Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Karakteristik Sekolah Alam

25 Oktober 2023   05:21 Diperbarui: 25 Oktober 2023   05:45 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar Alam di Sekolah Alam :Dokpri

Pada suatu kali saya berbincang-bincang dengan salah satu orangtua wali di sekolah kami, putrinya sudah menginjak kelas 6 dan tahun depan akan lulus. Pada kesempatan itu saya bertanya kepada beliau, jika setelah lulus dari Sekolah Dasar Alam, kira-kira putrinya akan melanjutkan studinya kemana. Jawaban beliau tegas dan mantap, bahwa tetap menyekolahkan putri di SMP yang berbasis Alam.

Di daerah Solo-Raya, sekolah alam belumlah begitu banyak, hal yang serupa juga di daerah-daerah lain. Jika pun yang banyak pilihan, itu untuk level SD, sementara untuk level SMP, terhitung cukup sedikit pilihannya. Jadi, keputusan orangtua wali tersebut, boleh dibilang cukup idealis dan memang cukup jarang orangtua berkarakter seperti itu.

Bagi sebagian besar orangtua, masih banyak yang belum mengetahui tentang Sekolah berbasis Alam. Kalaupun ada yang mengetahuinya, itu pun kebanyakan masih salah kaprah tentang konsep Sekolah Alam. Banyak hal yang harus dijelaskan tentang Sekolah Alam, mulai dari Kurikulumnya, Prinsip-prinsip dasar, Karakteristik, Kegiatan-kegiatan dan masih banyak lainnya. Dalam artikel ini, sebagai pembuka saya akan menjelaskan Sekolah Alam dari karakteristiknya, agar paling tidak para pembaca mengerti dan memahami perbedaan mendasar Sekolah Alam dengan Sekolah Lainnya

Adalah Almarhum Lendo Novo sang penggagas Sekolah Alam di Indonesia. Beliaulah yang pertama kali mendirikan Sekolah berkonsep Alam pada tahun 1998 di Ciganjur. Dimana ketika beliau mendirikan Sekolah Alam pertama kali, mempunyai pemikiran bahwa pendidikan bukan merupakan sebuah penjenjangan, melainkan sebuah pemecahan masalah bagi kehidupan.

Ketika beliau berhasil dengan jerih payahnya, maka mulailah banyak berdiri sekolah-sekolah berbasis alam di berbagai tempat. Lalu apa sebenarnya formula dari sekolah alam ini, sehingga sudah mulai banyak diminati para orangtua untuk menyekolahkan anaknya disana.

Pada artikel ini kita akan membahas beberapa karakteristik yang menjadi ciri khas sekolah alam. Poin-poin karakteristik ini, saya ambil dari buku bertajuk Belajar Any Where oleh Ricky Arnold Ngigili yang saya kembangkan berdasarkan observasi di sekolah kami.

Belajar Di Luar Kelas

Pada prakteknya, tidak bisa dibayangkan sepenuhnya para peserta didik selalu belajar  di alam terbuka hanya menggelar tikar di rerumputan. Sekolah Alam tetap mempunyai ruang kelas, baik ada yang permanen maupun semi permanen. Di ruang kelas ini, sama halnya dengan sekolah lain, kami menaruh arsip, buku-buku, perlengkapan pembelajaran dan barang-barang lainnya.

Bentuk ruang kelas tiap Sekolah Alam bisa berbeda-beda, ada sekolah yang hampir keseluruhannya berbahan material alam, seperti bambu atau kayu, ada pula yang mix antara material alam dan konstruksi beton. Sekolah kami sendiri, dindingnya menggunakan material sisa-sisa limbah kayu, sementara pondasinya tetap memakai konstruksi permanen.

Sistem pembelajarannya pun setiap Sekolah Alam juga bisa berbeda-beda, tergantung kebijakan kepala sekolahnya. Ada yang dominan di luar ruang kelas, adapula yang dijadwalkan terkadang di luar kelas. Tetapi intinya, Sekolah Alam sudah pasti mempraktekkan pembelajaran di luar kelas.

Perangkat sarana prasarana untuk menunjang pembelajaran di luar ruang kelas pada Sekolah Alam sudah sangat dipikirkan para gurunya. Seperti tikar, kotak P3K, papan tulis portable, meja lipat, carrier bag dan lain-lain.

