Polemik yang berkepanjangan antara Israel-Palestina, memunculkan tanda tanya besar bagi setiap pemeluk agama, khususnya bagi pemeluk agama Islam dan Yahudi. Pertanyaanya sekarang? apakah benar dalam ajaran mereka (Islam-Yahudi) untuk saling memusuhi, Yahudi dengan Islam atau sebaliknya. Padahal kalau mencermati ajaran serta ayat Al-qur'an, disana tidak terdapat keterangan untuk memusuhi agama yang berseberangan keyakinan. Bahkan Islam menjunjung tinggi hak-hak setiap orang untuk berkeyakinan (Al-baqarah: 256). Pun sebaliknya dalam ajaran Yahudi, "taurat menjelaskan, bahwa ummat Yahudi tidak diizinkan untuk menumpahkan darah, mengganggu, menghina atau menjajah bangsa lain".Â
Jadi apakah yang menyelimuti polemik konflik yang berkepanjangan ini, hingga memakan ribuan nyawa warga sipil palestina yang tak berdosa, adakah ini sebuah Nash (ketetapan) yang telah di gariskan untuk Israel-Palestina, ataukah ini sebuah asumsi besar melucutnya perang agama atau ada kepentingan politik penguasa, hingga dibalik meletusnya konflik ini semata-mata tujuan politisi saja. Semua pertanyaan tersebut akan coba penulis paparkan dalam diskursus sederhana ini.
Sejarah singkat ummat Yahudi di tanah kanaan (Palestina)
Seperti halnya asumsi yang telah berkembang pada agama samawi (Yahudi, Nasrani dan Islam), bahwasanya tanah kanaan (palestina) khususnya Yerusalem, merupakan tanah suci bagi setiap pemeluk agama samawi, alasan mendasarnya karna disanalah cikal bakal agama mereka dan disana pula nabi-nabi serta utusanNya dilahirkan.
Menurut studi sejarah yang didasarkan atas penggalian arkeologi dan lembaran-lembaran kitab suci, meyakini bahwa Nabi Ibrahim dan luth beserta anak-anak dan pengikut setianya berhijrah ke palestina pada abad 19 SM dan hal ini senada dengan penjelasan Al-qur'an (Al-anbiya:71). Pada mulanya di tanah palestina terdapat satu pradapan manusia penyembah berhala, mereka disebut bangsa kanaan, namun kemudian Allah mengutus rasulnya Ibrahim (Abraham) a.s, guna meyakinkan mereka untuk meninggalkan kekafirannya dan mengakui satu Tuhan yaitu Allah.
Sejarah ini bermula ketika seorang Nabi Allah yang bernama Ibrahim dan umatnya abraniyun (dinisbatkan dari bahasa ibrani), mereka melakukan perjalan tauhidnya menuju mesir melalui tanah kanaan (palestina) kala itu masih dalam kekuasaan Romawi, di tangah perjalanan menuju Mesir selatan terurungkan, sebab beliau  mengkahwatirkan keselamatan ummat abraniyin dari ancaman firaun. Ibrahim memutuskan untuk kembali ke tanah kanaan atas pertolongan raja Romawi, Hexsos.
Nabi Ibrahim yang ketika itu mempersunting Sarah wanita yang cantik jelita hingga membuat raja Hexsos terpesona olehnya, iba hatinya dengan menghadiahkan seorang budak wanita bernama Hajar kepada Sarah. Namun seiring dengan berjalannya waktu ternyata Hajar pun di nikahinya hingga membuat Sarah cemburu, demi kemaslahatan mereka, beliau memisahkannya dan menetapkan Sarah serta putranya Ishaq (Isaac) untuk tetap berdomisili di palestina. Sedangkan Hajar serta putranya Isma'il (Ishmael) dengan terpaksa pergi menuju Baitullah haram (Mekkah). Ummat yahudi menganggap bahwa Nabi-nabi yang terlahir dari keturunan Hajar yaitu Isma'il hingga pada Muhammad merupakan kaum ummi (tidak berpendidikan) karna mereka semua terlahir dari rahim seorang budak (baca: yahudi).
Nabi Ishaq yang menetap di palestina. Beliau di karunia dua anak Iyssu dan Ya'qub (Jacob) nama lain dari Ya'qub adalah Israel dari sinilah cikal bakal penisbatan nama bani Israel. Beliau juga merupakan salah satu nabi dari bani Israel (yahudi). Ya'qub memiliki empat orang isteri Layyiah, Rakhil dan yang lainya merupakan budak dari Rakhil, mereka Zilfah dan Bilhah, serta di karuniai dua belas putra. Layyiah, Â melahirkan enam putra Roben: Sam'aun, Lawy (cikal-bakal dari nasab Musa a.s), Yahuda (dari kata Yahudi), Yusakir dan Zabulun. Rakhil: melahirkan dua putra Yusuf dan Bunyamin. Zilfah: melahirkan dua putra Jad dan Assyir. Sedangkan Bilhah melahirkan dua putra, Dana dan Naftala. (Dr. Ahmad Salabi, Yahudia, hal: 66).
Yusuf, salah satu diantara putra Ishaq yang paling tersayang hingga menimbulkan dampak kecemburuan sosial antara mereka, di isukan meniggal oleh sebagian saudara kandungnya sebab cengkeraman binatang buas. Beliau terselamatkan dari lubang sumur oleh pedagang yang sedang melakukan perjalan. Karna sifat dasar pedagang, pada akhirnya Yusuf di jual kepada menteri pertahanan raja Hexsos di Mesir.Â
Seiring berjalannya waktu, pada akhirnya Yusuf di angkat oleh fir'aun menjadi kepala bendahara Mesir. Sebab kepiawaian beliau dalam mengemban tugas Negara, Fir'aun menghadiahkan sebuah daerah yang bernama Jasan di bagian timur Mesir. Di daerah Jasan tersebut Yusuf memegang tahta, akan tetapi masih dalam lingkup kekuasaan Fir'aun (semacam Negara feodal). Ketika Yusuf berkuasa, palestina mengalami paceklik panen dan kelaparan hingga Yusuf memboyong ayahnya (Ya'qub) besrta saudara-saudaranya ke Mesir.Â
Di negeri tersebut awal manis dari sebuah perjalan bani Israel atau ummat yahudi, selain memiliki daerah pribadi yang tidak tercampur oleh penduduk pribumi, mereka di pimpin oleh seorang nabi sekaligus raja yang bijaksana dan adil. Di ceritakan bahwa sensus penduduk bani Israel berkembang dengan cepat bak jamur yang bermunculan, dalam waktu singkat ummat yahudi yang menetap di Jasan kurang lebih mencapi tujuh ratus ribu, mereka hidup dengan tenang dan damai.