Bagi kita yang meyakini akan ada kehidupan setelah kematian, merencanakan hidup setelah kematian dengan baik adalah sebuah keniscayaan.
Banyak orang yang berjuang untuk bisa hidup dengan enak, tapi lupa berlelah-lelah untuk bisa mati enak. Padahal, kehidupan setelah kematian adalah kehidupan yang sesungguhnya. Tidak ada gunanya hidup dengan menyandang berbagai kenikmatan dunia, tetapi kenikmatan itu tidak bisa kita rasakan lagi setelah mati.
Untuk memastikan berbagai varians kenikmatan itu tidak akan lari dari diri kita, maka penting untuk melakukan tazkiyatun nafs atau penyucian jiwa.
Penyucian jiwa adalah upaya untuk membersihkan diri dari berbagai kesalahan yang dilakukan oleh pikiran, lisan dan perbuatan. Penyucian jiwa pasti dilakukan oleh semua manusia. Sebab, pada dasarnya manusia tidak mampu terlepas dari kekeliruan.Â
Sebelum melakukan penyucian jiwa, ada baiknya kita mengenal beberapa tingkatan jiwa manusia. Supaya, kita bisa mengetahui pada tingkatan mana jiwa kita berada saat ini dan selanjutnya menentukan strategi yang tepat untuk memulai ritual penyucian jiwa.
Nafs Zakiyah
Nafs Zakiyah adalah tingkatan jiwa manusia yang paling awal. Pada tingkatan ini, manusia belum dibebankan tanggung jawab apapun atas dirinya sendiri dan orang lain. Manusia yang berada pada tingkatan ini adalah mereka yang masih berada dalam usia kanak-kanak atau yang belum dapat membedakan perbuatan benar dan salah. Oleh karena itu, mereka pun belum dibebankan kewajiban untuk melakukan penyucian jiwa. Pola asuh orang tua dan lingkungan sekitarnya-lah yang akan menentukan tingkatan jiwa dan beban kewajiban ketika dewasa.
Nafs Muthmainnah
Nafs Muthmainnah adalah tingkatan jiwa yang terbaik. Ciri manusia yang sudah berada pada tingkatan ini adalah mereka yang mampu bersikap tenang dan bijak dalam berbagai situasi. Manusia yang berada pada tingkatan ini mampu mengendalikan diri. Apabila melakukan kekeliruan, mereka bersegera memohon ampun kepada Allah. Mereka tidak membiarkan jiwanya kotor dan konsisten dalam melakukan kebaikan.
Nafs LawwamahÂ
Nafs Lawwamah adalah tingkatan jiwa manusia yang cukup rapuh. Manusia yang jiwanya berada pada tingkatan ini belum cukup konsisten melakukan kebaikan, sangat mudah dipengaruhi, dan labil. Meskipun terkadang menjalankan kewajiban agamanya, mereka sering merasa sulit untuk tenang dalam hidupnya dan mudah gelisah ketika menghadapi masalah. Hal itu terjadi karena mereka masih mencampur adukan antara yang haq dan yang bathil.
Nafs Ammarah
Nafs Ammarah adalah tingkatan jiwa manusia yang terburuk. Manusia yang tergolong pada kelompok ini adalah mereka yang selalu berbuat jahat. Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk menyucikan jiwa. Mereka tidak mau tunduk terhadap aturan manapun. Mereka ingin hidup dengan bebas tanpa aturan. Bagi mereka hidup cuma satu kali tidak ada kehidupan setelah kematian dan mereka termasuk orang-orang yang tidak beriman.
Kita patut bersyukur masih diberi kesempatan untuk beriman. Hanya dengan beriman kita dapat menyucikan jiwa bahkan ketika tanpa meminta kepada Tuhan. Kita harus mencapai tingkatan jiwa nafs muthmainnah. Upaya untuk mencapai tingkatan jiwa tersebut pada akhirnya akan menempatkan jiwa kita selalu dalam bimbingan Tuhan. Jiwa yang terbimbing itu akan selalu mencari jalan pengampunan dari Sang Pemilik Jiwa, meskipun kesalahan yang diperbuatnya sebesar dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H