Maka sang kakek pun menjawab," ... ketahuilah pantanganku ini, bahwa aku tidak akan menyerang seseorang yang telah membuang senjata, juga yang terjatuh dari keretanya. Aku juga tidak akan menyerang mereka yang senjatanya terlepas dari tangan, tidak akan menyerang orang yang bendera lambang kebesarannya hancur, orang yang melarikan diri, orang dalam keadaan ketakutan, orang yang takluk dan mengatakan bahwa ia menyerah, dan aku pun tidak akan menyerang seorang wanita, juga seseorang yang namanya seperti wanita, orang yang lemah dan tak mampu menjaga diri, orang yang hanya memiliki seorang anak lelaki, atau pun orang yang sedang mabuk. Dengan itu semua aku enggan bertarung..."
Dan akhir cerita menjadi mudah. Bhisma gugur ketika Pandawa menyiasatinya dengan memasang Srikandi, seorang wadam, sebagai kusir Arjuna. Bhisma yang tak mungkin menyerang Srikandi dan Arjuna, hanya bisa menerima hujaman ratusan panah dari Arjuna. Menerima dengan pasrah, hingga tubuh tuanya roboh.
Sebelum ambruk ke tanah, dimintanya Arjuna untuk menambah jumlah panah yang menembus tubuhnya hingga ia bisa berbaring di atas ranjang panah itu, sambil menunggu perang usai, sambil berdoa, bahwa dharma yang akan menang dalam perang saudara itu.
Ah Kakek....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H