Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

8 Sifat Khusus yang Wajib Dimiliki Guru Menurut Imam Al Ghazali

15 Maret 2024   05:32 Diperbarui: 15 Maret 2024   05:34 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pembelajaran Imam Ghazali (sumber : sanadmedia.com)

Tak dipungkiri terkadang seorang guru bisa keluar tanduknya ketika tak sabar melihat jika ada muridnya yang sudah kelewat batas melanggar peraturan sekolah atau tak mengindahkan  perintahnya, hal tersebut bisa saja terluap kejengkelan, kemarahan, bentakan bahkan bisa saja kekerasan fisik dari sang guru.

Tak sedikit kasus-kasus kekerasan fisik dari sang guru kepada para murid yang dirasakan sudah terlewat batas, dimana ada kasus sang murid hingga sampai terluka, patah tulang bahkan hingga cacat permanen.

Sewaktu saya semasih sekolah, sudah sering kasus guru memarahi murid hingga kekerasan fisik, tapi kadang masih sebatas cuma ditepok (maaf) pantat dengan penggaris panjang, itu pun dengan pelan, jarang pernah terdengar ada laporan murid yang hingga dibawa ke rumah sakit, hanya gara-gara dimarahi guru. 

Saya sendiri punya pengalaman pribadi, pernah dilempari penghapus papan tulis oleh pak guru saya, karena saya asyik ngobrol dengan teman, ketika pak guru menjelaskan pelajaran, walhasil setelah itu saya kapok, memori itu selalu terkenang menjadikan pribadi saya menghormati orang yang sedang menjelaskan sesuatu.

Artinya, ketegasan guru itu sangat penting untuk membentuk karakter siswa, namun tetap harus menjaga batasan-batasan moral agar tak menjurus pada kemarahan sesaat atau bahkan kekerasan fisik yang berlebihan. Di dalam agama Islam, diperkenankan menggunakan kekerasan dalam pembelajaran kepada anak, namun tidak diniatkan untuk menyakiti, tetapi sebagai ketegasan dalam pembentukan karakter.

Entah mengapa, beberapa dekade terakhir, banyak beberapa oknum guru yang sudah terlewat batas dalam mendidik siswanya hingga menjurus kekerasan fisik berlebihan, apakah karena faktor internal sang guru seperti masalah keuangan, rumah tangga dan lainnya yang dialami pribadi sang guru sehingga terbawa emosinya pada saat pembelajaran di dalam kelas.

Tentunya guru juga adalah salah satu 'profesi' terhormat di masyarakat yang juga dituntut 'profesional' juga, walau seabrek permasalahan yang dialami oleh guru, dia juga harus dituntut memberikan pembelajaran yang berakhlak baik kepada para siswanya.

Menurut filsuf Islam ternama, Imam Al-Ghazali, memberikan syarat dasar untuk menjadi seorang guru yaitu dia harus memiliki akal yang sempurna dan akhlak terpuji. Selain itu, beliau juga memberikan 8 sifat khusus yang wajib dimiliki oleh guru, yaitu sebagai berikut.

Rasa Kasih Sayang dan Simpatik

Sebuah interaksi pembelajaran harus dilandasi kasih sayang dan rasa simpatik, karena secara tidak langsung guru adalah pengganti orang tua para siswa di sekolah. Seorang guru jangan terjebak dalam dikotomi bahwa pekerjaan mengajar hanya sekedar memberikan materi pelajaran, dapat gaji lalu pulang ke rumah, tetapi harus ditanamkan bahwa pekerjaan guru bukanlah sekedar mengajar, tetapi sebuah upaya membentuk manusia-manusia kecil di hadapan kita ini, kelak menjadi orang-orang hebat di masa depan, dan itu bahan bakarnya adalah kasih sayang.

Tulus Ikhlas

Dalam hal ini, ketika seseorang sudah tertanam dalam dirinya bahwa jatidirinya adalah seorang guru alias menerima takdirnya adalah sebagai pengajar, maka bayaran upahnya mengajar bukan lagi uang, melainkan ketulusan keikhlasan. Tidak mudah bagi guru di Indonesia untuk menerima konsep ini mentah-mentah, karena saya yakin, walau belum ada lembaga survey yang meneliti, bahwa sebagian besar guru di Indonesia menjadikan profesinya sebagai 'guru' hanyalah sebagai status saja, bahkan bukan sebagai pekerjaan utamanya, mengingat problem kesejahteraan guru di negara ini yang masih jauh dari kata layak. 

Walau demikian, jika sang guru benar-benar menjadikan ketulusan keikhlasan all-out dalam pembelajaran, bisa jadi ganjarannya bukan dari gaji yang diterimanya, tetapi juga bisa dari pintu-pintu rejeki lainnya yang tak disangka-sangka.