Kebebasan Kreatifitas Peserta Didik

Sebenarnya di sekolah konvensional pun juga menunjang kreatifitas peserta didik. Namun pada Sekolah Alam, kita tidak mengenal istilah salah atau benar dalam hal kreatifitas. Hal ini merujuk bahwa Sekolah Alam adalah Sekolah Inklusif yaitu sekolah yang dapat menampung semua jenis karakter peserta didik baik reguler maupun yang berkebutuhan khusus.

Dengan semangat inklusif tersebut sudah pasti, para pengajar benar-benar memberikan ruang seluas-luasnya para peserta didik untuk berkreatitas. Para guru berusaha tidak men-judge karya-karya setiap anak dengan penilaian yang sifatnya menghakimi. Kita berusaha memberikan pengertian bahwa kreatifitas tidak terbatas dengan nilai-nilai semata. Di sini, kita harus memancing daya kreatifitas para peserta didik.

Sebagai contoh, pada pelajaran menggambar, sewaktu tematiknya adalah pemandangan alam, kita harus mendiskusikannya kepada setiap peserta didik dengan menentukan jenis-jenis pemandangan yang akan digambar tiap anak. Ada anak yang menggambar pemandangan pantai, sawah, air terjun, pegunungan, tebing ngarai dan lainnya. Sehingga tidak terjebak dengan pemandangan klasik 'dua gunung, tengahnya matahari terbit, lalu di lembahnya ada jalan lurus diapit sawah tak lupa ada burung camar dan awan'.

Belajar Sambil Bermain

Layaknya tagline-nya majalah Bobo yaitu "Tempat Bermain dan Belajar", Sekolah Alam secara layout memang didesain sebagai ruang bermain 'hijau' yang seluas-luasnya untuk peserta didik.

Konsep pembelajaran anak yang memadupadankan antara pengajaran dengan permainan, sebenarnya konsep asli dan otentik dari filosofi Sekolah sejatinya. Tokoh-tokoh pendidikan terkemuka seperti Montessori, Froebel, sampai Ki Hajar Dewantara, mengedepankan konsep belajar sambil bermain. Dan pewaris sejati jenis sekolah yang demikian ini hanyalah Sekolah berbasis Alam.

Hal ini tentunya di sekolah-sekolah konvensional jarang kita temui, kalaupun ada, hanya pada saat event-event tertentu saja. Di Sekolah Alam, bisa saja sang murid bisa sambil lesehan saat mengerjakan tugas, ice breaking yang cukup intens, dan para gurunya selalu mencari ide-ide pembelajaran kreatif yang mengandung unsur permainan.

Kegiatan Luar Ruangan :Dokpri
Kegiatan Luar Ruangan :Dokpri

Pendidik Sebagai Fasilitator dan Partner

Keberadaan pendidik bukan sekadar penyampai materi, dia juga berperan sebagai teman, sahabat sekaligus orang tua di sekolah. Pendidik di sekolah alam memang dituntut super multitasking. Selain mendidik secara formal, para guru sekolah alam harus bisa menjadi 'tukang kebun', 'peternak', 'musisi', 'pelawak' hingga seorang motivator ulung.

Peran-peran yang multi-talent itu adalah sebagai bentuk fasilitator untuk peserta didik berkembang. Lewat memelihara tanaman, peserta didik belajar tentang bercocok tanam, lalu memelihara hewan, peserta didik belajar permulaan tentang dunia peternakan.

Metode Pembelajaran Action Learning

Sebisa mungkin para peserta didik, mempelajari sesuatu dengan metode learning by doing. Di sekolah kami ada tambahan kelas pengembangan diri Entrepreneurship, dimana dalam kelas tersebut, para peserta didik benar-benar belajar memproduksi sesuatu yang bisa dijual, walau mereka masih duduk di bangku sekolah dasar.

Dengan pembelajaran action learning akan melatih kemampuan motorik dan pengalaman para peserta didik pada suatu masalah. Para peserta didik dilatih untuk memecahkan suatu masalah dengan caranya mereka sendiri-sendiri. Di sekolah kami ada kelas pengembangan Leadership yang melatih para peserta didik mengembangkan kepercayaan diri dan jiwa kepemimpinan, dimana tentunya akan membentuk karakter problem solving.

