Dengan demikian, budaya nusantara sebagai ruh pendidikan berarti menjadikan nilai-nilai budaya nusantara sebagai senergi bagi pendidikan formal, yang kemudian diharapkan terinternalisasikan di dalam jiwa peserta didik sehingga mampu menjadi generasi yang peduli kepada bangsa sendiri juga mampu untuk menggerakkan roda kepemimpinan ketika masa mereka sampai pada hal itu.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pemerintah dan seluruh kalangan yang bergerak untuk menjalankan roda pendidikan harus memiliki komitmen yang kuat dalam memasukkan kebudayaan nusantara dalam materi pendidikannya, yang mana sifatnya adalah materi aplikasi, artinya peserta didik diarahkan untuk mengimplimentasikan kebudayaan yang mereka miliki dengan suka rela. Jika hal ini berhasil, maka apa yang disebut sebagai pendidikan karakter akan mempengaruhi hasil yang maksimal.
Salah satu gerakan pemerintah yang juga harus di minimalisir adalah gerakan penerapan modernisasi pendidikan menurut pola luar. Dalam hal ini keberadaan sekolah-sekolah yang lebih berkarakter keberatan bisa dijadikan contoh. Kebijakan ini tentu akan membawa pada pengadopsian budaya luar dan kurang menyertakan unsur-unsur budaya asli serta aspirasi lokal dan regional.Â
Implikasi dari kebijakan ini adalah munculnya mental-mental peserta didik yang tidak berkarakter bangsa sendiri tapi justru berjiwa budaya luar. Sistem pendidikan seperti ini sebenarnya sudah dulu disindir oleh Robert S. President World Bank Group (1974) yang menyatakan bahwa negara-negara berkembang dalm sistem pendidikan masih saja terkungkung dengan kebudayaan kolonial yang pernah menjajahnya. (Ibid. Hal 31 dan33)
Dari data diatas, berarti salah satu yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk memperbaiki peserta didiknya adalah dengan memperbaiki pendidikannya serta tidak lupa pada ruh pendidikan berupa kebudayaan asli milik sendiri (budaya nusantara).Â
Dengan demikian, nantinya akan terbentuk suatau generasi cerdas secara intelektual dan memiliki kesalehan sosial secara horizontal yang terbangun melalui penghayatan yang mendalam dan internalisasi dari kebudayaanya.
Internalisasi Kebudayaan nusantara dalam pendidikan
Ada beberapa hal teknis yang mesti dilakukan pemerintah dan seluruh elemen terkait dalam rangka menginternalisasikan kebudayaan nusantara dalam pendidikan guna membentuk kepemimpinan yang ideal. Pertama, masyarakat harus sadar akan nilai-nilai kebudayaan luhur yang mereka miliki dan mau menggali dan mengkaji milik mereka itu sehingga proses internalisasi lebih efektif dan merupakan kesadaran individual.Â
Mekanisme ini tentunya didasarkan dengan daerah masing-masing di seluruh Indonesia. Artinya, setiap kebudayaan daerah yang ada memiliki kewajiban untuk mengkaji kebudayaan lokal mereka.Â
Kedua, dari sisi regulasi, pemerintah harus mensistematisasikan kurikulum, kebudayaan berbasis lokal genius sehingga mampu menjadi payung hukum dan penekanan yang sifatnya instruktif dari pemerintah. Harapannya, dengan regulasi yang ada, proses internalisasi akan semakin tersistematiskan.
Selanjutnya, semua pihak juga memulai internalisasi budaya yang berorientasi pendidikan sedini mungkin. Yakni dengan cara mengenalkan kebudayaan-kebudayaan daerah kepada peserta didik, mengarahkan anak-anak untuk mencintai kebudayaan sendiri. Salah satu untuk menopang ini adalah budaya bercerita tentang cerita rakyat.Â