Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja Mengubur Impian Masa Silam

31 Desember 2012   14:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:43 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di iring gerimis Senja melangkah terbungkuk-bungkuk masuk bilik kardus menempel samping dinding ruko, berdaun pintu plastik rombeng. Saat masuk, menginjak tikar kusam tergelar, di sudut bilik Senja menaruh gembolan. Lantas duduk menyender dinding samping ruko, kaki tak beralas, selonjor. Pekat malam menjerat wajahnya, celoteh pembawa berita diseling Iklan-iklan, di jalan raung raja jalanan berseliweran, Ia hiraukan.

Dalam bilik kardus jemari senjanya mengorek nasi bungkus. Segelas plastik kusam menadah tetes air hujan lantas diminum, di temani gemricik air di selokan bak Cello yang mengalun, pun demikian tetes-tetes menimpa kaleng rombeng bak suara percusi, dan kilasan pedar lampu kendaraan setia menemani kesendirian malamnya. Jemari senjanya menjempit seputung rokok tak berasap, Ia hisap. Mata menatap menatap plastik penutup pintu, melihat bayang-bayang tetes air meliuk-liuk saling bekejaran terpantul pedar lampu-lampu jalan dan sorot lalu lalang kendaraan, terus dan terus. Setelah bosan, Senja menarik gembolanya lalu dilepas tali pengikatnya, tangan senjannya meraba-raba isinya. Merasa ada sesuatu ke anehan di dalamnya, lantas di buka lebar dan wajah senjanya menengok ke dalam seketika tersentak kaget melihat pusaran lubang hitam lantas menghisapnya kuat masuk dalam gembolan, lalu  hilang.

................

"Senja bangun!" Senja menggeliat ketika kakinya digoyang-goyang Fajar.

"Sialan! Kau Fajar," Senja bangun sambil menggerutu.

Melihat Senja sudah bangun, Fajar lantas melangkah membuka jendela.

"Senja, kau tidak bisa bunuh fajarmu dengan melelapkan diri, lihat sesaat lagi matahari akan merekah" Fajar menjawab, matanya menerawang jauh ke ufuk timur kabut mulai tersingkap, sang fajar siap merekah di iringi kokok ayam saling bersahutan, di jalan satu-dua deru knalpot hilir mudik.

"Ah...itu rutinitas, sudah hukum alam," Senja menjawab pendek sambil menatap tajam Fajar.

Senja lantas berdiri, kakinya mencari sandal, melangkah mendekati meja meraih gelas berisi setengah cangkir kopi sisa senjanya, duduk terpekur.

"Senja, lihat kabut selimut fajar mulai tersingkap. Matahari sesaat akan merekah dan siangmu pasti akan tiba. Sosonglah siangmu dengan doa difajarmu!" Kata Fajar sambil menatap keluar. Sesaat kemudian tangannya mengambil rokok di atas meja, samping bawah jendela.

"Aku tahu, setiap fajar kau selalu menyeru namaNya, dan aku selalu memasukkan dalam gembolan" Jawab Senja sambil mengambil gembolan dipunggungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun