Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setangkup Adonan Roti

2 Juli 2012   08:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:20 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maaf" Jelas kutangkap, suara khas Ia galau.

"Lupakan"

"Kau masih marah?" Jawabnya, desah napasnya menggetarkan bulu kudukku.

"Lalu?"

"Selalu 'lalu'? Rasa dan perasaanku serasa kau sesaat baru pergi?"

"Ya.. lalu siapkah kau menyatukan 'rasa' dan perasaan? Bukan hanya sekedar  penghayatan?"

"Kau sendiri yang mengajariku tentang penghayatan 'rasa' dan 'perasaan' dalam olah ini. Ketika itu aku praktekan, kutangkap kau tidak suka?"

"Lalu...?"

"Lalu? Kenapa kau tinggalkan disaat itu! kau terlalu!!" Ia teriak, lalu hening. Sesaat, kurasakan desah napas menghembus telingaku. Aku terkesiap, tak sempat menjawab. Kutangkap, gemrisik kain beradu. Siluet kabus tipis menampakan sosok Ia di hadapanku. Aku rengkuh erat, tiada kata bisa aku ucap. Ku pejamkan mata, meresapi, menggeliat, melayangkan sukma melesat ke taman Surgawi, Jiwa-jiwa menari-nari telanjang, nyanyian kidung Asmaradhana mengalun mengisi jagat alam semesta, damai-damai-damai. Helaan napas dan degup jantung, menyadarkan ia dan aku masih berpijak bumi. Bagi dia perjalanan waktu bagai detik.

"Aku sudah menyadari, ternyata rasa dan perasaan ini harus kita satukan" Ia berbisik. Hembuskan napas, menggelitik telinga, aku beringsut kesamping menghadapnya. Kurengkuh dan kusatukan jari-jari tanganku, kabut tipis membawa kebersamaan, meleburkan ia dan aku. Lalu..........

"Kita...?" Aku berbisik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun