Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Derita Kota Tambang Batubara, Sangata

30 Desember 2013   13:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:21 11241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1388380622580846161

Operation Flow Chart,  PT. Kaltim Prima Coal (KPC) Sumber : http://www.kpc.co.id/mining.html

Namun disisi lain, ada bagian tambang yang di gali sampai kedalaman puluhan meter dengan diameter ratusan meter, akan tetap menganga. Bagaimanapun, ribuan ton batubara ditambang tentu akan berakibat ada bagian sisi lain yang tidak mungkin direklamasi dan akhirnya akan menjadi danau.

Pembongkaran/pengupasan bukit dan batubara, tidak melulu menggunakan alat berat. Adakalanya dengan dinamit (blasting) dan gara-gara blasting, saya pernah jadi bahan tertawaan teman kantor ketika awal kerja. Ceritanya, saya lagi di ruang kantor sendirian, mendengar suara ledakan diikuti getaran dan goncangan, spontan ke luar. Saat keluar berpapasan teman kantor, lantas saya bilang ada gempa. Lhah mereka malah tertawa? Lantas mereka cerita, sedang ada blasting! Akhirnya ada kesempatan, saya ngintip detik-detik peledakkan, tentu dengan cara ngumpet-ngumpet. Ledakkanya luar biasa, diikuti bola api, asap membumbung tinggi, batu, tanah berhamburan, bumi bergoyang dan bergetar cukup keras, menurut teman mekanik, suara, goyangan dan getaran tergantung kedalaman saat memasang peledak, semakin dalam semakin kuat getaran dan goyangannya.

Komplek penambangan PT. KPC, luar biasa fasilitasnya, lengkap, mewah, dan modern. Perkantoran, perumahan, fasilitas olahraga, klinik kesehatan taraf internatioan (AEA Singapura), pendidikan, tempat ibadah ada di sana. Di bagian lain komplek pertambangan terdapat sebuah lokasi yang mirip  sebuah kota kecil (Town Hall), dengan fasilitas olahraganya sangat lengkap, meliputi lapangan tenis, badminton, bola voli, lapangan bola, kolam renang, lapangan golf, ada Bandara Tanjung Bara, pelabuhan bebas bea khusus KPC dan memuat batubara. Namun semua itu, diprioritaskan aktifitas KPC dan kontraktornya yang besar.

Fasilitas yang begitu lengkap dan modern sangat kontras dibanding dengan kondisi Sangata. Menyedihkan memang. Sarana prasarana di Sangata Sangat minim, kumuh Jaringan infrastruktur amburadul. Ketimpangan antara komplek pertambangan dan kota bernama Sangata  yang sulit dipercaya.

Tinggal di rumah kontrakkan di lingkungan perumahan karyawan KPC, Bukit Tanjung Bara membuat interaksi dengan karyawan KPC semakin intens. Menurut mereka, perusahaan tambang asing sudah memberikan dana sosial/CSR, perawatan jalan, hibah/bantuan sarana prasarana kantor-kantor pemerintahan dilingkungan tambang seperti Kecamatan, Kelurahan, Puskesmas, Polsek, Koramil dan lain-lain.

Ironisnya pejabat setempat dengan bangga menceritakan bahwa semua sarana dan prasarana di Sangata memproleh dana hibah/bantuan dari KPC. Peralatan kantor seperti komputer, printer, mesin ketik, kendaraan operasional roda empat dan lain-lain berasal dari 'hibah'  KPC. Lalu untuk apa dan kemana dana pemerintah yang sudah dikucurkan ke Sangata?

Tentang perawatan jalan, seperti perawatan jalan utama (Jl. Yos Sudarso) bisa dilihat langsung, bila musim kemarau truk tangki air dengan rajin menyiram jalan, setiap hari supaya tidak berdebu. Musim hujan, sering terlihat dam truk hilir mudik menumpahkan batu split merah menutup lobang-lobang jalan dan bila banjir lagi-lagi pihak KPC yang turun tangan membantu meringankan penderitaanya. Kata penduduk, bila KPC tidak turun tangan mengatasi itu semua, infrastruktur jalan sudah hancur lebur. Muncul   pertanyaan di benak "Kemana anggaran pemerintah yang sudah dialokasikan untuk memperbaiki infrastruktur di Sangata?"

Demo? Selama saya bekerja hampir setiap dua bulan sekali saya lihat dan dengar KPC di demo oleh masyarakat sekitarnya dengan berbagai tuntutan, seperti menuntut supaya lebih memprioritaskan pekerja penduduk Sangata, klaim dan ganti rugi eh... untung tanah ulayat/adat. Sedang dari karyawan KPC atau kontraktor pada umumnya tentang kenaikkan gaji, kenaikkan tunjungan hidup dan tuntutan menjadi karyawan tetap bagi karyawan kontrak. Termasuk perusahaan ku, karyawannya menuntut kenaikkan gaji dan menolak kontrak kerja.

Penderitaan ketika tinggal di luar komplek KPC boleh dikatakan sepanjang musim, bila musim kemarau, panas menyengat, berdebu, terkadang berasap pekat dampak dari hutan terbakar. Bila jelang sore dan malam hari nyamuknya...bro. air untuk mandi berasa payau, minum air kemasan. Masuk musim hujan bila bersamaan dengan laut sedang pasang, jadi danau tiban antri menunggu laut surut.

Sedang perkampungannya, pada umumnya rumah tinggal biasa dan rumah bedeng panggung terbuat dari papan kayu beratap seng dan berlantai papan. Posisinya di bawah jalan raya, jadi bila musim hujan lingkunganya tergenang air. Penduduknya didominasi pendatang dari Sulawesi, Jawa, Menado, Nusatenggara, Sumatera. Mayoritas bekerja pada kontraktor-kontraktor KPC. Tentu mereka lebih fokus bekerja, jadi kurang peduli pada lingkungannya. Disini lah peran pemerintahlah dengan anggaran dan dana CSR seharusnya mengatasinya, namun entah menguap kemana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun