Mohon tunggu...
Sastyo Aji Darmawan
Sastyo Aji Darmawan Mohon Tunggu... Lainnya - ASN; Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Penyuluh Antikorupsi; Negarawaran

Menulis supaya gak lupa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjuangan Peneliti: Mengumpulkan dan Mengolah Data

13 Desember 2024   04:19 Diperbarui: 13 Desember 2024   04:52 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Saya tak pernah mengira bakal mengenyam pendidikan S2 di Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik (MPKP) di Fakultas Eknomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI). 

Berawal dari ajakan teman sekantor, saya rela mendaftar perkuliahan yang saya tidak kenali ilmunya. Menurutnya, program magister ini bagus dan linier dengan tugas saya di kantor, ia pun hendak mendaftar. Ketika saya sudah siap bertarung dengan calon mahasiswa UI lainnya, ia batal mendaftar.

Kesal dan merasa sendirian, tapi hidup harus terus berjalan. Alhamdulillah, saya lulus seleksi awal. Padahal soal-soal seleksinya terasa amat sulit bagi saya. Saya tidak yakin skor hasil seleksi itu memenuhi ambang batas yang diperkenankan. Yang saya yakini, saya harus menyelesaikan apa yang telah saya mulai. 

Singkat cerita, saya lalui susah payah menjadi mahasiswa S2 di UI. Reputasi kampus ternama di Indonesia ini cukup membuat saya tertekan. Seolah reputasi saya turut dipertaruhkan. Saya harus mempertanggungjawabkan gelar 'lulus seleksi masuk UI' dengan menjadi alumni.

Rupanya, program perkuliahan dirancang oleh Ketua program studi agar mendorong mahasiswanya terbiasa melakukan penelitian sejak semester awal. Akibatnya-saya yang tak piawai meneliti-mendadak jadi peneliti. 

Dengan perjuangan keras, judul tesis sudah saya rangkai sejak semester kedua. Masih lekat dalam ingatan, betapa gembiranya saya mendapatkan judul tesis. Seolah tidak peduli tantangan yang lebih berat sudah menanti.

Sesuai dengan konsentrasi yang saya pilih-Ekonomi Persaingan Usaha-tesis yang saya tulis mengangkat topik persekongkolan tender. Makalah Patrick Bajari dari University of Washington menjadi rujukan utama penelitian saya. Dalam makalahnya, ia menganalisa perilaku kolusif pada tender perbaikan jalan di Amerika Serikat. 

Dengan menggunakan data-data dari otoritas yang berwenang, ia menjelaskan cara mendeteksi perilaku persekongkolan tender secara gamblang. Saya cukup memahami apa yang Bajari ajarkan. Sayangnya, data-data yang digunakan Bajari, tidak mudah didapatkan di lokasi penelitian yang saya incar. 

Saya memilih Tender Perbaikan Jalan di Provinsi DKI Jakarta periode tahun 2014 s.d. 2017 yang dilaksanakan secara elektronik melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Provinsi DKI Jakarta sebagai objek penelitian. Butuh effort untuk mengolah data tersebut sebelum diolah dalam aplikasi statistik. Pekerjaan itu akan jauh lebih mudah jika pemilik data berkenan memberikan datanya.

Menjelang batas waktu penelitian yang telah saya tetapkan, instansi yang bersangkutan tak pernah membalas surat permohonan data yang saya layangkan. Kunjungan saya ke instansi tersebut disambut dengan pengabaian. 

Label Universitas ternama, tak membuat mereka segan untuk tidak merespon permintaan data untuk penelitian. Mungkin mereka khawatir akan membuka aib. Tapi itu dugaan saya saja. Menolak untuk menyerah, saya pun menempuh jalur yang melelahkan.

Akhirnya, data-data tender perbaikan jalan saya copy-paste satu persatu dari pengumuman tender yang ditayangkan pada laman LPSE Provinsi DKI Jakarta ke dalam sebuah file Microsoft Excel. Data tersebut masih sangat mentah. Saya masih harus mengolah data tersebut sebelum diolah kembali dalam aplikasi statistik.

Jika dalam satu tahun ada seratus tender perbaikan jalan, dan di setiap satu tender terdapat sepuluh peserta tender, lalu dalam satu penawaran peserta tender ada empat variabel yang harus kami telusuri,  maka data yang harus saya olah sekitar enam belas ribu data. Saya nyaris tak punya harapan untuk lulus setelah mengukur waktu dan tenaga yang sangat terbatas. 

Layar sudah berkembang, pantang berbalik ke daratan. Dengan bantuan seorang teman, berhari-hari kami habiskan tanpa istirahat yang cukup untuk mengolah data tersebut.

Singkat cerita, pengolahan data selesai tepat waktu. Sebagaimana Bajari berhasil mendeteksi indikasi persekongkolan tender di Amerika Serikat dengan penelitiannya, saya pun demikian. 

Sesuai dugaan, hasil penelitian ini cukup mampu untuk membuat para Pelaku Pengadaan di pemerintah provinsi DKI Jakarta kala itu gusar. Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak cukup mumpuni untuk dinyatakan memenuhi syarat kelulusan.

Pasalnya, saya harus merekomendasikan kebijakan untuk mengatasi permasalahan persekongkolan tender ini. Demi kelulusan, dosen pembimbing saya menyarankan agar memperkuat presentasi pada tahap pencarian dan pengolahan data. Karena hanya itu nilai tambah yang bisa saya tonjolkan. Rekomendasi yang saya rumuskan-mungkin-hanya berkutat di tataran teknis operasional dan belum tepat untuk dikatakan sebuah kebijakan, namun effort yang saya keluarkan untuk penelitian ini sangat besar.

Nyatanya, respon penguji justru di luar dugaan. Keraguan yang muncul dibalas dengan apresiasi. Saran dari dosen pembimbing benar-benar sangat membantu. Alhamdulillah, tesis saya mendapatkan nilai yang cukup baik, meskipun saya masih tidak terlalu yakin dengan rekomendasi yang disusun.

Mungkin capaian studi saya masih jauh dari maksimal. Sampai hari ini saya belum bisa menjadi Perancang Kebijakan Publik yang handal. Tapi-setidaknya-waktu yang saya habiskan selama berkuliah memberikan pengalaman tak tergantikan tentang bagaimana menulis dan menjadi peneliti. Pengalaman itu yang mengantarkan saya menjadi penulis di kompasiana sampai hari ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun