Mohon tunggu...
Sastyo Aji Darmawan
Sastyo Aji Darmawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Penyuluh Antikorupsi

Menulis supaya gak lupa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seni Bergaul dengan Koruptor

23 September 2024   09:07 Diperbarui: 23 September 2024   09:07 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Golongan kedua adalah golongan paling ideal untuk kita berada. Selain karena landasan keyakinan kita terhadap rezeki sudah benar, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran adalah alasan paling sakral yang harus diimplementasikan. Sebagai umat yang meyakini adanya balasan atas amal baik, tentu kita tidak mau menjadi entitas yang merugi akibat tidak menjalankan kewajiban itu. 

Jika kita sudah paripurna berada dalam golongan kedua, bukan tidak mungkin Tuhan memberikan kesempatan untuk masuk ke dalam golongan yang ketiga. Sebab, dengan konsisten memberi peringatan dan contoh yang baik, sedikit demi sedikit akan muncul orang-orang yang terinspirasi dan orang-orang tersebut yang nantinya akan menempatkan kita sebagai pemimpin atau sosok yang sangat berpengaruh di dalam hidup mereka.

Menjadi pihak yang 'melawan dengan lisan' bukan berarti memusuhi semua orang yang masih tersesat. Tugas kita hanya terus-menerus menyampaikan nasihat. Petunjuk dan penyadaran tetap menjadi hak prerogratif Tuhan. 

Meskipun yang kita sampaikan hari ini adalah sebuah kebenaran, tidak pantas bagi siapapun untuk merasa dirinya paling benar. Ini hanya masalah keyakinan. Semua orang punya standar kebenarannya masing-masing. Bisa jadi kita hanya berada di tingkat keyakinan tentang kebenaran yang berbeda dengan mereka, namun kita masih berada pada tujuan yang sama dan butuh waktu untuk mereka untuk menyusul langkah kita dan pada akhirnya bisa berjalan berdampingan dengan kita.

Menjadi pihak yang 'melawan dengan lisan' juga bukan sekedar bicara saja namun tidak 'mengadu' ketika bukti-bukti kejahatan sudah ada di depan mata. Atas nama keadilan, memberi informasi kepada pihak yang berwenang untuk menindak para koruptor juga bagian dari mencegah terjadinya kerusakan yang lebih mematikan.

Bergaul dengan siapapun ada seninya. Terlebih koruptor itu bisa siapa saja. Bisa orang terdekat, keluarga, orang yang paling kita cintai atau orang yang paling kita hormati. Dengan siapapun kita berhadapan, kesantunan mutlak diperlukan.

Kesantunan adalah cara bicara yang lemah lembut namun penuh ketegasan. Kesantunan adalah wujud pemahaman terhadap kewajiban kita sebagai sesama mahluk yang berjuang untuk mendapatkan balasan terbaik dari Tuhan. Kesantunan adalah seni 'mengadili' koruptor dengan indah. Maka, pergaulilah siapapun dengan indah. Mereka punya hak untuk menerima nasihat-nasihat dari kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun