Namun saat ini fenomenanya berbeda, pegawai muda atau guru muda yang baru masuk beberapa bulan, langsung tampak ingin menunjukkan kebisaannya dalam berkerja, dan berusaha mendobrak cara kerja yang sudah ada. Sekilas memang itu hal yang positif, namun cara mereka mengekspresikannya kadang menimbulkan friksi antar generasi angkatan kerja, sehingga tak jarang membuat para generasi strawberry ini patah arang galau berkepanjangan sehingga mengganggu kinerjanya.
Lalu bagaimana caranya agar para junior-junior ini bisa menjadi generasi yang super memajukan lingkungan kerjanya. Menurut Rhenald Khasali dalam bukunya "Strawberry Generation" (2017), memberikan 4 hal dalam mengoptimalkan para generasi strawberry ini agar menjadi pribadi tangguh. Tentunya tidak terkecuali diperuntukkan bagi para guru-guru muda yang masih rapuh kepercayaan dirinya agar dapat berkembang.
Bangun Mental
Mental generasi strawberry cenderung rapuh lebih disebabkan pola asuh orang tua zaman milenial yang cenderung permisif dan protektif terhadap perkembangan anak, sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi yang selalu 'diselamatkan' orang tuanya, ketika mengalami kesulitan. Mereka tak pernah digembleng kemandirian dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.
Maka dari itu, para generasi ini ketika mulai bergabung ke dalam unit kerja, perlu diberikan pelatihan kepemimpinan yang berfokus pada pembangunan mental. Hal ini penting, karena di dunia nyata dalam pekerjaan, bukan tak mungkin dipenuhi tekanan-tekanan yang bisa membuat mereka stress hingga akhirnya berkinerja buruk. Banyak kasus para guru generasi ini, utamanya pada sekolah swasta yang sering resign, padahal baru masuk beberapa minggu atau bulan, karena merasa hanya kurang cocok vibesnya.
Sungguh sangat berbeda dengan jaman generasi saya, dimana apabila sudah diterima kerja, asal gajinya sudah cukup untuk sehari-hari, itu sudah hal yang patut disyukuri, perkara cocok di hati atau tidak, itu tak masalah, yang penting bisa menabung agar bisa menikah segera. Itu dulu, sekarang sungguh jauh berbeda, maka dari itu saat proses rekrutmen, sangat penting para guru-guru muda harus mau menerima nilai-nilai pada sekolah yang dilamarnya, agar terjadi integritas yang sinergis antara guru muda dan sekolahnya, agar tak menyesal di kemudian hari.
Berikan Kepercayaan
Pada prinsipnya, generasi strawberry sangat menyukai tantangan, sangat menyukai kebebasan, jadi sebenarnya ketika mereka berkerja dalam institusi seperti sekolah, maka sebenarnya agak membatasi ruang gerak mereka yang notabene masih 'rookie'. Maka dari itu, apabila kegiatan di sekolah, libatkanlah para guru muda ini, tetapi bukan sebagai sekedar 'suruhan' hilir mudik kesana kemari. Tetapi memang diberikan tanggung jawab kepanitiaan.
Pengalaman pribadi, kebanyakan para guru muda ini ketika  diberikan tanggung jawab kepanitiaan kegiatan sekolah, justru kadang memberi warna baru yang 'wow', alias out of the box.Â
Sebagai awalan, berikan tanggung jawab sesuai kapasitasnya saja, jangan seolah karena mereka masih junior, mereka disuruh segala macam pekerjaan. Karena patut diingat, mereka tak bisa diberikan tekanan pekerjaan yang teramat tinggi, karena bisa saja, besoknya mereka minta resign atau mewek di status sosial medianya.
Berbeda dengan generasi saya jaman dulu, yang biasa-biasa saja kalau disuruh-suruh segala macam oleh senior, bukan dianggap tekanan pekerjaan. Lain jaman, lain pula tantangannya, untuk generasi strawberry yang kritis, alangkah baiknya kita berikan tanggung jawab yang sesuai aturan saja, mereka tak bisa disuruh-suruh untuk membelikan makanan atau tugas di luar tanggung jawab job desk.
Dampingi Pengambilan Keputusan
Jika mereka sudah bisa diberikan tanggung jawab, maka penting bagi senior untuk mendampingi mereka dalam mengambil keputusan. Kita tidak berusaha membatasi mereka, tetapi lebih memberikan mereka tentang pengalaman-pengalaman para senior sebelumnya dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
Kita akui mereka punya kelebihan mutlak dalam bidang teknologi dan sosial media, tak jarang banyak guru muda yang popular karena sering buat konten bersama para muridnya, maka disinilah peran guru senior untuk memberikan wejangan. Kita harus mengapreasiasi usaha kreatif dan inovatif mereka, namun tetap memberikan batasan yang berdasarkan pengalaman para senior, bagaimanapun pengalaman adalah yang utama.