Mohon tunggu...
Sastyo Aji Darmawan
Sastyo Aji Darmawan Mohon Tunggu... Lainnya - ASN; Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Penyuluh Antikorupsi; Negarawaran

Menulis supaya gak lupa

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Belajar Dari Sirup Marjan dan Getuk Lindri

20 Januari 2025   08:23 Diperbarui: 20 Januari 2025   08:23 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tak jauh dari situ, sang penjual getuk yang lihai berjoget itu masih berada pada "mode getar" nya. Saya yang kebetulan lagi suntuk pun, seketika menjadi terhibur. Dia pun tersenyum kepada saya dan segera berlalu. Masyaa Allah, Tuhan selalu punya cara untuk menghibur hamba-Nya. Namun ini tidak hanya soal hiburan, ini pesan yang sangat mendalam.

Pesan pertama yang saya dapatkan dari seorang penjual getuk lindri tersebut adalah apapun profesi kita, cintai. Kalau kita sudah memilih menjadi penjual getuk lindri, maka kita harus menyukai musik campursari. Karena penjual getuk lindri keliling selalu menjajakan dagangannya dengan iringan musik campursari. Itu sudah kodrat tukang getuk lindri. Dan oleh karena itu pun, saya yang sudah memilih menjadi Pengelola Pengadaan harus mencintai semua hal yang hadir di dalam pengadaan, termasuk tantangannya.

Yang kedua, syukuri dan berikan apa yang lebih dari sekedar jasa yang kita jual kepada konsumen kita. Bisa saja secara fisik, kita cuma berprofesi sebagai penjual getuk tapi praktiknya kita bisa memberikan hiburan gratis bagi para pembeli getuk. Beberapa mungkin hanya butuh hiburan, tidak butuh getuknya. Tapi bisa jadi yang tidak ingin beli getuk malah jadi tertarik beli getuk gegara hiburan yang sudah kita pertontonkan.

Dari Iklan Sirup Marjan dan Penjual Getuk Lindri keliling saya pun mendapatkan pesan, bisa jadi label Sirup Marjan dan Penjual Getuk Lindri keliling itu hanyalah sebuah kedok, padahal profesi mereka sebenarnya adalah pemberi hiburan dan inspirasi bagi kita semua. 

Begitu hal nya kita, bisa jadi kita hanya bekerja di tempat yang membosankan, tapi pada praktiknya Tuhan menghendaki kita menjadi pembawa pesan berharga bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Kita hanya perlu mempertontonkan perilaku yang bermakna dan terpuji sehingga dapat memberi pesan/nasihat yang bijaksana kepada semua stakeholder.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun