Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal dr Radjiman Wedyoningrat, sang Inspirator Lansia Indonesia

29 Mei 2024   16:11 Diperbarui: 31 Mei 2024   09:27 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dr Radjiman Wedyoningrat di masa tuanya (sumber : kompas.com)

Tahukah anda setiap  tanggal 29 Mei diperingati sebagai Hari Lanjut Usia Nasional, sebuah peringatan dalam menghormati para generasi tua kita, karena kontribusinya dalam membangun bangsa di masa produktif mereka.

Serta tahukah anda Hari Lansia Nasional yang diperingati tiap tanggal 29 Mei itu berawal dari peristiwa sidang penting dalam sejarah bangsa Indonesia yang berlangsung pada tanggal 29 Mei 1945, yaitu sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan yang menjadi istimewa adalah dimana siding tersebut dipimpin seorang tokoh lansia yang berusia 66 tahun, tokoh tersebut bernama dr KRT Radjiman Wedyodiningrat.

Pada rapat yang menentukan nasib bangsa Indonesia tersebut, Radjiman memberikan perhatian akan pentingnya menyusun dasar filosofis negara Indonesia. Maka dari itu, BPUPKI akhirnya mendesain blue print konstitusi Negara Indonesia, yang kita kenal sekarang denga nama Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Untuk mengenang jasa Radjiman dalam memimpin rapat BPUPKI ketika dalam usia Lansia, maka pada tanggal 29 Mei 1996 diresmikan sebagai Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional oleh Presiden Republik Indonesia  di Semarang.

Perlindungan terhadap kesejahteraan lansia, diperkuat dengan Undang-undang (UU) Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang memberi amanat mengamanatkan untuk membentuk program atau kegiatan pembangunan sosial yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan sosial lansia.

Kemudian dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan kemudian memberi amanat kepada pemerintah utamanya kementerian dan lembaga, agar meningkatkan kesadaran serta memberikan perhatian khusus bagi lansia. Perpres ini mengemban misi untuk mewujudkan orang-orang lanjut usia yang sejahtera, mandiri, dan bermartabat.

Lalu siapakah sosok Radjiman itu sendiri yang menjadi inspirasi bagi para Lansia yang masih tetap semangat di hari tuanya membangun bangsa.

Nama lengkapnya dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat, kebetulan ia memiliki tanggal lahir yang sama dengan R.A. Kartini yaitu 21 April 1879. Beliau berprofesi sebagai seorang dokter yang juga merupakan salah satu founding father penting dalam pendirian Republik Indonesia.

Beliau juga dikenal sebagai anggota organisasi Budi Utomo, kemudian pada tahun 1945 terpilih untuk menyelenggarakan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada momen pasca pengeboman atom di Nagasaki tanggal 9 Agustus 1945, Radjiman bersama  Soekarno dan Mohammad Hatta melakukan perjalanan menegangkan  ke Saigon dan Da Lat untuk bertemu dengan Marsekal Lapangan Hisaichi Terauchi, komandan Jepang dari Grup Angkatan Darat Ekspedisi Selatan, untuk mempersiapkan segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi, karena terjadi vacuum of power di Asia Tenggara.

Beliau adalah keponakan dari pahlawan nasional dr Wahidin Soedirohusodo, menariknya ia bisa bersekolah karena belas kasihan dari seorang guru Belanda yang melihatnya hanya belajar mendengarkan pelajaran di bawah jendela kelas, ketika setelah mengantarkan putra dr Wahidin Soedirohusodo ke sekolah, dan tanpa disangka ia adalah murid yang cerdas dimana dalam usia 20 tahun ia sudah mendapatkan gelar dokter serta mendapat gelar Master of Art pada usia 24 tahun, bahkan ia pernah disekolahkan hingga ke Belanda, Prancis, Inggris bahkan Amerika Serikat.

Beliau memilih belajar ilmu kedokteran Sekolah Dokter Djawa atau School tot Opleiding Van Indicshe Artsen (STOVIA),  di dikarenakan  keprihatinannya ketika melihat masyarakat Ngawi saat itu dilanda penyakit pes, bahkan secara khusus belajar ilmu kandungan di mana saat itu banyak ibu-ibu yang meninggal karena melahirkan, hal tersebut cukup menarik, karena di jaman itu, jarang pria yang mempelajari ilmu kandungan. Beliau sendiri lulus dari STOVIA pada tahun 1898.

Pada tahun 1934 ia mengabdi di Dusun Dirgo, Desa Kauman, Kecamatan Widodaren, Ngawi dan sebagai dokter ahli penyakit pes, dikarenakan saat itu banyak warga Ngawi dilanda pandemi wabah penyakit tersebut.

Rumah kediamannya yang dulu dijadikan tempat pengobatan diabadikan oleh warga setempat sekarang  menjadi situs sejarah. Masyarakat Ngawi lebih mengenal kediaman dr. Radjiman dengan sebutan "Kanjengan". Saat ini kediaman tersebut menjadi situs dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat dan masuk wilayah Dusun Paldaplang Desa Kauman Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi. Dikisahkan Bung Karno kerap berkunjung kesana, saat masa perjuangan pergerakan.

Kontribusinya yang luar biasa dalam pengabdian di Ngawi, membuat raja besar pada masa itu ,Susuhunan Pakubuwana X di Kasunanan Surakarta, mengangkatnya sebagai dokter keraton, dan sempat berkarier serta mengabdikan diri di beberapa rumah sakit di Surakarta. Nama dr Radjiman sendiri diabadikan sebagai nama jalan protokol di Solo, untuk mengenang jasa-jasanya dalam bidang kesehatan di kota Solo.

Beliau berperan vital dalam pergerakan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia,  dimulai dari pembentukan Boedi Utomo sampai  BPUPKI. Kontribusi besarnya  pada saat memimpin Budi Utomo adalah pembentukan milisi rakyat di setiap daerah di Indonesia, hal tersebut membuat Hindia Belanda ketar ketir, hingga akhirnya pihak pemerintah Belanda memberikan kompensasi membentuk Volksraad, atau dewan perwakilan rakyat khusus pribumi dan dr. Radjiman pun masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo.

Saat berlangsungnya sidang BPUPKI , beliau mengajukan pertanyaan "apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?" Pertanyaan ini lalu dijawab oleh Bung Karno dengan Pancasila. Jawaban dan uraian Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini kemudian ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948.

Dalam era setelah kemerdekaan, Radjiman pernah menjadi anggota DPA, KNIP, dan kemudian tahun 1950, setelah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat, ia memimpin sidang pleno pertamanya. Dua tahun kemudian di tahun 1958 beliau wafat dan dimakamkan di Yogyakarta. Beliau selain dikenal sebagai inspirator para Lansia, kiprahnya di Volksraad dan DPR awal kemerdekaan tentang perpajakan, membuat dirinya juga dikenal sebagai Bapak Pajak Indonesia. Oleh Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, beliau juga dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2013

Secara teknis, usia lansia diukur dari umur 60 tahun ke atas, kematangan dr Radjiman yang memimpin sidang BPUPKI saat usia 66 tahun, adalah bukti usia tua pun tak mengurangi semangat dalam memajukan bangsa, apalagi calon presiden kita, Pak Prabowo sudah memasuki usia lansia madya yaitu 72 tahun, seperti kata orang tua, raga boleh tua, tapi jiwa masih semangat 45. Selamat Hari Lansia Nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun