Orang-orang di jaman sekarang lebih memilih mencari informasi secara mandiri lewat smartphone-nya masing-masing. Tidak ada yang salah dengan hal itu, kebanyakan dari kita melakukannya karena informasi aktual di jaman sekarang sudah semacam kebutuhan primer.
Jika bagi genre orang dewasa, sebenarnya industri media hanyalah sekedar 'switching' saja seperti yang diutarakan Rhenald Khasali. Dari yang semula menggunakan media cetak kertas, kemudian berpindah ke platform digital, dengan konten yang sama dan lebih massif jangkauannya.
Tetapi untuk majalah genre anak, sebenarnya tidak perlu switching sebagaimana media-media cetak bergenre dewasa. Â Karena dalam perkembangan usia dini, membaca adalah salah satu sarana terbaik untuk kemampuan literasi anak.
Memang smartphone bisa untuk membaca banyak artikel-artikel bertema anak, tetapi apakah anda bisa menjamin, anak-anak dengan tekun membaca konten-konten edukatif pada gawai mereka. Sudah pasti mereka lebih tertarik menonton konten-konten video yang bersifat hiburan, yang bisa saja banyak yang mengandung hal negatif jika tidak bisa diawasi langsung oleh orangtua.
Majalah anak mempunyai kelebihan tersendiri ketimbang gawai elektronik atau buku tebal. Karena isinya memang didesain selalu menarik untuk dibaca ketimbang buku tebal bagi anak-anak. Tentunya juga isinya jauh lebih terjamin layak dibaca ketimbang arus informasi dari platform digital smartphone yang sulit pengawasannya dari orang tua.
Berikut beberapa hal alasan majalah bergenre anak layak untuk dihidupkan lagi demi perkembangan literasi anak Indonesia.
Tidak Harus Aktual
Banyak media cetak bertumbangan karena alasan operasional yang tinggi, mereka memilih berubah menjadi platform digital yang jauh lebih efisien dan jauh sangat lebih aktual dari segi pemberitaan. Hal ini sangat dibenarkan dalam prinsip ekonomi, namun tidak serta merta untuk pangsa pasar majalah bergenre anak.
Majalah atau tabloid anak, sejatinya tidak membutuhkan informasi aktual yang sangat detail dan rinci. Platform seperti Kompas.Com memang sangat aktual, hampir setiap menitnya ada berita-berita baru yang bisa diakses, tapi untuk anak-anak, hal ini bukanlah konsumsi utama, malah harus dikendalikan, karena bisa saja informasi tersebut harus dicerna lagi oleh mereka dan pengawasan orang tua.
Jikapun memerlukan ulasan aktual, tim redaksi majalah anak bisa merangkum trending-trending penting selama  periode penerbitan, semisal mengulas kejadian-kejadian penting selama seminggu yang layak baca bagi anak.
Sebagai contoh, yang sedang trending adalah event Piala Dunia U 17, maka redaksi bisa mengulas berbagai macam artikel atau rubrik tentang event tersebut dengan bahasa 'layak' anak. Inilah kelebihan majalah anak ketimbang platform digital, dimana tim redaksi majalah akan jauh lebih hati-hati mengemas bahasa yang cocok bagi perkembangan anak.
Majalah anak bisa mengulas kejadian-kejadian masa lalu atau sejarah, yang mungkin tidak terpikir dalam benak mereka untuk mencarinya di platform digital.