Pada suatu kali saya berbincang-bincang dengan salah satu orangtua wali di sekolah kami, putrinya sudah menginjak kelas 6 dan tahun depan akan lulus. Pada kesempatan itu saya bertanya kepada beliau, jika setelah lulus dari Sekolah Dasar Alam, kira-kira putrinya akan melanjutkan studinya kemana. Jawaban beliau tegas dan mantap, bahwa tetap menyekolahkan putri di SMP yang berbasis Alam.
Di daerah Solo-Raya, sekolah alam belumlah begitu banyak, hal yang serupa juga di daerah-daerah lain. Jika pun yang banyak pilihan, itu untuk level SD, sementara untuk level SMP, terhitung cukup sedikit pilihannya. Jadi, keputusan orangtua wali tersebut, boleh dibilang cukup idealis dan memang cukup jarang orangtua berkarakter seperti itu.
Bagi sebagian besar orangtua, masih banyak yang belum mengetahui tentang Sekolah berbasis Alam. Kalaupun ada yang mengetahuinya, itu pun kebanyakan masih salah kaprah tentang konsep Sekolah Alam. Banyak hal yang harus dijelaskan tentang Sekolah Alam, mulai dari Kurikulumnya, Prinsip-prinsip dasar, Karakteristik, Kegiatan-kegiatan dan masih banyak lainnya. Dalam artikel ini, sebagai pembuka saya akan menjelaskan Sekolah Alam dari karakteristiknya, agar paling tidak para pembaca mengerti dan memahami perbedaan mendasar Sekolah Alam dengan Sekolah Lainnya
Adalah Almarhum Lendo Novo sang penggagas Sekolah Alam di Indonesia. Beliaulah yang pertama kali mendirikan Sekolah berkonsep Alam pada tahun 1998 di Ciganjur. Dimana ketika beliau mendirikan Sekolah Alam pertama kali, mempunyai pemikiran bahwa pendidikan bukan merupakan sebuah penjenjangan, melainkan sebuah pemecahan masalah bagi kehidupan.
Ketika beliau berhasil dengan jerih payahnya, maka mulailah banyak berdiri sekolah-sekolah berbasis alam di berbagai tempat. Lalu apa sebenarnya formula dari sekolah alam ini, sehingga sudah mulai banyak diminati para orangtua untuk menyekolahkan anaknya disana.
Pada artikel ini kita akan membahas beberapa karakteristik yang menjadi ciri khas sekolah alam. Poin-poin karakteristik ini, saya ambil dari buku bertajuk Belajar Any Where oleh Ricky Arnold Ngigili yang saya kembangkan berdasarkan observasi di sekolah kami.
Belajar Di Luar Kelas
Pada prakteknya, tidak bisa dibayangkan sepenuhnya para peserta didik selalu belajar  di alam terbuka hanya menggelar tikar di rerumputan. Sekolah Alam tetap mempunyai ruang kelas, baik ada yang permanen maupun semi permanen. Di ruang kelas ini, sama halnya dengan sekolah lain, kami menaruh arsip, buku-buku, perlengkapan pembelajaran dan barang-barang lainnya.
Bentuk ruang kelas tiap Sekolah Alam bisa berbeda-beda, ada sekolah yang hampir keseluruhannya berbahan material alam, seperti bambu atau kayu, ada pula yang mix antara material alam dan konstruksi beton. Sekolah kami sendiri, dindingnya menggunakan material sisa-sisa limbah kayu, sementara pondasinya tetap memakai konstruksi permanen.
Sistem pembelajarannya pun setiap Sekolah Alam juga bisa berbeda-beda, tergantung kebijakan kepala sekolahnya. Ada yang dominan di luar ruang kelas, adapula yang dijadwalkan terkadang di luar kelas. Tetapi intinya, Sekolah Alam sudah pasti mempraktekkan pembelajaran di luar kelas.
Perangkat sarana prasarana untuk menunjang pembelajaran di luar ruang kelas pada Sekolah Alam sudah sangat dipikirkan para gurunya. Seperti tikar, kotak P3K, papan tulis portable, meja lipat, carrier bag dan lain-lain.