.
Seorang guru harus tetap selalu menyadari kedudukannya sebagai guru dimanapun berada, sehingga ia akan senantiasa dicintai oleh anak didiknya, karena mereka merasa menemukan sosok figur guru yang sebenarnya.
Terus Belajar dan Menambah Ilmu Pengetahuan
Anak-anak generasi Alpha cenderung memiliki wawasan yang luas dikarenakan betapa kuatnya arus informasi di jaman mereka. Hal ini tentunya menuntut para guru untuk selalu mengikuti atau update hal-hal terbaru yang kiranya menarik perhatian para peserta didiknya.
Hal ini sebenarnya adalah justru sebuah tantangan untuk guru, dimana apabila ia selalu bisa update apa yang sedang 'viral' diantara mereka, maka mereka pun akan menjadi bertambah respek kepada gurunya, dikarenakan mereka tak menyangka sang guru sangat paham tentang yang sedang menarik perhatian mereka.
Jika hal ini berhasil dilakukan, maka langkah selanjutnya sang guru bisa mengarahkan tentang bagaimana menggali informasi yang benar di sekitar mereka, karena bagaimanapun metode mencari ilmu terbaik adalah dengan membaca buku, bukan dengan browsing di sosial media pada gawai mereka.