Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Shin Tae-yong Bukanlah Dewa

29 Januari 2024   08:06 Diperbarui: 29 Januari 2024   08:20 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shin Tae Young (sumber: Suara.com)

Sekarang dengan raihan-raihan tersebut marilah kita buat pembanding. Pada gelaran Piala Asia 1996 dan 2000, jumlah pesertanya adalah 12 negara, terbagi 3 grup. Pada gelaran Piala Asia 2004 dan 2007 jumlah pesertanya adalah 16 negara terbagi 4 grup.

Jika kita mengacu pada hasil raihan timnas piala Asia 2007 saja, maka sebenarnya timnas Piala Asia saat ini asuhan STY tidak mengalami peningkatan yang berarti. Pada gelaran babak grup Piala Asia 2007, kita berhasil meraih 1 kemenangan , 2 kekalahan dengan melesakkan 3 gol dan kebobolan 3 gol, sementara pada babak grup Piala Asia 2023 saat ini, kita juga meraih 1 kemenangan, 2 kekalahan dengan rincian melesakkan 3 goal dan kebobolan 6 gol.

Hanya saja, pada gelaran Piala Asia 2007 tidak menganut sistem peringkat ketiga terbaik, karena jumlah peserta sudah genap 16 peserta, sehingga yang diambil lolos babak grup hanya peringkat satu dan dua, padahal kalau berkaca dengan hasil timnas saat ini, harusnya timnas Piala Asia 2007 pun bisa lolos dengan skema peringkat ketiga terbaik.

Perlu saya tekankan, pada Piala Asia 2023 di Qatar, jumlah pesertanya adalah 24 negara. Sehingga hasil dari Timnas kali ini yang berhasil lolos ke 16 besar, secara hitungan statistik tidaklah mengalami peningkatan, karena di piala Asia 2007 pun kita berada di 16 besar, tapi fase grup. Malah justru di babak grup, jauh lebih baik hasil-hasil di Piala Asia 2007 dimana kita hanya kalah tipis dengan raksasa Arab Saudi dan Korsel. Bandingkan dengan hasil Piala Asia 2023, kita kalah dengan Iraq dan Jepang dengan margin 2 gol.

Belum lagi, dalam setiap edisi Piala Asia yang kita ikuti, Timnas selalu menjaga 'tradisi' mendapatkan poin pada setiap fase grup, walau hanya minim mendapat poin 1. Artinya tidak terjadi peningkatan yang signifikan dan digembar-gemborkan bahwa kita sudah level Asia.

Menurut saya, memang pada pertandingan kemarin melawan Australia adalah penentuan apakah kita sudah melewati level untuk dikatakan sudah 'Asia', karena jika menang maka kita akan dilabeli '8 besar Asia'. Namun kenyataannya, kita kalah dengan margin 4 gol, jauhlah dari level 'Asia', beda cerita kemarin kita seandainya hanya kalah tipis atau kalah adu penalti, mungkin saya bisa angkat topi.

Prestasi STY di Timnas Korsel Biasa Saja

Kebanyakan dari kita terbius dengan STY ketika melatih timnas senior Korsel pada Piala Dunia 2018 di Rusia. Dimana pada salah satu laganya, STY mencatatkan kemenangan fenomenal atas juara bertahan Jerman dengan skor 2-0. Walau menang, Korsel tetap gagal lolos, karena kalah 2 kali sebelumnya, dan menurut pemberitaan pada media setempat, publik Korsel justru menghujat hasil Korsel pada Piala Dunia 2018, walau menang atas Jerman.

Shin Tae Young secara resmi menjadi pelatih Timnas Senior Korea Selatan pada tahun 2017 hingga tahun 2018. Satu-satunya trofi yang berhasil dipersembahkan adalah memenangkan kejuaran EAFF 2017, yaitu kejuaraan regional negara-negara Asia Timur, mirip dengan piala AFF di Asia Tenggara.

Parameter yang bisa digunakan adalah prestasinya di Piala Dunia. Jika kita berkaca pada Korea Selatan, maka standarnya haruslah bukanlah sekedar lolos babak kualifikasi, tetapi harus mampu lolos babak grup. Maka bisa disimpulkan prestasi STY pada saat melatih timnas Korsel dapat dikatakan belum mencapai standar yang diharapkan.

Satu-satunya gelar yang berhasil diberikan STY ke Korsel adalah trofi yang dibilang coach Justin adalah 'piala chiki'-nya Asia Timur. Maka dari itu, kita jangan munafik, jika publik pun tak mengapa jika Timnas Indonesia seandainya baru bisa berhasil meraih 'piala chiki' AFF level Asia Tenggara, karena meraih prestasi jauh lebih baik, ketimbang narasi subyektif permainan jauh lebih baik.

Tuntutan Gaya Bermain Terkini

Jika banyak publik menilai bahwa permainan timnas di bawah asuhan STY memiliki gaya permainan yang apik ketimbang timnas di era-era sebelumnya, saya menilai hal tersebut tidaklah sepenuhnya benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun