Mohon tunggu...
Sastro Admodjo
Sastro Admodjo Mohon Tunggu... Musisi - babaasad.com

Seorang pengembara edan. Mencari keindahan alam semesta Tuhan. Menorehkan tulisan untuk saling berbagi pengalaman. Menikmati kopi hitam, menjadi tuntutan dengan kawan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Israel dan Dilema Ideologi Bangsa

30 Desember 2017   16:32 Diperbarui: 30 Desember 2017   16:37 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam peta politik yang ada, dalam tatanan birokrasi pemerintahan negara ini berada di bawah kendali kelompok Zionis. Sehingga setiap gagasan-gagasan yang menjadi aspirasi rakyat Israel, khususnya dari kaum minoritas, tidak lagi direspons secara demokratis. Bagi mereka yang menginginkan untuk memisahkan antara masalah-masalah agama dengan negara menjadi kelompok yang termarginalkan. Bahkan socioculture  yang berkembang tak lain sebagai bentuk pengamalan kitab suci umat Yahudi. Tidak jarang kritik sosial yang dilontarkan oleh masyarakat kepada pihak-pihak Yahudi liberal, teguran-teguran bagi sesiapa pun yang dinilai menyimpang dari ajaran Yahudi tidak segan-segan dilakukannya. Wanita-wanita dengan pakaian mini menjadi buah bibir dan cemooh masyarakat Israel.

Bagi Israel, demokrasi sebagai bentuk ideology bangsa tidaklah mungkin tercapai tanpa pertahaman militer yang kuat. Memperkuat aspek pertahanan ini dianggap sebagai bentuk riil untuk melindungi hak-hak dari setiap warga negara. Israel dengan tegas akan menuntut bagi pihak mana pun yang mengusik ketenangan hidup warganya, bahkan akan membuat perhitungan jika menyangkut keselamatan jiwa mereka. Inilah wujud dari sistem Demokrasi-Yahudi, perlindungan penuh pada hak-hak kemanusiaan dalam bentuk riil dan dipasung dalam kebebasan berpikir.

Pada sektor ekonomi, Israel dengan getolnya merespon berlakunya sistem pasar global yang merupakan akses dari Demokrasi-Yahudi, yaitu dengan mewujudkan persamaan derajat di kalangan warganya. Bukan hanya itu, garapan pada bidang agrarian, industri, dan lain-lain terlihat begitu melesat maju. Keterlibatan AS dalam memasok berbagai kebutuhan akan kemajuan Israel tidaklah menjadi suatu hal yang dapat dipungkiri lagi.

 Pada tahun 1975 terjadi kemelut di Israel yang mengakibatkan pendapatan perkapita negara ini hanya 17% dari semestinya. Dari angka prosentase itu membutuhkan kerja keras dan biasanya di negara-negara lain perbaikan hanya mencapai 33,5%, namun Israel dengan cepat mampu mencapai angka 82,1%. Sangatlah mustahil dengan usaha yang begitu cepat Israel mampu menguatkan kembali perkapita negara tanpa bantuan AS. Dapat dikatakan bahwa politik ekonomi Israel merupakan sambung lidah dari politik regional dengan AS.

Selanjutnya buku ini mengupas konflik internal terutama dengan politik praktis yang berlangsung. Bagian ini mencoba membaca dinamika politik Israel dari tangan-tangan politisi Zionis yang berupaya meredam serangan-serangan dari pihak sekuler. Pihak Zionis dengan lakon dua politisi ulung Shaaron dan Barak berhasil mendominasi kekuatan induk negara ini. sehingga apapun dinamika yang sedang terjadi, Israel tetap berada di bawah kendali Zionis dan berkiblat pada ajaran Yahudi sebagai azas ideologi bangsa.

Dengan gaya penulisan ilmiah yang dihadirkan penulis buku ini, informasi-informasi dan data-data penting terkait erat dengan misi Yahudisasi Israel terekam dengan rinci dan rapi. Beberapa argumen yang menjadi hasil analisa akademisi Mesir ini benar-benar menunjukkan validitas dan kemungkinan besar menjadi fakta untuk masa depan Israel sendiri. Ada beberapa kelemahan dalam tata-urutan sistematika buku ini, diantaranya beberapa topik diulang kembali pada bab ke-4 yang menurut hemat Saya sebenarnya layak dicantumkan pada bab ke-1 sebagai penyangga validitas data. Ada ketumpangan data pada bab ke-5, kalaupun dimaksudkan sebagai hasil akhir dari esai-esai yang disuguhkan tapi seorang pembaca mungkin lebih dapat menangkap jika dibahas pada bab ke-1 juga. Buku ini mungkin saja menjadi buku terlaris bagi akademisi-akademisi politik seperti yang ditujukan Dr. 'Azami sendiri apabila sistematika benar-benar mengikuti pola berpikir seorang politisi. Sebagai bentuk esai-esai yang berisikan otokritik dengan tendensi yang cukup valid seharusnya bisa memudahkan para peminat riset ini sebagaimana dunia mereka. Teringat dengan alur esai-esai yang ditulis oleh seorang diplomat Asia Pasifik untuk PBB, Kishore Mahbubani dalam "Can Asian Think?", buku best seller itu benar-benar mencerminkan usaha intelejensi dengan kritik-kritik tajam dan sistematika yang mengalir. []

Sastro A.

Salam SASALI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun