Jika kita mengenal budaya mudik pada saat menjelang perayaan Idul Fitri, maka pada etnik suku Madura budaya mudiknya dikenal dengan nama "Toron" yang bermakna "Turun" atau "Keturunan". Hal yang menjadi unik dari tradisi Toron ini adalah justru dilaksanakan menjelang perayaan Idul Adha atau Hari Raya Kurban.
Dalam budaya Toron, para perantau suku etnik Madura dari berbagai pelosok Nusantara bermudik ria ke tanah leluhurnya Pulau Madura saat menjelang Hari Raya Idul Adha.Â
Kemudian yang menjadi perhatian adalah ketika para perantau hendak kembali ke tempat perantauan, mereka membawa serta sanak saudara atau kerabat untuk mengadu nasib di negeri orang.Â
Akhirnya kita bisa melihat beragam profesi khas yang ditekuni perantau etnik Madura, seperti tukang potong rambut, pengepul besi bekas, warung kelontong dan yang paling terkenal adalah penjual sate ayam Madura keliling.
Mereka menggunakan sistem kekerabatan dalam menjalankan berbagai profesi khas tersebut, yang sudah sukses membantu kerabatnya yang baru merintis baik permodalan dan jaringannya. Maka kita pun bisa lihat betapa jejaring bisnis yang terbilang sederhana ini bisa tersebar di seluruh Nusantara.
Bahan Baku Murah
Pada pulau Madura sendiri, bahan baku yang digunakan dalam hidangan sate justru adalah daging sapi atau kambing, jarang yang menggunakan daging ayam. Namun, ketika dijajakan di berbagai tempat, para penjualnya menggunakan daging ayam yang lebih murah dan stabil harganya.
Para penjual sate ayam keliling Madura terbilang sangat efisien dalam meracik hidangannya, walau demikian tidak mengurangi cita rasa yang khas dan enak, disinilah letak 'kejeniusan' orang Madura yang mengolah bahan sederhana tetapi bisa menghasilkan kuliner yang berselera.
Hidangan ini terbilang sehat dan komplit gizinya, dimana protein didapatkan dari daging ayam, karbohidrat didapatkan dari lontong, vitamin didapatkan dari bawang merah dan serat yang tinggi didapatkan dari sambal saus kacang khas Madura. Maka dengan bahan baku yang terbilang murah tersebut, maka didapatkan harga seporsi sate ayam Madura yang terjangkau oleh masyarakat.
Fokus "Low Price"
Para penjual sate ayam Madura sangat berfokus pada strategi "low price", mereka benar-benar membidik pangsa pasar masyarakat menengah ke bawah, di tempat saya satu porsi sate ayam Madura Keliling plus lontong, dihargai hanya Rp12.000,- bahkan di tempat lain bisa Rp10.000,-.Â
Jika masih ada sisa sate yang masih layak jual, diolah kembali untuk dijual keesokan paginya oleh kerabat biasanya istri penjual atau rekan lain, dijajakan dengan bakul ditaruh di atas kepalanya dan tentunya dengan harganya yang jatuh lagi murahnya.
Saya sendiri kadang jika tak sempat buat sarapan, mengambil opsi membeli sate ayam Madura yang dijual ibu-ibu menggunakan bakul yang ditaruh di atas kepala, mereka berkeliling kampung dan perumahan dari subuh menjajakan dagangannya. Harganya jauh jatuh banget, bisa seporsi bisa Rp6.000,- hingga Rp8.000,-. Sarapan enak tapi masih ramah di kantong.