Tak dipungkiri terkadang seorang guru bisa keluar tanduknya ketika tak sabar melihat jika ada muridnya yang sudah kelewat batas melanggar peraturan sekolah atau tak mengindahkan  perintahnya, hal tersebut bisa saja terluap kejengkelan, kemarahan, bentakan bahkan bisa saja kekerasan fisik dari sang guru.
Tak sedikit kasus-kasus kekerasan fisik dari sang guru kepada para murid yang dirasakan sudah terlewat batas, dimana ada kasus sang murid hingga sampai terluka, patah tulang bahkan hingga cacat permanen.
Sewaktu saya semasih sekolah, sudah sering kasus guru memarahi murid hingga kekerasan fisik, tapi kadang masih sebatas cuma ditepok (maaf) pantat dengan penggaris panjang, itu pun dengan pelan, jarang pernah terdengar ada laporan murid yang hingga dibawa ke rumah sakit, hanya gara-gara dimarahi guru.Â
Saya sendiri punya pengalaman pribadi, pernah dilempari penghapus papan tulis oleh pak guru saya, karena saya asyik ngobrol dengan teman, ketika pak guru menjelaskan pelajaran, walhasil setelah itu saya kapok, memori itu selalu terkenang menjadikan pribadi saya menghormati orang yang sedang menjelaskan sesuatu.
Artinya, ketegasan guru itu sangat penting untuk membentuk karakter siswa, namun tetap harus menjaga batasan-batasan moral agar tak menjurus pada kemarahan sesaat atau bahkan kekerasan fisik yang berlebihan. Di dalam agama Islam, diperkenankan menggunakan kekerasan dalam pembelajaran kepada anak, namun tidak diniatkan untuk menyakiti, tetapi sebagai ketegasan dalam pembentukan karakter.
Entah mengapa, beberapa dekade terakhir, banyak beberapa oknum guru yang sudah terlewat batas dalam mendidik siswanya hingga menjurus kekerasan fisik berlebihan, apakah karena faktor internal sang guru seperti masalah keuangan, rumah tangga dan lainnya yang dialami pribadi sang guru sehingga terbawa emosinya pada saat pembelajaran di dalam kelas.
Tentunya guru juga adalah salah satu 'profesi' terhormat di masyarakat yang juga dituntut 'profesional' juga, walau seabrek permasalahan yang dialami oleh guru, dia juga harus dituntut memberikan pembelajaran yang berakhlak baik kepada para siswanya.
Menurut filsuf Islam ternama, Imam Al-Ghazali, memberikan syarat dasar untuk menjadi seorang guru yaitu dia harus memiliki akal yang sempurna dan akhlak terpuji. Selain itu, beliau juga memberikan 8 sifat khusus yang wajib dimiliki oleh guru, yaitu sebagai berikut.
Rasa Kasih Sayang dan Simpatik
Sebuah interaksi pembelajaran harus dilandasi kasih sayang dan rasa simpatik, karena secara tidak langsung guru adalah pengganti orang tua para siswa di sekolah. Seorang guru jangan terjebak dalam dikotomi bahwa pekerjaan mengajar hanya sekedar memberikan materi pelajaran, dapat gaji lalu pulang ke rumah, tetapi harus ditanamkan bahwa pekerjaan guru bukanlah sekedar mengajar, tetapi sebuah upaya membentuk manusia-manusia kecil di hadapan kita ini, kelak menjadi orang-orang hebat di masa depan, dan itu bahan bakarnya adalah kasih sayang.
Tulus Ikhlas
Dalam hal ini, ketika seseorang sudah tertanam dalam dirinya bahwa jatidirinya adalah seorang guru alias menerima takdirnya adalah sebagai pengajar, maka bayaran upahnya mengajar bukan lagi uang, melainkan ketulusan keikhlasan. Tidak mudah bagi guru di Indonesia untuk menerima konsep ini mentah-mentah, karena saya yakin, walau belum ada lembaga survey yang meneliti, bahwa sebagian besar guru di Indonesia menjadikan profesinya sebagai 'guru' hanyalah sebagai status saja, bahkan bukan sebagai pekerjaan utamanya, mengingat problem kesejahteraan guru di negara ini yang masih jauh dari kata layak.Â