Adalah salah satu murid saya, sebut saja namanya Rumi, dia dikenal oleh teman-temannya agak teledor dalam merawat dan menjaga perlengkapan sekolahnya. Walau begitu dia adalah sosok periang dan selalu membuat suasana kelas dalam keceriaaan.
Hingga suatu hari, ketika jam pelajaran sudah dimulai, saya menyuruh semua murid untuk membuka buku pelajaran dan mengerjakan beberapa soal di dalamnya serta membahasnya bersama-sama. Tampak saya memperhatikan si Rumi tampak 'clingak-clinguk' tidak mengerjakan soal di dalam buku, padahal kami sudah hampir setengah jam membahas soal-soal yang ada.
"Hey Rumi, kenapa kamu tidak mengerjakan soal-soal yang ada..?", tanya saya.
"eh..anu.. eh.. anu pak... saya lupa membawa pensil... hi...hi..hi..?", jawab si Rumi sambil senyum kecil.
"Ya sudah, sini bapak pinjamkan pensil padamu, tolong dikerjakan semua soal-soal itu, dan besok harus diingat agar membawa pensilmu sendiri ya?", pinta saya.
"Siap... pak..!!!" jawabnya penuh semangat dengan posisi tangan hormat sambil berdiri yang membuat semua teman-temannya tertawa.
Keesokan harinya, dia langsung menemui saya, dan melaporkan bahwa dia sudah membawa pensil lebih dari satu, untuk berjaga-jaga. Hingga pada saat jam pelajaran tiba, kami pun mengerjakan soal-soal kembali dalam buku pelajaran.
Namun, sekali lagi, saya melihat si Rumi tampak bengong saja, tidak mengerjakan soal-soalnya.
"Rumi... apa gerangan kamu tidak mengerjakan lagi soal-soal itu..?, bukankah kamu sudah membawa pensil hari ini ?" tanya saya.
"Iya pak, saya membawa pensil banyak hari ini.. ta..ta..tapi saya lupa membawa buku pelajarannya.. hi..hi..?" Jawabnya lagi dengan senyum renyahnya.
"Haduh.. Rumi..Rumi.., ya sudah ini Bapak kebetulan ada ekstra Buku Pelajarannya, saya berikan kepadamu, supaya kamu tidak ketinggalan, bukunya tolong dikasih namamu, agar tidak tertukar" perintah saya.
"Iya pak.. terima kasih pak..." jawabnya kali ini dengan nada agak rendah.
Hingga akhirnya keesokan harinya lagi, pagi-pagi saya mengecek laci meja si Rumi sudah lengkap perlengkapan tulisnya dan buku pelajarannya. Dalam hati, si Rumi hari ini sudah bisa disiplin merawat barang.
Hingga waktu pelajaran tiba, di bangku si Rumi, tak tampak batang hidungnya, ternyata baru saja orangtuanya mengabari hari itu si Rumi ijin tidak masuk sakit. Dan si Rumi kemungkinan meninggalkan pensil dan bukunya di laci mejanya agar supaya tidak lupa membawanya.
Sontak, salah satu murid berkelakar kepada kami,
"Pak, si Rumi memang selalu membuat kami tertawa dan ceria, pas waktu Bukunya ada, eh Pensilnya lupa bawa, pas waktu Pensilnya dibawa, eh malah Bukunya lupa dibawa juga, pas giliran Bukunya ada, Pensilnya ada, Orangnya malah tidak ada alias ijin...." kelakar salah satu murid.
Akhirnya kami sekelas pun tertawa lepas mencermati perilaku si Rumi dan mendoakan Si Rumi semoga lekas sembuh.