Jujur dan Terpercaya

Kejujuran serta keterpercayaan adalah konsep dasar seorang guru dalam hal profesionalisme memberikan materi apa saja yang diajarkan kepada siswa. Dia harus bisa membangun hubungan yang baik dengan para orang tua wali murid tentang apa saja materi yang diajarkan kepada anaknya serta menjelaskan kontribusi apa saja yang bisa diberikan oleh orang tua wali murid untuk mendukung pembelajaran, untuk membangun hal tersebut, maka sang guru harus memiliki nilai-nilai kejujuran dan keterpercayaan.

Lemah Lembut

Dalam memberi nasihat kepada peserta didik, seorang guru harus diawali dengan sifat lemah lembut, jika siswa tak mengindahkannya, maka seorang guru boleh menunjukkan ketegasannya. Tegas bukan berarti kasar, bukan berarti keluar amarah meluap-luap atau bahkan sampai melakukan kekerasan fisik hingga melukai siswa. 

Ketegasan juga bagian dari kelemah-lembutan, namun pengaplikasiannya lebih kepada sikap konsistensi guru dalam hal menertibkan peraturan yang sudah ditetapkan, guru yang sudah senior kadang menunjukkan ketegasan hanya cukup berdiri tegap di depan kelas tanpa berbicara apapun, lalu suasana kelas yang semula ricuh bisa tiba-tiba senyap dalam sekejap. Bagaimanapun kelemah-lembutan adalah sarana agar para siswa lebih nyaman dalam menerima pembelajaran, ketimbang guru yang mudah marah, siswa biasanya merasa tertekan, sehingga sulit menangkap materi yang diberikan.

Berlapang Dada

Sabar berlapang dada adalah modal utama guru 'jaman now', tingkah generasi jaman sekarang yang tidak sabaran, suka memotong pembicaraan dan mudah mengeluh, membuat para pengajar harus memiliki amunisi kesabaran yang sangat banyak. Lapang dada adalah benteng awal bagi para pengajar ketika menghadapi siswa yang menjengkelkan agar tidak jatuh dalam emosi yang tak terkendali, di dalam hati guru harus tertanam bahwa para siswa pada dasarnya tidak ada yang 'nakal' atau 'bandel', mereka hanya belum tahu betul antara perkara yang benar dan yang kurang baik, jangan samakan mereka dengan tingkat kematangan seorang guru yang sudah cakap, jadi bersabarlah.

Memahami Perbedaan Individu Siswa

Ketika saya membaca poin ini, saya cukup kaget  bagaimana mungkin Imam Al Ghazali yang hidup di abad 11 sudah menemukan konsep pembelajaran Mulitiple Intellegence yang dikembangkan Howard Gardner, seorang psikolog pendidikan terkemuka Amerika Serikat di dalam bukunya 'Frames of Mind : Mulitiple Intellegence Theory' pada tahun 1983. 

Konsep memahami perbedaan kemampuan pembelajaran setiap siswa banyak dipakai oleh sekolah-sekolah modern dan sekolah alam, intinya seorang guru harus bisa memetakan perbedaan kemampuan setiap siswanya dalam pembelajaran, artinya harus paham bahwa masing-masing peserta didik mempunyai keunikannya tersendiri dalam meraih kesuksesan pembelajarannya.

Mengajar Tuntas

Fenomena beberapa oknum guru yang memberikan materi pelajaran hanya ala kadarnya, seperti cukup memerintahkan siswanya menyalin catatan di papan tulis saja tanpa memberikan pemahaman yang tuntas ternyata masih jamak terjadi di masa sekarang. Kelas yang baik, adalah kelas yang terjadi dialog dua arah, sehingga murid bisa memahami materi secara menyeluruh, karena dia mampu memberikan respon atas materi yang diberikan, dalam kasus ini guru pun bisa belajar dari sang murid.

Memiliki Idealisme

Kelas adalah panggung sang guru, seorang pengajar harus benar-benar memiliki idealisme dalam menetapkan aturan-aturan yang berlaku di dalam kelasnya. Pembelajaran boleh mengalir, tetapi tetap dalam koridor aturan yang ditetapkan pengajar, karena hal tersebut merupakan pembentukan etika adab kepada para murid agar mengerti konsep menghormati orang yang memiliki ilmu, dan mereka harus mentaati aturan orang yang mau memberikan ilmunya kepadanya.

Guru adalah teladan, pengajar merupakan cerminan pribadi atau agen yang membawa nilai-nilai kebenaran moral kepada para muridnya, tidak ada guru yang sempurna, tetapi sepanjang hayatnya, seorang pengajar harus berupaya memberikan segalanya ketika 'perform' pembelajaran kepada siswanya, karena guru adalah sang pembangun peradaban sesungguhnya. Semoga Bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun