Gaya permainan timnas sekarang yang berani main pressing tinggi, kemudian semua  pemain selalu dinamis bergerak sebenarnya bukanlah hal yang luar biasa untuk gaya permainan sepakbola jaman sekarang. Karena memang, gaya permainan sepakbola saat ini memang dituntut pergerakan cepat di berbagai lini. Berbeda dengan gaya sepakbola era 90-an atau 2000an awal yang dominan permainan zona, sehingga di jaman itu ada istilah posisi seperti libero atau playmaker yang berfungsi sebagai posisi transisi saat bertahan atau menyerang.
Thailand, Vietnam dan Malaysia boleh dikatakan juga bersamaan dengan Indonesia juga sudah berbenah dalam hal gaya bermain. Sudah tidak ada lagi gaya sepakbola gajah Asia Tenggara, yang malas-malasan mengejar bola. Maka bukan hal yang 'wow', jika permainan Timnas dinilai jauh lebih baik, karena negara Jiran kita pun juga sudah bermain dengan gaya yang sama.
Indra Sjafrie, Pioneer Timnas Gaya Baru
Kalau kita mau belajar sejarah, gaya permainan timnas senior sekarang sebenarnya dipelopori oleh Coach Indra Sjafrie yang mulai menangani timnas level usia semenjak 2013. Dimana ia mempelopori peningkatan kemampuan bernapas Vo2 para pemain muda, sehingga mampu bermain dengan determinasi tinggi sepanjang 90 menit.
Semenjak Piala Asia 2007, Timnas kita memang mengalami kemunduran, karena banyaknya konflik internal yang mendera PSSI pada era itu. Namun, pada masa paceklik tersebut, hadirlah sosok Indra Sjafrie pada tahun 2009 yang mengawali karir sebagai pemandu bakat di PSSI.
Dikisahkan dia berkeliling Indonesia, untuk menemukan bakat-bakat terbaik para punggawa Garuda Muda. Tak cuma menemukannya, tetapi Indra Sjafrie benar-benar menggembleng fisik, stamina dan mental para pemain muda.
Hasilnya benar-benar nyata, Indra Sjafrie membawa Evan Dimas dan para kompatriotnya berhasil menjuarai U-19 AFF 2013 mengalahkan Vietnam. Gelar ini adalah gelar pertama Indonesia sejak 22 tahun terakhir pada semua level. Kemudian dia membawa timnas Garuda Muda menjuarai U-22 AFF 2019 di Kamboja. Dan yang terakhir paling fenomenal berhasil meraih medali emas SEA Games 2023, setelah menang meyakinkan atas musuh bebuyutan Thailand dengan skor 5-2.
Dengan raihan prestasi tersebut, jujur saya mau katakan, dewa penyelamat sepakbola kita adalah sosok Indra Sjafrie. Dimana walau kondisi Federasi PSSI masih carut marut dengan segala keterbatasannya, beliau berhasil memaksimalkan potensi pemain-pemain muda kita.
Sosok STY sebenarnya datang di saat yang tepat, dimana dia tinggal menikmati memilih pemain-pemain muda yang sudah dipoles sedemikian rupa oleh Indra Sjafrie selama bertahun-tahun untuk dimasukkan ke dalam line-up.
Sekali lagi artikel ini bukan bermaksud untuk menyerang coach STY, kita pun juga patut mengapresiasi kinerjanya, tetapi kita pun juga harus 'melek data' melihat rekam jejak timnas kita terdahulu. Jujur, saya sampai sekarang masih menganggap Timnas Senior era awal 2000an adalah yang terbaik, dimana merupakan kombinasi generasi emas seperti Boaz Salossa, Firman Utina dengan eks Primavera seperti Kurniawan atau Rochy Putiray. Semoga pasca Piala Asia 2023, Timnas Senior segera berbenah dan menghadapi kenyataan bahwa mereka harus menaklukkan Asia Tenggara terlebih dahulu sebelum menjadi Macan Asia yang sejatinya. Semoga Bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H