Kurikulum Sekolah Alam

Sekolah Alam yang ada di Indonesia tergabung dengan Jaringan Sekolah Alam Indonesia (JSAN). Sehingga panduan kurikulum sekolah alam mengacu kurikulum yang ditetapkan JSAN,  Sekolah Alam juga tetap menerapkan   Kurikulum yang ditetapkan oleh Pemerintah, sebagai standar nasional.

Adapun 4 pilar utama Kurikulum Sekolah Alam yaitu Pendidikan Akhlak, Logika Ilmiah, Kepemimpinan dan Bisnis. Biasanya keempat pilar ini diterapkan sebagai kelas-kelas tersendiri selain pelajaran akademik yang menyesuaikan karakter masing-masing Sekolah Alam.

Literasi Sebagai Sumber Pendukung

Sekolah Alam harus selalu mengupdate pola dan sistem pembelajarannya  dengan mengikuti referensi-referensi literasi terbaru. Para guru sekolah alam harus dibekali literasi yang cukup dalam pembelajaran. Karena mengingat sekolah alam adalah sekolah inklusif, dimana tentunya memerlukan pendekatan yang sangat berbeda dengan sekolah pada umumnya.

Tantangan menghadapi berbagai karakter peserta didik, tentunya memerlukan sumber-sumber literasi yang memadai agar dapat melakukan asessmen peserta didik dan pengajaran yang efektif dan efisien.

Menciptakan Inovasi

Di dalam Sekolah Alam, inovasi tidak sepenuhnya dalam kendali penuh sang pengajar, tetapi justru kolaborasi antara guru dan muridnya. Mereka bersama-sama trial dan error menciptakan sistem pengajaran yang selalu baru dimana orientasinya memecahkan permasalahan yang mereka hadapi.

Sebagai contoh di kelas saya, menjelang makan siang, kami justru malah mulai berbersih kelas mulai dari menyapu, mengepel hingga menghapus tulisan di papan tulis serta merapikan semua perangkat alat tulisnya. Setelah semua bersih, beberapa murid mengambil tikar dan menggelarnya di bawah pohon rindang depan kelas kami, dimana kami semua makan siang disitu.

Hal tersebut dilakukan, setelah sebelumnya muncul masalah di kelas kami, dimana ketika makan siang dilaksanakan di dalam kelas, kondisinya justru malah berantakan dan kurang bersih. Maka kami semua berembug mencari solusinya dan mengambil keputusan untuk makan siang di bawah pohon depan kelas kami, agar supaya kondisi kelas tetapi rapi dan bersih. Sehingga ketika pulang, kami tidak perlu lagi bersih-bersih lagi.

Memberikan Apresiasi

Sekolah Alam sangat menekankan bahwa setiap peserta didik adalah seorang juara. Memberikan pemahaman bahwa setiap individu memiliki keunikannya masing-masing, maka dari itu para pengajar Sekolah Alam harus selalu memberikan apresiasi setiap pencapaian peserta didiknya.

Pada waktu acara Tujuh-Belasan di sekolah kami, semua peserta didik yang ikut serta, kami berikan sertifikat keikutsertaan dan diberi keterangan pencapaian yang didapat. Sebagai contoh, jika dalam perlombaan memasukkan bola, jika si anak memasukkan 10 bola saja, kita tetap apresiasi dengan memberikan sertifikat dengan keterangan pencapaian 'Ananda Mawar Berhasil Memasukkan 10 Bola.. Luar Biasa !!!'.

Hal-hal seperti itu tentunya akan memberikan kepercayaan diri pada setiap anak, bahwa mereka adalah anak-anak berkarakter 'juara'. Dan tentunya para orangtuanya pun menjadi sangat tahu semangat daya juang anak dalam mencapai sesuatu.

Jika kita telaah lebih dalam, Sekolah Alam sebenarnya bukanlah sekedar 'Sekolah Alternatif', karena justru sejatinya sekolah yang sebenar-benarnya adalah Sekolah Alam. Suatu sekolah yang benar-benar menggali potensi terbaik setiap siswanya tanpa ada tekanan yang memberi beban bagi siswanya. Semoga kedepan, Sekolah Alam dapat menjadi 'rujukan utama' bagi para orangtua  untuk putra-putrinya demi 'merdekanya' masa depan mereka.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun