"Iya pak.. terima kasih pak..." jawabnya kali ini dengan nada agak rendah.
Hingga akhirnya keesokan harinya lagi, pagi-pagi saya mengecek laci meja si Rumi sudah lengkap perlengkapan tulisnya dan buku pelajarannya. Dalam hati, si Rumi hari ini sudah bisa disiplin merawat barang.
Hingga waktu pelajaran tiba, di bangku si Rumi, tak tampak batang hidungnya, ternyata baru saja orangtuanya mengabari hari itu si Rumi ijin tidak masuk sakit. Dan si Rumi kemungkinan meninggalkan pensil dan bukunya di laci mejanya agar supaya tidak lupa membawanya.
Sontak, salah satu murid berkelakar kepada kami,
"Pak, si Rumi memang selalu membuat kami tertawa dan ceria, pas waktu Bukunya ada, eh Pensilnya lupa bawa, pas waktu Pensilnya dibawa, eh malah Bukunya lupa dibawa juga, pas giliran Bukunya ada, Pensilnya ada, Orangnya malah tidak ada alias ijin...." kelakar salah satu murid.
Akhirnya kami sekelas pun tertawa lepas mencermati perilaku si Rumi dan mendoakan Si Rumi semoga lekas sembuh.
Disiplin bukan sekedar menepati waktu atau mentaati aturan, tetapi menata hati agar bahagia pada waktunya...