Mohon tunggu...
Sathya Vahini
Sathya Vahini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Udayana

Mahasiswi Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana, Bali. Mempunyai beberapa cerpen dan novel di antaranya Ster-Vin, Love Before Meet, Ridiculous Triangle, Mawar Putih, Senja Bersama Malaikat, Moon's Gift and Violence of the World, dll. Penulis introvert yang suka makanan gurih + juicy + pedas, cokelat + dessert cream, ice matcha, ketenangan, musik, membaca, dan menulis tentunya. Bercita-cita menjadi nakes, penulis + sutradara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Drama Dunia Gender

3 Februari 2024   17:30 Diperbarui: 8 Februari 2024   06:28 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum mengatakan itu, apakah sudah memahami apa itu kodrat? Bekerja dan mencari uang itu bukan kodrat laki-laki. Karena  perempuan juga bisa melakukannya. Kodrat itu contohnya hamil dan melahirkan, itu kodrat perempuan karena laki-laki tidak memiliki rahim. Laki-laki yang transgender pun tidak akan bisa hamil. Begitu juga memiliki sperma. Itu kodrat laki-laki karena tubuh perempuan tidak memproduksi  sperma. Itu baru namanya kodrat.

Jadi untuk mencari uang jelas bisa dilakukan laki-laki ataupun perempuan dong. Kan sama-sama punya otak, tenaga, dan hak yang sama untuk bekerja dan mencari uang.

2. Main fisik
Kekerasan pada fisik memang tidak dibenarkan baik dalam keadaan murka sekalipun. Bahkan sudah ada Undang-Undang yang mengatur tindak kekerasan fisik. Namun lucunya, di lingkungan sekitar saya, di kerabat terdekat, bahkan juga sering saya lihat di media sosial, perempuan yang melakukan kekerasan fisik pada laki-laki sering dianggap bukan hal apa-apa. Lain halnya jika laki-laki yang melakukannya, seantero jagat raya akan mengutuk dan memberi gelar pengecut.

Lalu komentarnya, “Ya iyalah. Tenaga perempuan dan laki-laki kan berbeda. Kalau laki-laki yang memukul bisa babak belur. Kalau pukulan perempuan memang seberapa sih?”

Menurut saya sih, ya namanya juga pukulan. Apalagi jika dilakukan sekuat tenaga, mustahil tidak menimbulkan rasa sakit. Belum lagi rasa kesal dan malu yang dirasakan laki-laki jika hal itu terjadi di depan umum. Apalagi jika memang perempuan yang bersalah namun drama berpura-pura lebih marah sampai memukul. Bagaimana kalau si perempuan ternyata jago karate? Apa tidak babak belur tuh si laki-laki? Ditambah lagi masyarakat yang membela si perempuan karena anggapan perasaan perempuan lebih lembut sehingga gampang sakit hati.

Untuk hal ini, dunia memang tidak adil. Karena itu laki-laki memang hanya bisa bersabar dan mengalah saja sih. Karena kalau memukul balik, jelas akan lebih salah dan diteriaki pengecut.

3. Kriteria idaman
Saat beropini memaparkan kriteria pasangan ideal sebagai calon pasangannya, perempuan sangat bebas beropini tanpa perlu dihujat masyarakat dan netizen. Ingin pengusaha suskes, pengusaha batu bara, pekerja keras, bertanggung jawab, tidak kasar, berbonus tampan, gaji minimal 8 juta, dan harapan bagus lainnya. Sedikit saya temukan yang menghujat perempuan untuk kriteria mereka itu. Bahkan mereka cenderung dinilai ‘realistis’.

Berbeda lagi dengan laki-laki. Baru saja memaparkan satu kriteria, contohnya ‘pintar memasak’. Seketika para perempuan naik darah dan terlontarlah kalimat, “Cari istri apa pembantu?”

Belum lagi kriteria, “Pintar mengurus anak dan penyayang. Terbitlah kalimat, “Kan nanti ada baby sitter. Makanya banyak duit biar bisa sewa baby sitter.

Saya sendiri suka heran, perempuan bebas mengutarakan opini pasangan ideal yang serba bisa tapi perempuan sendiri tidak masalah kalau tidak bisa apa-apa.

Menurut saya, kalau perempuan ingin pasangan pengusaha kaya raya, ya minimal perempuan tersebut juga kaya dan mengerti bisnis. Kalau ingin yang bermobil, minimal punya mobil juga. Kalau ingin pasangan tampan bak Justin Bieber, ya setidaknya secantik Hailey Bieber. Kalau ingin pasangan konglomerat seperti Harvey Moeis, pastikan sudah seperti Sandra Dewi. Dan kalau ingin pasangan seperti Raffi Ahmad, lihatlah Nagita Slavina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun