Mungkin pada usia dini, mereka memang belum mengenal apa itu harga diri, tetapi biasanya anak usia dini memiliki sifat ke-aku-an yang cukup tinggi. Maka tak jarang hanya rebutan mainan, bisa menjurus adu fisik yang tak bisa dihindarkan.
Adalah sebagai pengajar menanamkan bahwa tidak ada gunanya saling menang sendiri, yang ada hanya adalah penyesalan timbul di belakang, karena salah satu pihak ada yang tersakiti baik secara verbal maupun fisik. Disinilah peran sikap memaafkan dapat mengurangi potensi perundungan akibat sifat selfish yang berlebihan.
Memberi maaf dan meminta maaf secara hakekat memang sulit dipraktekkan anak-anak usia dini, karena sifat tantrum yang selfish-nya masih tinggi menjadi sekat praktek memaaafkan untuk diaplikasikan dalam keseharian.
Namun hal itu bukan berarti kita tidak mengingatkan terus menerus untuk saling memaafkan di antara mereka. Tanamkan kepada mereka, bahwa jika kalian punya sifat pemaaf yang tinggi, maka sudah dipastikan kelak jika kalian akan menjadi orang 'hebat' ketika sudah dewasa. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H