Mengajarkan memaafkan secara intens kepada anak atau peserta didik sangat besar dampaknya dalam membentengi dari laten perilaku bullying. Berikut beberapa manfaat jika kita mengajarkan saling memaafkan kepada anak dalam rangka mencegah perilaku perundungan atau bullying.
Menjadi Pribadi Bertanggung Jawab
Dengan belajar meminta maaf, maka lambat laun anak akan memahami perbedaan perilaku benar dan salah. Dan jika dia sudah mengerti bahwa seandainya dia  berada pada pihak yang salah, lalu dianjurkan untuk meminta maaf, maka dia paham bahwa apa yang dilakukannya memang salah jika dinilai secara norma umum.
Namun apabila hal tersebut hanya dibiarkan saja, maka dia merasa apa yang dilakukannya tidaklah salah, dan pasti akan mengulanginya lagi. Maka dari itu pengedukasian meminta maaf akan membentuk karakter kepribadian yang bertanggung jawab, jika dia salah, maka dia harus mempertanggungjawabkan kesalahannya dengan meminta maaf.
Ketika karakter bertanggungjawab ini mulai terbentuk, maka dipastikan akan meminimalisir perilaku perundungan diantara para peserta didik.
Mencegah Konflik
Memberi maaf dan meminta maaf adalah upaya paling dasar manusia untuk mencegah konflik menjadi lebih jauh. Jika sedari dini anak-anak diajarkan legowo dari setiap perselisihan, diharapkan kelak akan menjadi generasi yang solutif ketimbang generasi yang saling mau menang sendiri
Perundungan terjadi karena perselisihan yang hanya dibiarkan berlarut-larut tanpa ada penyelesaian atau solusi diantara pihak-pihak yang berselisih. Maka dari itu pengajar harus memberikan pemahaman bahwa semua masalah itu pasti ada solusinya, dan langkah awal untuk mendapatkan solusi itu adalah berupaya saling memaafkan terlebih dahulu.
Masih ingat pernyataan Nelson Mandela ketika menyelesaikan politik Apartheid di negaranya. Beliau membuat pernyataan "Memaafkan tetapi tidak melupakan", artinya sebagai manusia sudah sepatutnya saling memaafkan tindakan-tindakan salah, Â sehingga yang salah menjadi legowo bahwa dia yang bersalah dan siap mempertanggungjawabkannya.
Pembiasaan Mengevaluasi Diri
Berikan pemahaman kepada peserta didik bahwa tidak ada manusia yang sempurna, manusia mempunyai kewajiban untuk mengevaluasi dirinya jika dia merasa bersalah. Jika pihak yang bersalah telah mendapatkan 'restu' maaf dari pihak yang berselisih dengannya, maka lama kelamaan empati diri akan rasa malu terbentuk dengan sendirinya.
Jika peserta didik terjadi pembiasaan selalu mengevaluasi diri ketika ada perselisihan antar teman, maka hal tersebut dapat menjadi kekuatan melawan setiap potensi perundungan yang ada. Setiap peserta didik akan merasa malu apabila ada pihak yang merasa paling hebat, karena terbiasa diajarkan oleh pengajar dan orangtuanya tentang pembiasaan menilai dirinya sendiri dari setiap kesalahan.
Sering kadang perselisihan di dalam kelas, tentang masalah pinjam-meminjam alat tulis bisa menjurus adu mulut, tetapi bisa diselesaikan hanya dengan sang guru mengatakan "saling memaafkanlah, memberi itu lebih baik daripada menerima". Mereka pun langsung paham, bahwa pihak yang mau meminjamkan pensil pun menjadi legowo, dan pihak yang meminjam pensil menjadi malu, mengevaluasi diri agar membawa perlengkapan alat tulis yang lengkap. Hal itu diawali dengan saling memaafkan terlebih dahulu.
Membangun Harga Diri Anak
Sikap saling memaafkan secara tidak langsung akan membentuk karakter yang lebih tenang ketika ada perselisihan. Berikan pemahaman kepada mereka, bahwa mengalah pun bisa dikatakan menang jika ada konflik yang terjadi